Monday, January 19, 2015

SITUS KERAJAAN KENDAN


Galian Kendan kec.Nagreg kab. Bandung
Di kawasan Nagreg kabupaten Bandung, terdapat sebuah kampung yang di sana berdiri tegak bukit batu hasil galian dari warga Kampung Kendan yang disebut Situs Kerajaan Kendan.

Penamaan Galian Kendan ini tentunya karena berada di Kampung Kendan Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Galian ini dahulunya adalah sebuah gunung batu yang menjulang di Kampung kendan ini. Konon gunung batu ini dahulu pernah menjadi tempat kerajaan. Cerita ini sudah tersebar dan sudah ramai di dunia maya. Ternyata setelah saya telusuri informasi di Kampung Kendan akhirnya saya ditunjukkan kepada pelaku penggalian gunung batu di kendan ini, yaitu bapak Nanang. Sangat beruntungnya saya dipertemukan dengan pelaku sang pemugar gunung batu yang kini menjadi Galian Kendan. Beliau memaparkan memang pernah mendengar rumor tentang kerajaan Kendan atau kerajaan Kelang, hanya memang belum jelas saja dimana lokasi komplek kerajaan tersebut.

Situs ini merupakan lahan gunung batu cadas, yang diduga menjadi kawasan kekuasaan Kerajaan Kendan atau Kerajaan Kelang. Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya sekitar tahun 536 Masehi. Dari kerajaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan besar bernama Galuh, yang ketika itu kekuasaan kerajaan Kendan dipegang oleh Prabu Wretikandayun pada tahun 612 Masehi.

Dalam bahasa Sunda, memang dikenal istilah dayeuh sebagai proses perkembangan kabahasaan dari istilah dayo dalam naskah kuno, yang memiliki pengertian sama dengan ‘kota’. Adanya istilah dayo atau dayeuh, kerapkali kita baca dalam  istilah kata majemuk ‘puseur dayeuh’, yang sering dimaknai sebagai pusat pemerintahan, tempat para penguasa melayani kepentingan rakyatnya.

Sebuah petunjuk mengenai keberadaan puseur dayeuh, pada saat ini yang dapat kita saksikan hanyalah sebuah perkampungan yang disebut Kampung Kendan. Wilayah ini merupakan sebuah bukit yang terletak 15 km sebelah tenggara Cicalengka. Di daerah ini pernah ditemukan pula sebuah arca manik (yang oleh para ahli sejarah disebut Patung Durga) yang sangat halus pembuatannya. Dan sekarang disimpan di  Museum Nasional Jakarta. 

Pada bekas puseur dayeuh Kendan, selain ditemukan arca Manik, saat melakukan investigasi ke wilayah ini, sempat pula ditemukan sebuah ‘mahkota’ serta sebuah pusaka nagasasra (singkatan dari nagara rasa) yang tersimpan di salah seorang sesepuh Kampung Kendan. Sebagai nagara rasa, hanya orang yang memiliki kehalusan rasa dan ketajaman bathin yang dapat merasakan peninggalan-peningalan kerajaan Kendan yang sudah terkubur ratusan tahun lamanya. Dan sampai saat ini pun, belum dapat dipastikan dimana material bekas “karaton”-nya. Oleh karena itu, jika material bekas bangunan “karaton” Kerajaan Kendan sangat sulit ditemukan, adalah sesuatu yang wajar, mungkin sudah lama hancur dimakan usia jika melihat material dari batuan rapuh di gunung ini, atau mungkin juga ada yang menghancurkannya karena sudah tidak digunakan lagi. itulah kenapa jika menanyakan kepada warga tentang Situs Kerajaan Kendan, sedikit sekali yang tahu tentang sejarah tempat ini, yang mereka tahu hanyalah Galian Kendan atau Lio Kendan. 

