Kali ini lokasi yang saya
kunjungi adalah Wisata Alam yang bersejarah di Bandung. Baik kota maupun
kabupaten, Bandung syarat dengan peninggalan sejarah. Salah satunya adalah di
kawasan Bandung Selatan terdapat tempat yang dahulu merupakan bekas Kerajaan Puntang
dan ditempat itu pula sempat dibangun Radio Malabar, radio terbesar Se-Asia
Tenggara yang frekuensi siarannya mencapai ke negeri Belanda. Lokasinya adalah Wana Wisata Gunung puntang. Gunung Puntang ini menjadi salah satu gunung
bersejarah di Bandung, karena ada petilasan loji Belanda, Goa Belanda sekaligus
dulu merupakan basis stasiun pemancar radio colonial yang menyebarkan berita ke
seluruh dunia. Bandung memang merupakan kota yang penuh dengan nilai sejarah.
Gunung Puntang ini sering
dijadikan sebagai tempat perkemahan oleh mahasiswa atau pelajar yang melakukan
kegiatan kemah. Tempat ini sering dipilih karena tempatnya yang tidak terlalu
jauh. Selain digunakan untuk berkemah, Gunung Puntang juga sering digunakan
sebagai tempat wisata alam. Di sini Anda akan menemukan goa Belanda, sungai,
dan air terjun (Curug Siliwangi). Untuk sampai ke Curug Siliwangi, harus
mendaki Gunung Puntang dengan jarak tempuh 3,5 km dari lokasi Kolam Cinta.
Jarak yang lumayan jauh karena harus ditempuh dengan jalan kaki.
Area perkemahan di Gunung Puntang
ini letaknya sekitar 1 km dari pos penjagaan. Anda akan disuguhkan tebing yang
cukup curam dengan pemandangan yang indah di sini, apalagi jika pemandangan
sedang bersih. Tapi kadang pemandangan terhalang kabut tipis. Di bumi
perkemahan ini Anda juga bisa rehat sejenak dan menikmati makanan serta minuan
khas Bandung seperti bandrek atau sekadar kopi hangat. Bagi Anda yang ingin
mengganjal perut, ada juga mie instan.
Pemancar Radio Malabar
Pada jaman pemerintahan Hindia
Belanda yang berkuasa pada saat itu kawasan Gunung Puntang pernah didirikan
stasiun pemancar radio Malabar yang dibangun pada 1917-1929, sampai saat ini
puing-puing bekas peninggalannya masih dapat ditemui sebagai saksi sejarah.
Radio Malabar dan Kolam Cinta Tempo Doeloe |
Radio Malabar dan Kolam Cinta Tempo Doeloe dari samping |
Mesin-mesin yang ada di Radio Malabar |
Selain stasiun pemancar di lokasi
ini banyak dibangun bangunan lain yang dijadikan komplek perkantoran dan rumah
dinas. Pada areal itu terdapat sebuah kolam yang diberi nama Kolam Cinta,
karena bentuk kolam tersebut berbentuk lambang cinta. Tempat ini menjadi tempat
favorit para meneer dan noni Belanda. Kondisi bangunan tersebut saat ini sudah
tidak utuh lagi dan hanya tinggal reruntuhannya dan pada tahun 1923 area ini
merupakan lokasi yang sangat terkenal di dunia karena terdapat stasiun pemancar
radio Malabar yang dirintis Dr.de Groot yaitu sebuah pemancar radio yang sangat
fenomenal karena antena yang digunakan memiliki panjang 2 km, terbentang
diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah
mencapai 500 meter. Pada bagian dasar lembah, dulu terdapat bangunan yang cukup besar yang befungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12.000 km dari Indonesia. Stasiun ini murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15 km) dan Rancaekek (18 km). Untuk listrik Belanda kemudian membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di daerah utara Kota Bandung (Dago), PLTU di Dayeuhkolot dan PLTA di Pangalengan lengkap dengan jaringan distribusinya hanya untuk memnuhi kenutuhan pemancar radio tersebut. Teknologi yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio itu masih menggunakan teknologi yang boros energi (tenaga listrik) dan pemanar ini masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowatt gelombang radio dengan panjang gelombang 20-7,5 km.
