Monday, August 7, 2017

Ziarah Kubur sebagai pengingat mati

Dunia hanya sementara. Semua makhluk Allah akan hancur. Semua yang hidup akan mati. Banyak orang yang terlena akan kenikmatan dunia, tanpa mengingat kematian dirinya. Seolah-olah kematian hanya akan menghampiri orang lain. Seolah-olah yang dibawa ke liang kubur hanya orang lain. Dirinya hanya akan menjadi orang yang mengantarkan orang lain ke kuburan. Seolah dirinya lepas dan bebas dari maut. Ketika ada anak Adam yang meninggal dunia, itulah gambaran bahwa kita yang juga sama-sama anak Adam akan mengalami hal yang serupa. Mengalami dicabutnya nyawa dari raga. Mengalami dimandikan, dikafani, disholatkan dan dikuburkan.
Sudah menjadi budaya kita di Indonesia untuk mengkhususkan waktu berziarah kubur. Padahal tidak ada waktu khusus dalam berziarah kubur. Kapan pun kita boleh birziarah kubur. Bukan untuk meminta safaat, bukan untuk bertawashul, melainkan untuk mengingat kematian. Sebagaimana sabda Rosulullah saw :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِيُّ: قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ. )صحيح مسلم 2: 271 رقم:976 باب استئذان النبي ص ربه عز وجل في زيارة قبر أمه(
Dari Abu Hurairah ia berkata, ‘Nabi saw berziarah ke kuburan ibunya kemudian Nabi saw menangis dan menangis pula orang yang ada di sekitarnya, kemudian Nabi bersabda, “Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan baginya (ibunya) tetapi Ia (Allah) tidak memberikan izin kepadaku, kemudian aku meminta izin untuk menziarahi kuburannya, maka diberikan izin bagiku, maka ziarahilah kuburan-kuburan karena sesungguhnya (ziarah kubur) itu akan mengingatkan kepada kematian”’. Shahih Muslim II: 271 No. 976.
                Dalam hadits lain disebutkan :
عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ: نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّ فِي زِيَارَتِهَا تَذْكِرَةً. )سنن أبي داود 3: 171 رقم:3235 باب في زيارة القبور(
Dari Ibnu Burdah dari ayahnya ia berkata, ‘Rasulullah saw bersabda, “Aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, maka ziarahilah ia (kuburan), karena sesungguhnya dalam menziarahinya itu sebagai peringatan’”. Sunan Abu Daud III: 171 No. 3235 Bab; Tentang ziarah kubur.


Dari hadits tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa menziarahi kubur itu tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai pengingat bahwa kita akan mengalami hal yang sama dengan yang ada dalam kuburan tersebut. Maka dari itu, bagi yang masih merasakan nikmatnya hidup, maksimalkan hidup kita, optimalkan ibadah kita dan usahakan yang terbaik untuk menjadi hamba Allah yang bertakwa, dan memperbanyak mengingat kematian. 

Menyikapi Dosa

Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah. Namun seiring perjalanan waktu, manusia akan memilih jalan hidupya masing-masing. Allah menciptakan manusia dengan wujud yang sempurna, sebagai makhluk yang sempurna, dengan jiwa yang sempurna.
وَ نَفْسٍ وَّ مَا سَوّٰىہَا ﴿۷  
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),” QS. Asy Syams : 7

Jika manusia hanya seonggok daging dan tulang, maka sapi pun punya daging dan tulang. Maka dari itu manusia memiliki jiwa yang dianugerahkan oleh Allah swt sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Dalam jiwa tersebut Allah juga menanamkan dorongan untuk berbuat fasik, dan juga dorongan untuk berbuat kebaikan. Sebagaimana Firmannya :
فَاَلْہَمَہَا فُجُوۡرَہَا وَ تَقْوٰىہَا ﴿۸  
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” QS. Asy Syams : 8