Bapak Nanang, penggali dari Galian Kendan 
Gunung ini murni dipugar oleh beberapa warga Kampung Kendan untuk digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan atau bahan bangunan yang dijual sebagai sumber penghasilan warga Kampung Kendan sendiri. Gunung ini dipugar bukan menggunakan aat berat sperti Back Hoe, melainkan dipugar manual dengan alat sederhana seperti cangkul dan linggis. Jika diperhatikan dengan seksama, memang Nampak jelas bekas-bekas pugaran dengan menggunakan linggis dan cangkul di permukaan dinding galian ini. Bapak Nanang ini mulai menggali gunung batu ini sejak tahun 1980 dengan sepuluh orang yang lain. Penggalian terus berlangsung selama 20 tahun hingga akhirnya bapak Nanang dan kawan-kawan memutuskan untuk menutup dan mengakhiri penggalian ini pada tahun 2000 karena beberapa alasan. Ada bagus juga pengerukan itu dihentikan, karena jika pengerukan ini diteruskan hingga sekarang, mungkin kita peninggalan kerajaan ini akan habis. Secara tidak sengaja, akibat dari pemugaran gunung ini, menurut saya menambah keindahan dari gunung ini. akan lebih terjaga jika pemerintah mengelola situs ini menjadi sebuah objek wisata yang dikomersilkan. Nah, mumpung masih gratis, tidak ada salahnya coba berkunjung ke tempat ini.

Batu Kendan
Tidak sedikit pula orang-orang dari peneliti batuan datang ke lokasi ini untuk meneliti batuan Kendan. Nama kampung Kendan sendiri diambil dari nama batu yang ada di lkasi galian ini. Ya, Batu Kendan yang merupakan batu keras berwarna hitam mengkilat yang bisa dijumpai dilokasi galian ini, walaupun agak sulit menemukannya jika tidak teliti mencarinya.

Menurut saya lokasi ini sungguh luar biasa indah, suasana di lokasi ini seperti taman Jurassic atau film Flinstone. Tempat yang cocok untuk mengabadikan moment di lokasi ini utuk berfoto ria. Semakin mendaki ke puncak gunung batu, maka semakin indah view dan latar foto yang akan didapat. 









Tentunya harus sangat hati-hati jika ingin mendaki galian tersebut karena jenis batuannya merupakan batuan lunak dan rapuh. Harus pintar-pintar memilih batu yang pas pijakan kaki dan berpegang. Salah menginjak batu yang rapuh maka akan berbahaya bagi keselamatan. Saran saya jika ragu-ragu untuk mendaki, lebih baik untuk tidak mendaki. Difoto di dasar galiannya pun bagus asal bisa memilih spot-spot yang oke untuk difoto. Saya pun cukup sulit untuk mendaki ke puncak beberapa bukit di Galian Kendan ini karena medan bau yang rapuh dan licin oleh lumut.

Galian Kendan dilihat dari sisi jalan tempat motor diparkir
Untuk sampai di lokasi ini, karena saya datang dari Cileunyi, maka rute yang ditempuh adalah lewat Cileunyi – Rancaekek – Nagreg. Setelah melewati gapura “selamat jalan” yang membatasi kabupaten Bandung,  3 km ke depan akan menjumpai rel kereta api dan kantor polisi sektor Nagreg. Perlambat kendaraan saat melewati rel dan ambil jalan belik kiri yang ada di samping rel. Ikuti jalan itu sekitar 2 km sampai melewati kantor Desa Kendan. Saat sampai di kantor Desa Kendan jika melihat kea rah jam 10 maka akan terlihat Galian Kendan dari kejauhan. Terus lanjutkan perjalanan sampai ke kaki Galian Kendan. Di lokasi ini tidak ada tiket masuk karena bukan lokasi wisata yang di kelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Itulah sekilas pengalaman saya berkunjung ke Galian Kendan di Nagreg kabupaten Bandung.

Sumber : Wawancara dengan Bapak Nanang (warga sesepuh Kampung Kendan)
Sumber Tambahan : Serajah dan Kepurbakalaan Kab. Bandung

Saturday, January 17, 2015

GUNUNG PUNTANG : SEJARAH RADIO MALABAR

Kali ini lokasi yang saya kunjungi adalah Wisata Alam yang bersejarah di Bandung. Baik kota maupun kabupaten, Bandung syarat dengan peninggalan sejarah. Salah satunya adalah di kawasan Bandung Selatan terdapat tempat yang dahulu merupakan bekas Kerajaan Puntang dan ditempat itu pula sempat dibangun Radio Malabar, radio terbesar Se-Asia Tenggara yang frekuensi siarannya mencapai ke negeri Belanda. Lokasinya adalah Wana Wisata Gunung puntang. Gunung Puntang ini menjadi salah satu gunung bersejarah di Bandung, karena ada petilasan loji Belanda, Goa Belanda sekaligus dulu merupakan basis stasiun pemancar radio colonial yang menyebarkan berita ke seluruh dunia. Bandung memang merupakan kota yang penuh dengan nilai sejarah.