Puing-puing Kolam Cinta |
Puing-puing Kolam Cinta |
Sisa Bangunan Pemancar Radio Malabar |
Sisa Bangunan Pemancar Radio Malabar |
Sisa Bangunan Pemancar Radio Malabar |
Marconi sebagai penemu gelombang elektromagnetik pada tahun 1901 memang telah berhasil melakukan komunikasi transatlantic, namun jaraknya hanya 3.500 kilometer, upanya yang paling jauh yang dilakukan Marconi hanya 9.000 kilometer, dengan catatan ini kiranya Radio Malabar pantas untuk masuk ke dalam sejarah radio dunia, namun demikian pada kenyataannya amat sedikit atau bahkan munkin tidak ada yang mengungkapkannya secara eksplisit.
Di samping sejarahnya yang demikian, tentu Radio Malabar juga harus dikaitkan dengan perkembangan komunikasi radio di tanah air, terdapat catatan-catatan bahwa aktifitas teknik di radio Malabar memiliki kaitan dengan munculnya aktifitas Amatir Radio sebagai hobby dan munculnya stasiun-stasiun yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Pada bagian dasar lembah, dulu
terdapat bangunan yang cukup besar yang befungsi sebagai stasiun pemancar guna
mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12.000 km dari Indonesia.
Di tempat ini sempat dibangun komplek perumahan bagi para pejabat Radio Malabar.
Komplek perumahan tempoe doeloe |
Komplek perumahan tempoe doeloe |
Tempat itu sekarang sudah tidak ada, Namun masih bisa dilihat sisa-sisa bangunan tersebut tinggal puing-puing sebagai bukti sejarah.
Sisa perumahan pejabat Radio Malabar |
Sisa perumahan pejabat Radio Malabar |
Goa Belanda
Salah satu peninggalan sejarah
yang ada di area Wana Wisata Gunung Puntang, Bumi Perkemahan, adalah Goa
Belanda. Goa tersebut panjangnya mencapai 150 meter. Konon pada zaman dahulu
goa ini di gunakan sebagai tempat untuk menyimpan mesin diesel pembangkit
tenaga listrik untuk keperluan perumahan para pejabat belanda di sekitarnya.
Lokasi goa ini terletak di sekitar Blok B yang mendekati ke blok C, 200
meter tidak jauh dari area parkir menuju
goa.
Goa Belanda tampilan sekarang |
Untuk sampai ke sana, saya dari Cileunyi menggunakan kendaraan roda dua pribadi, menempuh rute Cileunyi - Buah Batu – Baleendah – Banjaran – Cimaung. Setelah sampai di Banjaran, sekitar 10 km dari Bandung Kota, perjalan dilanjutkan kea rah Pangalengan, sekitar 5 km dari arah Banjaran, ada pertigaan dengan ciri tugu perintis lalu ambil jalan ke kiri yang menunjukkan arah wisata Taman Bougenville dan Gunung Puntang. Dari pertigaan itu untuk sampai ke lokasi Gunung Puntang harus menempuh jarak 8 km. tidak perlu khawatir karena jalan yang ditempuh rutenya tidak sulit, hanya mengikuti terus jalan tersebut dan jalannya pun bagus. Tiket masuk pengunjung hanya Rp10.000/orang dan Rp 2500/motor (harga sewaktu-waktu dapat berubah).
Sumber :
http://festivalgunungpuntang2009.blogspot.com/2008/09/gunung-puntang-tempoe-doeloe.html
http://sebandung.com/
http://www.wisatakebandung.com/
0 komentar:
Post a Comment