Dalam jiwa manusia itulah terjadi pergulatan, perselisihan, pertarungan antara dorongan baik dan dorongan buruknya. Saat dorongan baik manusia memenangkan pergulatan tersebut, maka manusia mendapat pahala karena untuk menahan dorongan buruk itu perlu perjuangan. Namun jika manusia lebih mengedepankan dorongan buruknya, maka pada saat itulah manusia akan terjerumus ke dalam kerugian bahkan bisa berdosa.
Berbicara mengenai orang yang berbuat dosa, maka jika kita mencermati, kita perhatikan, kita amati, bermacam-macam sifat manusia dalam menyikapi sebuah dosa dan kemaksiatan, setidaknya ada 3 macam manusia dalam menyikapi sebuah perbuatan dosa dan maksiat.
1.         Orang yang berbuat dosa, lalu ia menganggap enteng dosa tersebut.
Ada orang yang berbuat kesalahan, namun karena kesalahan itu dinilai tak seberapa, maka ia menganggap itu sebuah hal yang kecl dan tidak terlalu berpengaruh pada timbangan amalnya. Namun jika ia sadar, sesuatu yang kecil jika sering dilakukan maka akan menjadi sesuatu yang besar. Saat sesuatu yang kecil itu sudah menjadi besar, ia akan merasakan penyesalan terhadap sikapnya tersebut.
2.         Orang yang berbuat dosa, lalu ia ingin bertobat tapi ia selalu menangguhkan tobatnya.
Orang yang selalu menangguhkan tobatnya, ia akan menyesali perbuatan menangguh-nangguhkannya itu ketika kematian datang kepada dirinya. Ia tidak tahu kapan ajal menjemput. Ketika ajal sudah datang, maka pintu tobat yang tadinya akan ia masuki, tertutuplah. Terlambat untuk bertobat karena ajal telah tiba.
Sebagaimana firman Allah swt:
رَبِّ لَوْ لَاۤ  اَخَّرْتَنِیۡۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ اَكُنۡ  مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿۱۰ وَ لَنۡ  یُّؤَخِّرَ اللہُ  نَفْسًا  اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللہُ  خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعْمَلُوۡنَ ﴿٪۱۱  
"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. QS. Al Munaafiquun :10-11
3.         Orang yang mengetahui perbuatan dosa, ia coba berusaha untuk menghindari, menekan dorongan buruknya, dan bersegera untuk bertobat kepada Allah untuk selalu mensucikan jiwanya dari dosa dan maksiat. Sebagaimana Allah berfirman:

قَدْ  اَفْلَحَ  مَنۡ  زَکّٰىہَا ﴿۹  وَ قَدْ خَابَ مَنۡ  دَسّٰىہَا ﴿ؕ۱۰
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. QS. Asy Syams : 9-10

Manusia tak pernah luput dari kesalahan. Perbanyaklah memohon ampun kepada Allah serta yakin bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Oleh karena itu berusahalah untuk senantiasa mengasah diri kita, melatih jiwa kita menahan hawa nafsu dan meredam dorongan buruk untuk berbuat dosa dan maksiat. Sebagaimana firman Allah :
وَ اَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّہٖ وَ نَہَی النَّفْسَ عَنِ الْہَوٰی ﴿ۙ۴۰  فَاِنَّ  الْجَنَّۃَ  ہِیَ الْمَاۡوٰی ﴿ؕ۴۱

”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” An Naazi’at : 40-41

Ikhtiar

Manusia diberi akal sehat oleh Allah untuk menentukan jalan hidupnya sendiri dengan mencari kebenaran dan memilih mana yang benar dan menjauhi mana yang salah. Ketika manusia dihadapkan pada ujian dari Allah, maka ada dua macam pilihan yang akan diambil oleh manusia, pertama, ia akan tabah dan perlahan mengahadapinya. Kedua, ada pula yang menyerah lalu memutuskan untuk mengambil jalan pintas. Bukan manusia jika tidak diberi ujian hidup. Allah memberikan ujian untuk memberikan pelajaran kepada manusia dan menjadikannya manusai yang tangguh, karena dalam setiap masalah, jika mampu melewatinya, maka bertambah lah satu kedewasaaan dalam diri manusia.
Setiap manusai wajib berusaha/berikhtiar mencari solusi, mencari cara untuk keluar dari masalah, untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dan untuk memperbaiki nasib juga kualitas hidup dari hari ke hari, Allah swt berfirman :
قُلْ يَاقَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ. ]سورة الأنعام :135 [
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan”. QS. Al An’aam: 135