Gunung Puntang ini sering dijadikan sebagai tempat perkemahan oleh mahasiswa atau pelajar yang melakukan kegiatan kemah. Tempat ini sering dipilih karena tempatnya yang tidak terlalu jauh. Selain digunakan untuk berkemah, Gunung Puntang juga sering digunakan sebagai tempat wisata alam. Di sini Anda akan menemukan goa Belanda, sungai, dan air terjun (Curug Siliwangi). Untuk sampai ke Curug Siliwangi, harus mendaki Gunung Puntang dengan jarak tempuh 3,5 km dari lokasi Kolam Cinta. Jarak yang lumayan jauh karena harus ditempuh dengan jalan kaki.

Area perkemahan di Gunung Puntang ini letaknya sekitar 1 km dari pos penjagaan. Anda akan disuguhkan tebing yang cukup curam dengan pemandangan yang indah di sini, apalagi jika pemandangan sedang bersih. Tapi kadang pemandangan terhalang kabut tipis. Di bumi perkemahan ini Anda juga bisa rehat sejenak dan menikmati makanan serta minuan khas Bandung seperti bandrek atau sekadar kopi hangat. Bagi Anda yang ingin mengganjal perut, ada juga mie instan.


Pemancar Radio Malabar

Pada jaman pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu kawasan Gunung Puntang pernah didirikan stasiun pemancar radio Malabar yang dibangun pada 1917-1929, sampai saat ini puing-puing bekas peninggalannya masih dapat ditemui sebagai saksi sejarah.


Radio Malabar dan Kolam Cinta Tempo Doeloe
Radio Malabar dan Kolam Cinta Tempo Doeloe dari samping
Mesin-mesin yang ada di Radio Malabar
Selain stasiun pemancar di lokasi ini banyak dibangun bangunan lain yang dijadikan komplek perkantoran dan rumah dinas. Pada areal itu terdapat sebuah kolam yang diberi nama Kolam Cinta, karena bentuk kolam tersebut berbentuk lambang cinta. Tempat ini menjadi tempat favorit para meneer dan noni Belanda. Kondisi bangunan tersebut saat ini sudah tidak utuh lagi dan hanya tinggal reruntuhannya dan pada tahun 1923 area ini merupakan lokasi yang sangat terkenal di dunia karena terdapat stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis Dr.de Groot yaitu sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal karena antena yang digunakan memiliki panjang 2 km, terbentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter. Pada bagian dasar lembah, dulu terdapat bangunan yang cukup besar yang befungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12.000 km dari Indonesia. Stasiun ini murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15 km) dan Rancaekek (18 km). Untuk listrik Belanda kemudian membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di daerah utara Kota Bandung (Dago), PLTU di Dayeuhkolot dan PLTA di Pangalengan lengkap dengan jaringan distribusinya hanya untuk memnuhi kenutuhan pemancar radio tersebut. Teknologi yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio itu masih menggunakan teknologi yang boros energi (tenaga listrik) dan pemanar ini masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowatt gelombang radio dengan panjang gelombang 20-7,5 km. 

Puing-puing Kolam Cinta
Puing-puing Kolam Cinta

Sisa Bangunan Pemancar Radio Malabar
Sisa Bangunan Pemancar Radio Malabar
Sisa Bangunan Pemancar Radio Malabar
Marconi sebagai penemu gelombang elektromagnetik pada tahun 1901 memang telah berhasil melakukan komunikasi transatlantic, namun jaraknya hanya 3.500 kilometer, upanya yang paling jauh yang dilakukan Marconi hanya 9.000 kilometer, dengan catatan ini kiranya Radio Malabar pantas untuk masuk ke dalam sejarah radio dunia, namun demikian pada kenyataannya amat sedikit atau bahkan munkin tidak ada yang mengungkapkannya secara eksplisit.

Di samping sejarahnya yang demikian, tentu Radio Malabar juga harus dikaitkan dengan perkembangan komunikasi radio di tanah air, terdapat catatan-catatan bahwa aktifitas teknik di radio Malabar memiliki kaitan dengan munculnya aktifitas Amatir Radio sebagai hobby dan munculnya stasiun-stasiun yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Pada bagian dasar lembah, dulu terdapat bangunan yang cukup besar yang befungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12.000 km dari Indonesia.

