Monday, June 5, 2017

Book Review - Windry : London

Judul Buku: London ; Angel
Penulis : Windry Ramadhina
Terbit Pertama : 2013
Tebal :  327 halaman
Cetakan : ke-3, 2013
Penerbit : Gagasmedia
ISBN : 979-780-653-7
           
Kisah seorang pemuda sekaligus senang dengan dunia sastra bernama Gilang berpisah dengan sahabatnya Ning yang sudah bersama-sama selama 10 tahun ke negeri Ratu Elizabeth kota London. Jarak bukan masalah untuk mereka tetap berkomunikasi. Mereka tetap menjalin komunikasi dengan media sosial yang ada. Ternyata dibalik prngakuan gilang terhadap Ning sebagai sahabatnya,  diam-diam Gilang memang menyimpan perasaan suka terhadap Ning. Tak terasa 4 tahun sudah Ning meninggalkan Gilang di Jakarta dan menetap di London. Atas pengaruh teman-temannya, Brutus,  Hyde,  Dum dan Dee (sebutan Gilang untuk mereka) Gilang pun memutuskan untuk menyusul Ning ke London.
Sesampainya di London Gilang mendapatkan hal-hal baru, namun kunjungan pertamanya ke tempat tinggal Ning tidak membuahkan hasil karena Ning sedang berada di Cambridge. Alih-alih bertemu Ning, Gilang malah bertemu dengan gadis cantik berambut coklat keemasan yang ia sebut Goldilock. Pertemuan pertamanya dengan Goldilock lalu menaiki London Eye berdua memberikan kesan indah  bagi Gilang. Gadis itu selalu muncul ketika hujan dan pergi lalu menghilang saat hujan reda. Saat gadis itu pergi pada pertemuan pertamanya ia meninggalkan sebuah payung lipat berwarna merah yang pada kejadian-kejadian berikutnya payung itu banyak menolong orang dalam hal asmara. Benar-benar payung romantis.  Gilang juga bertemu dengan gadis Indonesia bernama Ayu. Gadis dengan sikap yang dingin dan penggila buku.
Selanjutnya dalam novel ini dikisahkan bahwa Gilang tidak semujur orang-orang yang dibantu olehnya dan payung Goldilock itu, nasib Gilang sebaliknya. Dia kehilangan gadis yang dicintainya dengan membawa payung merah Goldilock tersebut. Gilang merasa kedatangannya ke London sia-sia. Alasan utamanya datang ke London adalah demi menyatakan cintanya dan medapatkan hati Ning, gadis yang sudah 14 tahun menjadi sahabatnya. Namun Ning mencintai orang lain. Cintanya kepada Gilang berbeda. Cinta kepada seorang sahabat dan tidak mau kehilangan sahabat seperti Gilang. Gilang pun harus mau menelan pil pahit itu. Namun hal yang tak diduga-duga menghampiri gilang di detik-detik terakhir kepulangannya ke Jakarta. Kisah asmaranya yang tadinya kandas, mulai muncul secercah harapan. Gilang mendapat kejutan asmara dari gadis yang tak diduganya, bahkan tak direncanakan sebelumnya. Rencana Tuhan memang luar biasa. Alih-alih Ning yang menolak cintanya, Gilang justru mendapatkan peluang baru dan tertuju pada gadis yang memiliki passion sama dengan dirinya.
Novel yang romantis. Alurnya tidak terlalu cepat, namun juga tidak lambat atau bertele-tele menurutku. Mudah dimengerti dan bisa membuat emosi pembaca terbawa arus kisah dalam novel ini. Penulis mampu menciptakan karakter yang betul-betul terlihat sebagai penggila buku dan sastra dengan menampilkan pengetahuan Gilang tentang karya-karya sastra klasik.
Kelemahan novel ini menurutku, tidak bisa dibaca oleh remaja usia sekolah karena di dalamnya memuat hal-hal yang tidak aman dan tidak cocok dibaca oleh pelajar seperti mengunjungi pub lalu minum minuman keras hingga mabuk untuk menenangkan pikiran saat mendapat masalah. Jadi kesimpulannya novel ini karya yang bagus namun hanya boleh dibaca oleh dewasa.
Hikmah dari Novel ini adalah bahwa kita tahu segala yang sudah kita rencanakan tidak selalu sesuai dengan harapan. Tapi dibalik semua itu, yakinlah bahwa Tuhan memiliki rencana lain yang lebih baik untuk kita selagi kita mau memperjuangkannya.


0 komentar:

Post a Comment