Allah telah memerintahkan agar kita sebagai manusia selalu mau berusaha keras demi mendapat apa yang kita inginkan. Berusaha untuk menjadikan diri kita semakin mulia di hadapan Allah dari hari ke hari dan berusaha menjauhkan diri kita dari neraka Allah swt. Kita tidak bisa bergantung kepada orang lain, tidak pula menyerahkan nasib kita kepada orang lain, karena setiap orang bertanggung jawab atas dirinya masing-masing, dan berusaha sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah maha mengetahui. Sebagaimana firman Allah swt :
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلاً . ]سورة الإسرا:84[
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. QS. Al Isra: 84


Taqwa ; Penentu Derajat Kemuliaan Manusia

Allah swt menciptakan manusia sebgai khalifah. Pemimpin yang mampu memimpin dirinya, mengendalikan dirinya, mengarahkan dirinya, serta menuntun dirinya sendiri ke arah yang benar. Allah sudah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya masing-masing.jika manusia ingin menjadi baik, maka berbuat baik dan jadi manusia yang baiklah. Jika ingin menjadi jahat, maka jadilah manusia yang jahat. Apapun pilihan yang diambil oleh manusia tersebut, tentu ada resiko atau buah yang di dapat dari apa yang manusia pilih di dunia. Jika hanya sekedar hidup, kera pun hidup. Jika sekedar bekerja, kerbau di sawah pun bekerja. Maka setiap keputusan yang di pilih, setiap apa yang dikerjakan, akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah swt. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah An Nahl ayat 93 :
وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”.
Maka dari itu, jelas sudah bahwa manusia harus memunculkan pembedanya dengan makhluk lain yang juga hidup, dan yang juga bekerja. Ibadah lah yang menjadikan manusia lebih mulia di sisi Allah. Menjadi hamba yang bertakwa lah yang memedakan derajat manusia di sisi Allah swt. Sebagaimana firman-Nya :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. QS. Al Baqarah: 21

 Manusia sudah diperintahkan untuk beribadah oleh Allah sebgai jalan untuk mendapatkan derajat ketakwaan di sisi Allah swt. Allah suga memerintahkan manusia untuk bertakwa sebenar-benarnya takwa. Ibadah sebenar-benarnya ibadah. Jangan sampai kita mengalami suul khatimah. Tentu saja yang semua manusia inginkan adalah khusnul khatimah. Selaras dengan firman Alah swt :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. QS. Ali Imran: 102

Jelas sudah, ketakwaan menjadi ukuran di mana posisi kita di hadapan Allah. Harta dan kekayaan tidak menjadi ukuran. Itulah Maha Adilnya Allah. Jika kekayaan menjadi patokan derajat kemulyaan, maka orang-orang yang di bawah aris kemiskinan tidak memiliki kesempatan untuk menjadi mulia di sisi Allah swt. Tapi Allah menjadikan Takwa sebagai patokan derajat kemuliaan manusia di sisi Allah swt.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ 
“Sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang paling bertakwa” QS. Al Hujurat : 13

Wallahu a’lamu bish showaf

Kesesatan Iblis

Iblis merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat membangkang dan penuh kesombongan. Iblis pula lah yang selalu menggoda manusiauntuk membangkang kepada Allah dan melakukan apa yang dilarang oleh Allah swt. Kedekatan iblis dengan manusia itu sampai-sampai digunakan istilah bahwa iblis itu mengalir dalam aliran darah manusia. Menggabarkan bahwa ibis itu sangat dekat dan berkesempatan utntuk mengoda manusia tatkala manusia hendak berbuat kebaikan atau beribadah kepada Allah swt. Saking enggan untuk tunduk pada perintah Allah sehingga Allah gambarkan dalam Al Quran bagaimana iblis menolak perintah Allah ketika diperintah untuk sujud kepada Adam as.
وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ )سورة الأعراف: 11(
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. QS. Al ‘Araf: 11
Dalam ayat lain disinggung hal yang sama :
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً )سورة الكهف: 50(
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. QS. Al Kahfi: 50
Iblis menolak perintah Allah karena kesombongannya. Jika manusia memiliki sifat sombong dan berbangga diri, maka manusia tersebut sudah mewarisi sifat iblis. Iblis diciptakan oleh Allah dari api, sebagaimana firman Allah :
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ )سورة الرحمن: 15(
dan Dia menciptakan jin dari nyala api. QS. Ar Rahman: 15