Di tempat ini sempat dibangun komplek perumahan bagi para pejabat Radio Malabar. 
Komplek perumahan tempoe doeloe
Komplek perumahan tempoe doeloe
Tempat itu sekarang sudah tidak ada, Namun masih bisa dilihat sisa-sisa bangunan tersebut tinggal puing-puing sebagai bukti sejarah.

Sisa perumahan pejabat Radio Malabar
Sisa perumahan pejabat Radio Malabar

Goa Belanda
Salah satu peninggalan sejarah yang ada di area Wana Wisata Gunung Puntang, Bumi Perkemahan, adalah Goa Belanda. Goa tersebut panjangnya mencapai 150 meter. Konon pada zaman dahulu goa ini di gunakan sebagai tempat untuk menyimpan mesin diesel pembangkit tenaga listrik untuk keperluan perumahan para pejabat belanda di sekitarnya. Lokasi goa ini terletak di sekitar Blok B yang mendekati ke blok C, 200 meter  tidak jauh dari area parkir menuju goa.
 
Goa Belanda tempo doeloe
Goa Belanda tempo doeloe
Goa Belanda tampilan sekarang
Untuk sampai ke sana, saya dari Cileunyi menggunakan kendaraan roda dua pribadi, menempuh rute Cileunyi -  Buah Batu – Baleendah – Banjaran – Cimaung. Setelah sampai di Banjaran, sekitar 10 km dari Bandung Kota, perjalan dilanjutkan kea rah Pangalengan, sekitar 5 km dari arah Banjaran, ada pertigaan dengan ciri tugu perintis lalu ambil jalan ke kiri yang menunjukkan arah wisata Taman Bougenville dan Gunung Puntang. Dari pertigaan itu untuk sampai ke lokasi Gunung Puntang harus menempuh jarak 8 km. tidak perlu khawatir karena jalan yang ditempuh rutenya tidak sulit, hanya mengikuti terus jalan tersebut dan jalannya pun bagus. Tiket masuk pengunjung hanya Rp10.000/orang dan Rp 2500/motor (harga sewaktu-waktu dapat berubah).


Sumber :
http://festivalgunungpuntang2009.blogspot.com/2008/09/gunung-puntang-tempoe-doeloe.html
http://sebandung.com/
http://www.wisatakebandung.com/


TAPAK TILAS K.A.R. BOSSCHA DI MALABAR PANGALENGAN

Wisata ke Pangalengan memang kurang lengkap jika tidak berkunjung ke perkebunan the Malabar. Udara dingin dan sejuk menjadi ciri khas Pangalengan. Pemandangan yang menggiurkan, begitu indah dan memiliki magnet untuk menarik kita berfoto ria di sana. Hamparan kebun teh yang luas bagaikan permadani hijau yang dipasang di tanah yang luasnya berhektare-hektare.


Kebun teh Malabar terletak di ketinggian 1530m DPL, dengan koordinat 7 derajat 13' LS dan 107 derajat 34' BT. Dengan mobil kecil sebetulnya bisa menjelajah area kebun teh ini sampai ke puncaknya yaitu di bukit Nini. Disana akan ditemui semacam saung atau lebih tepat disebut gardu pandang, dan sebuah tower seluler . Cuaca di pagi hari umumnya cerah, tapi siang hingga sore sering turun kabut. Menurut penduduk disana, di malam hari saat langit cerah di bukit Nini kerap dipakai untuk foto-foto bintang.

Rumah Bosscha
Yang unik dari kebun teh Malabar adalah adanya wisma Bosscha, yaitu rumah bersejarah tempat tinggal Bosscha (pembuat teropong bintang di Lembang) yang kini dikembangkan jadi semacam penginapan. Di rumah inilah dahulu Bosscha tinggal cukup lama, mengembangkan kebun teh disekitarnya yang membuat masyarakat setempat menghormati jasa beliau. Beberapa sumbangsihnya bagi masyarakat pribumi adalah, kebun teh Malabar, Societeit Concordia atau yang kita kenal sekarang dengan sebutan Gedung Merdeka, Observatorium Bosscha, dan Technische Hoogeschool yang kini dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung. Bangunan bergaya Belanda ini masih dipertahankan sampai sekarang, termasuk isi perabotan di dalamnya. Di dekat wisma ini juga ada tempat peristirahatan terakhirnya yang dikenal dengan makam Bosscha.


Area Makam Bosscha

Makam Bosscha

Narsis di Makam Bosscha
Gerbang Perkebunan Malabar
Untuk sampai ke lokasi ini, saya yang berasal dari Cileunyi, dan menggunakan kendaraan roda dua pribadi, menggunakan rute Cileunyi – Buah Batu – Baleendah – Banajaran – Pangalengan. Setelah sampai di Pangalengan, untuk menuju perkebunan Malabar, sesampainya di pertigan terminal Pangalengan, ambil jalan yang ke kiri. Setelah melewati pasar Pangalengan dan Secata (sekolah calon tentara), maka kita akan ketemu dengan gapura Malabar. Rutenya tidak sulit hanya tinggal ikuti terus jalan untuk sampai di perkebunan. Sesampainya di gerbang, didepannya sudah ada petunjuk arahnya kekiri/kanan, kalau kiri kearah pemandian air panas Cibolang dan pabrik teh, sedangkan kanan kearah Wisma Malabar, Karl Boscha House dan makamnya Boscha. Pangalengan memng tempat wisata bagi orang yang tidak suka keramaian, karena perkebunan the Malabar merupakan tempat yang daai, sepi dan jauh dari keramaian. 

Bagi wisatawan yang ingin bermalam di Malabar, bisa menginap di villa Malabar yang berlokasi tidak jauh dari rumah Bosscha. bermalam di Villa Malabar memiliki keunikan tersendiri, selain disuguhkan dengan pemandangan perkebunan yang begitu indah, juga berlokasi di area yang syarat nilai sejarah Bosscha.

Harga di penginapan Villa Bosscha ini tentunya beragam. Villa kayu berkisar Rp 750.000/malam saat weekdays dan Rp 1.000.000/malam saat weekend (termasuk makan pagi untuk 2 orang). Jika ingin penginapan yang lebih murah terdapat guest house (bukan kayu) yang berkisar antara Rp 300.000/malam saat weekdays dan Rp 450.000/malam saat weekend (termasuk makan pagi untuk 2 orang). (Harga sewaktu-waktu dapat berubah).

Sumber : 
http://travel.detik.com/read/2013/07/14/115000/2301512/1025/perkebunan-teh-malabar-bagai-permadani-hijau-raksasa/

SITU CILEUNCA PANGALENGAN BANDUNG

Situ Cileunca
Situ Cileunca merupakan sebuah danau yang berada di ketinggian 1.550 meter dpl. dan dikelilingi dua perkebunan teh Malabar yang dikelola PTPN VIII. Situ Cileunca memiliki luas 180 hektare, namun yang baru dimanfaatkan untuk kawasan wisata hanya sekitar 3 hektare.  berada di daerah dingin Pangalengan Bandung. Pengelolaannya berada di bawah PT Indonesia Power (IP). Selain difungsikan sebagai objek wisata, Situ Cileunca juga berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Air yang berasal dari danau tersebut dialirkan melalui Sungai Palayangan. Sungai ini pula yang sering dijadikan sebagai arena ber-rafting atau arung jeram karena memiliki beberapa bagian yang menantang. 

Pada awalnya situ yang semakin banyak dikunjungi oleh para pendatang ini merupakan areal hutan belantara. Sampai pada tahun 1918 kemudian kawasan ini dibuat sebuah situ yang berfungsi untuk sumber kebutuhan air warga setempat.  Situ Cileunca memiliki kedalaman sampai 17 meter, memiliki warna yang bening, serta tentu sangat enak untuk dipandang mata. 

Di tengah-tengah danau terdapat jembatan yang merupakan fasilitas bagi mobilitas warga. Jembatan ini disebut jembatan cinta. Jembatan ini di bangun oleh pemerintah desa secara swakelola. Jembatan ini dibangun diatas Situ/Danau Cileunca yang menghubungkan dua desa yaitu Pulosari dan Wanasari. Pada awalnya warga harus memutar dan mengelilingi danau bila ingin menyeberang ke desa lainnya, namun kini warga disana hanya perlu menyeberang di atas jembatan unik berwarna merah ini. Tidak sedikit yang berkunjung ke lokasi ini berfoto ria di Jembatan Cinta karena memang kita dapat memperoleh view dan latar yang bagus untuk befoto.