Ia berbangga diri karena diciptakan dari api dan enggan bersujud kepada makhluk Allah yang dicitakan dari tanah. Hal ini berlandaskan pada ayat berikut :
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ )سورة الأعراف: 12(
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". QS. Al ‘Araf: 12
فَقَالَ لاَ أَسْجُدُ لَهُ وَأَنَا خَيْرٌ مِنْهُ وَأَكْبَرُ سِنًا وَأَقْوَى خَلْقًا خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ، يَقُوْلُ إِنَّ النَّارَ أَقْوَى مِنَ الطِّيْنِ. )تفسير الطبري 1: 202(
Maka Iblis berkata, ‘Aku tidak akan sujud kepadanya, karena aku lebih baik dari dia, aku lebih tua umur dan lebih kuat penciptaan. Allah telah menciptakanku dari api, sedangkan Allah menciptakannya dari tanah’. Dia (Iblis) mengatakan, ‘Sesungguhnya api lebih kuat daripada tanah’. Tafsir Ath Thabari I: 202
Demikianlah iblis yang sombong dan pembangkang juga penuh dengan kesesatan. Iblis menunjukkan kenikmatan sebagai tipu daya yang mengalihkan manusia dari perihal baik menjadi perihal buruk, dari keshalihan kepada kesalahan, dari terang kepada kegelapan, dari bersih hati kepada penyakit hati dari taqwa menjadi kufur.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk senantiasa konsisten dalam Islam, dan menjaga diri kita serta menjauhkan iblis dari diri kita dengan terus meningkatkan ketaqwaan kita. Banyak cara yang bisa membentengi diri kita dari kesesatan iblis. Salah satunya, dekat-dekatlah dengan Al Quran, baca dan fahami, lalu internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.






Menggantungkan diri pada al quran

Manusia diberi waktu oleh Allah untuk hidup di dunia, merasakan nikmat dunia, mencari pemenuhan kebutuhannya di dunia, dan mengusahakan yang terbaik untuk dirinya di dunia. Namun, manusia tidak bisa bertindak sesuka hati mengikuti hawa nafsu. Semua telah diatur oleh Allah swt bagaimana cara hidup yang baik lagi manfaat. Allah swt menurunkan kitabnya Al Quran untuk menjadi pedoman bagi seluruh manusia agar hidup terarah dan tidak salah jalan. Allah memerintahkan kita agar tetap bersatu, tidak bercerai-berai juga tidak berselisih. Sebagaimana firmannya :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. QS. Ali ’Imrân: 103
Dengan berpegang pada agama Allah, maka manusia akan sampai kepada kemashlahatan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Al Quran menjadi petunjuk, peta yang mengarahkan manusia pada keselamatan. Jika kita menggantungkan hidup kita pada Al Quran, maka niscaya itulah jalan yang lurus, yang allah ridhoi. Jika menemukan suatu masalah, maka kembalikanlah pada Al Quran dan sunnah Rosululllah saw. Sebagaimana firman Allah swt :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Ali Imran: 31
Selaras dengan sabda rosulullah saw:
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالاَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ e إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي، أَحَدُهُمَا أَعْظَمُ مِنْ اْلآخَرِ كِتَابُ اللهِ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنْ السَّمَاءِ إِلَى اْلأَرْضِ وَعِتْرَتِي أَهْلُ بَيْتِي وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا. سنن الترمذي 5: 663 رقم: 3788
Dari Zaid bin Arqam ra berkata, ‘Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku meninggalkan untuk kalian apa-apa yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan tersesat setelahku, satu di antara keduanya lebih agung dari yang lain, (yaitu) al Qur’an yaitu tali yang memanjang dari langit ke bumi dan keturunanku (ahlul bait) dan tidak akan berpisah sehingga datang kepadaku yaitu telaga, maka perhatikanlah bagaimana kalian akan menggantikanku pada keduanya?”. Sunan at Tirmidzi V: 663 No. 3788

Jelas sudah bahwa taat kepada Allah dengan mengikuti pada apa yang ada dalam Al Quran, akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan  akhirat.