Jembatan Cinta
Menuju Lokasi Untuk menuju lokasi ini, anda yang dari Jakarta dan menggunakan kendaraan pribadi keluar dari pintu tol buah batu kemudian dilanjutkan ke soreang-ciwidey dan pangalengan, bagi anda yang menggunakan kendaraan umum dapat menggunaka bus jurusan Leuwi Panjang-Pangalengan dari Terminal Leuwi Panjang Bandung dengan ongkos sekitar Rp. 15.000-20.000/orang.

Jembatan Cinta
Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan dua cara, cara gratis dan berbayar. Cara pertama jika menggunakan motor pribadi adalah dengan turun di pinggir jalan dekat palang yang bertuliskan “DAM PULO” dan bertempat sebelum gerbang utama dari Situ Cileunca. Saat melihat plang tersebut kamu bisa memarkirkan kendaraan kamu disana, namun harus berhati-hati apabila tidak ada yang menjaganya. Setelah memarkirkan kendaraan kamu bisa berjalan dari pinggir jalan menuju jembatan ini sekitar 100 meter. Atau lurus terus sampai menemukan gang sebelah kanan, lalu belok ikuti jalan gang itu karena akan mengarahkan kamu sampai ke sisi danau. 

Padang Rumput dekat plang "DAM PULO"
Cara kedua adalah dengan turun di kawasan/wana wisata Situ Cileunca. Dari sana kamu bisa menyewa sebuah perahu untuk sampai di lokasi ini. Saya menyarankan untuk turun di kawasan/wana wisata Situ Cileunca sambil menikmati keindahan situ/danau yang luas ini dan sambil naik perahu menuju lokasi “Jembatan Cinta” atau menikmati kulineran yang tersedia disana.

Fasilitas yang terdapat di situ cileunca:
1. Pesona alam yang sangat indah
2. Perahu untuk mengelilingi Situ Cileunca
3. Fasilitas Out Bound
4. Fasilitas Arum Jeram
5. Warung-warung Makan
6. Mushola
7. WC untuk MCK yang sangat baik dan bersih
8. Kondisi jalan yang sangat baik

Tiket Masuk :
1. Tiket Masuk Rp. 5000 hari biasa dan Rp. 10.000 hari libur.
2. Out Bound Rp. 150.000-450.000/orang.
3. Arum Jeram : Rp. 150.000/Orang.


Sumber :
http://www.tempatwisatadibandungs.com/ 
http://bandung.panduanwisata.id/ 

Wednesday, January 14, 2015

NILLMIJ BANDUNG


Banyak orang yang tidak tahu mengenai bangunan-bangunan bersejarah di kota Bandung. Ditengah hilangnya atau terabaikannya bangunan tua di kota Bandung, terdapat beberapa bangunan yang masih tetap terjaga dan terawat dengan baik,karena dijadikan museum, atau dialih fungsikan dari penghuni sebelumnya. Salah satu  diantaranya adalah Gedung Jiwasraya (NILLMIJ) yang terletak di Jl. Asia Afrika no. 53, Bandung. Gedung Jiwasraya termasuk dalam daftar bangunan cagar budaya Kota Bandung yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat.

Nederlandsche Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ) merupakan perusahaan asuransi jiwa paling tua yang didirikan di Batavia berdasarkan akte Notaris William Hendry Herklots No 185 tanggal 31 Desember 1859. Perusahaan ini kemudian mengembangkan kegiatannya ke berbagai daerah.  Gedungnya seluas 1.996 M2 di kota Bandung, dibangun pada tahun 1914 dengan gaya arsitektur Indo Europeesche Stijl  didirikan di atas lahan seluas 3.289 M2.

Menjadi satu-satunya perusahaan asuransi jiwa di Hindia membuat NILLMIJ memonopoli industri asuransi. Kedekatan Van Kerchem dengan pemerintah membuat NILLMIJ mendapat banyak keuntungan ekstra. NILLMIJ bahkan bisa memungut premi melalui para kolektor pajak pemerintah dan divisi penggajian militer. Pemerintah dan pejabat militer juga merekomendasikan NILLMIJ kepada para pegawai pemerintah dan personel militer sebagai alternatif lain untuk menabung selain dari sistem pensiun yang berlaku.

Monopoli NILLMIJ berakhir pada 1883 ketik pemerintah membuka keran bagi asuransi swasta asing yang untuk berekspansi di Hindia. Pemerintah berhenti membantu NILLMIJ mengumpulkan premi. Masuknya perusahaan asuransi lain seperti the Dordrecht, the Olveh, Eerste Nederlandsche dan lain-lain makin mengecilkan porsi NILLMIJ di industri. Pada 1932 NILLMIJ memperbaharui merk bisnisnya dengan nama N.V. Levensverzekering Maatschappij Nillmij van 1859.

Bagi para pejuang kemerdekaan, bangunan gedung yang kini digunakan Perusahaan Asuransi Jiwasraya ini memiliki makna khusus. Gedung tersebut pernah dijadikan Markas Resimen 8, Divisi III Priangan, Komandemen I Jawa Barat Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Resimen 8 dipimpin Letkol Omon Abdurachman meliputi wilayah kota Bandung. Wilayah Cililin dan Batujajar termasuk dalam Resimen 9 pimpinan Letnan Kolonel Gandawijaya.

Sumber : 


WISATA BATU KUDA MANGLAYANG BANDUNG

Wisata Situs Batu Kuda Manglayang, merupakan objek wisata Jawa barat yang terletak di lereng gunung Manglayang didaerah Bandung Timur. Kenapa disebut Batu Kuda?? Tentu penamaan tersebut memiliki latar belakang. Dahulu kala menurut cerita nenek moyang, seekor kuda yang bisa terbang berasal dari gunung Kidul dikenal dengan nama kuda Semprani sedang melintasi gunung Manglayang dari Cirebon menuju Banten. Saat sedang melakukan perjalanan tersebut sang kuda terperosok disebuah area yang tidak jauh dari titik sanghiyang (kaki gunung). Kuda tersebut terjebak hingga beberapa waktu lamanya sehingga tempat ia terperosok berubah menjadi kubangan.

Kini kuda yang dimaksud adalah dalam wujud batu. Dari bentuk batu yang tampak, kuda tersebut mencoba membebaskan diri kubangan namun apa daya kuda tersebut tetap tidak mampu. Hingga akhirnya penunggang kuda menyerah dan duduk di sebuah kursi yang letaknya tidak jauh dari kubangan kuda tersebut. Nah tempat sang penunggang duduk disebut dengan Batu Kursi. Sedangkan kubangan sang kuda Semprani saat ini dikenal dengan nama Batu Kuda.

Menurut aturan yang berlaku sejak 3-4 tahun yang lalu, setiap hari Senin dan Kamis para pendaki atau siapapun dilarang memasuki area gunung Manglayang karena pada saat itu dipercaya sebagai hari berkumpulnya para leluhur dan kandidat lainnya (ruh). Lalu jika mendaki tidak diperkenankan jumlah orang dalam bilangan ganjil. Norma yang telah ditetapkan oleh pangriksa (sesepuh) sebaiknya ditaati karena hal itu berkenaan dengan keselamatan jiwa seseorang.

Namun kejadian buruk yang beraneka ragam telah membuka sebuah perjanjian keakuran antara alam Manglayang dengan manusia. Sekitar 44 sesepuh yang berasal dari Jawa Barat berkumpul untuk melakukan ritual “keakuran” agar kejadian yang sama tidak terulang lagi. Di area Batu Kuda inilah ritual dilakukan berbagai macam upaya telah dilaksanakan dan pada akhirnya membuahkan hasil, 3-4 tahun kebelakang adalah masa akhir dari kegelapan tentang Manglayang.

Kini siapapun boleh mengunjungi Manglayang pada hari Senin dan Kamis, juga boleh dalam hitungan ganjil. Namun norma mutlak tetap berlaku yaitu tidak memancing keributan dan membuat kerusuhan, menjaga dan memelihara hutan dan gunung. Tidak merusak alam, tidak merusak situs batu dengan mencoret-coret. Menjaga tali keharmonisan dengan alam dan tinggal berdampingan.


Untuk mencapai daerah wisata perkemahan Batu Kuda, bisa dilewatidari beberapa jalur, saya sarankan bagi yang pertama kali berkunjung ke objek wisata ini, apalagi yang dating dari luar kota Bandung, lebih baik lewat jalur Cileunyi, tepatnya lewat jalan yang belok kiri sebelum  jl. Percobaan Cileunyi kab. Bandung (setelah terminal cileunyi jika dari arah garut/sumedang). Jika dari arah kota Bandung berarti ujung atau akhir dari Jl.Percobaan Cileunyi (jalan satu jalur), belok kanan. Saya sarankan jalan ke situ karena tidak akan menemukan belokan, tinggal ikuti jalan itu sampai ke gerbang Batu Kuda. Saking mudahnya jalur ini untuk sampai ke lokasi Batu Kuda, tidak perlu bertanya pada penduduk sekitar untuk sampai ke lokasi wisata, karena ujung jalan ini adalah gerbang Wisata Batu Kuda.


Perjalanan keatas sampai Batu Kuda kurang lebih 7 kiloan, meskipun jalannya agak sempit, tapi tetap menikmati perjalanan karena suguhan pemandangan dan hawa dingin kota Bandung. Untuk fasilitas, tempat wisata ini terbilang lengkap. Di sini ada instalasi air, MCK, tempat duduk, papan petunjuk jalan, shelter, bahkan pemandu yang bisa memandu Anda selama berkegiatan di sini. Jadi, Anda tidak perlu khawatir. Meski lokasinya berada di perbukitan, Anda tidak usah khawatir karena akses menuju tempat wisata ini cukup mudah. Jalannya sudah beraspal sehingga Anda bisa menggunakan kendaraan. Namun, jika Anda tidak membawa mobil, Anda bisa menyewa ojek atau mobil colt.

Sumber :
http://www.wisatakebandung.com/  

http://nomadstudent.blogspot.com/

WISATA ALAM GUNUNG TANGKUBAN PARAHU

Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat,Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban Perahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Nama Tangkuban Parahu diambil dari bahasa Sunda yang berarti “Perahu Terbalik”. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat yang jika dilhat dari kejauhan, memang mirip dengan perahu terbalik. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17 oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.

Gunung Tangkuban Perahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Tangkuban Perahu merupakan sebuah gunung aktif di Bandung Utara, tepatnya di Cikole, Lembang, atau sekitar 20 km dari pusat kota Bandung. Letusan terakhir gunung ini tercatat pada tahun 2013 namun meski begitu, gunung ini masih relatif aman untuk dikunjungi. Terbukti saat saya dan rekan-rekan berkunjung pada 12 Agustus 2013, kasawan wisata ini sangat ramai pegunjung. Hal ini membuktikan bahwa Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu aman untuk dikunjungi.

Beberapa tanda aktifnya gunung ini adalah adanya gas belerang dan juga sumber air panas yang mengalir di kaki gunung, misalnya di Ciater. Jika berkunjung ke gunung ini, Anda sangat disarankan membawa masker penutup mulut untuk menghindari bau gas belerang yang tajam.

Untuk mencapai Tangkuban Perahu, sangat mudah. Bisa pake mobil, sepeda motor atau angkutan umum degan rute yang mudah dilalui. Wilayah wisata Tangkuban Parahu posisinya ada diutara kota Bandung, tepatnya di Cikole Lembang.

Bagi wisatawan dalam dan luar kota yang ingn berwisata ke Gunung Tangkuban Parahu sangat mudah karena rutenya tidak sulit dan jalannya pun bagus. Untuk pergi ke sana, dari Bandung kota kita mengadakan perjalanan sekitar 7 km ke arah Lembang, sebuah kota susu nan dingin. Ikuti jalan Lembang menuju ke utara atau arah Subang sekitar 7 km lagi. Di Cikole, atau titik puncak pass antara perbatasan Bandung – Subang ada arah ke kekiri menuju Tangkuban Perahu. Disitu ada papan penunjuk arah yang jelas menunjukkan arah tangkuban perahu. Dari titik pertigaan ini, kita akan melalui jalan mendaki dan berkelok sekitar 3-4 km menuju arah puncak dengan memasuki hutan pinus dan perdu. Sepanjang jalan seringkali kita ditemani kabut tipis nan dingin, apalagi di musim hujan, menambah suasana romantis. Saat sudah dekat lokasi, aroma khas blerang pun mulai terasa di hidung, membuat kita tidak sabar untuk segera sampai menikmati pesona alam Tangkuban Rarahu.

Tempat wisata yang satu ini juga seringkali dijadikan lokasi pemotretan untuk foto prewedding, iklan komersil dan juga pengambilan gambar untuk film. tidak sedikit wisatawan asing yang datang dan memberikan kesan positif pada waisata yang berada di tanah Sunda ini. 

Kita juga bias makan-makan di bawah pohon di sekitar area wisata bersama keluarga, membuat suasana demikian indah.



http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tangkuban_Parahu