Thursday, May 5, 2016

Book Review : Dan Brown - The Lost Symbol

Judul Buku: The Lost Symbol
Diterjemahkan dari : The Lost Symbol
Penulis : Dan Brown
Terbit Pertama : 2009
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Tebal : 712 halaman
Terbit di Indonesia : Cetakan kedua, April 2010
Penerbit : Bentang
ISBN : 978-979-1227-86-5

The Lost Symbol merupakan novel ke tiga dalam sekuel Davinci code yang ditulis oleh novelis Dan Brown dengan tokoh utama masih profesor simbologi Robert Langdon. Setelah Angel and Demon dan The Davinci Code, kali ini Langdon kembali berpetualang dengan teka-teki dan misteri yang berkaitan dengan simbol-simbol kuno yang berlatar di ibu kota Amerika Serikat.
Dalam novel ini Langdon diminta oleh Peter Salomon yang merupakan sahabat sekaligus mentornya yang ke US.Capitol di DC untuk memberikan ceramah mengenai simbologi. Peter Solomon berasal dari keluarga aristokrat Amerika Serikat, sekaligus kepala Institut Smithsonian dan seorang patron Mason dengan pangkat derajat 33 (derajat tertinggi di kelompok tersebut). Langdon begitu semangat memenuhi permintaan sahabatnya untuk datang ke Gedung Capitol. Keanehan pun muncul saat Langdon tiba di Gedung Capitol. Bukan sambutan hangat yang diterima langdon saat tiba, melainkan ia dikagetkan dengan potongan tangan kanan sahabatnya dengan cincin mason dengan tuntutan agar Langdon memecahkan teka-teki kuno sebagai tebusan atas penculikan Peter Solomon. Langdon tak punya pilihan, di harus mengikuti keinginan dari si penelpon misterius untuk menyelamatkan sahabatnya Peter Solomon. Dengan telunjuk dari potongan tangan yang mengarah pada lukisan fresko The Apotheosis of Washington, sebuah kotak tua titipan Peter, dan cincin Mason yang ada di jari tangan tersebut, Langdon harus mengerahkan seluruh kemampuan intelektualnya untuk memecahkan teka-teki demi menyelamatkan Peter. Namun ternyata informasi tentang Langdon dan tuntutan psikopat itu menimbulkan kecurigaan CIA, yang menganggap bahwa pemecahan misteri itu terkait dengan “keamanan nasional” pemerintahan AS. CIA menduga bahwa Langdon terlibat dalam gerakan teorisme agama dan terus mencurigainya.
Inoue Sato, seorang direktur Office of Security CIA yang langsung mengepalai operasi pencegahan upaya makar terhadap pemerintahan mengawasi langsung dan mengintrogasi Langdon tentang hal-hal yang berkaitan dengan organisasi Mason. Langdon pun bercerita secara gamblang tentang Freemasons serta pengaruhnya pada visi di awal pendirian Amerika Serikat. Ternyata paara pemimpin bangsa Amerika Serikat memang anggota dari Freemasons, antara lain George Washington, Thomas Jefferson, Benjamin Franklin, dan James Madison. Dibantu oleh adik dari Peter, yaitu Kathrene Solomon, Langdon berupaya sekuat tenaga menyelesaikan teka-tekinya.
Penjahat dalam novel ini yang tidak lain adalah penculik dari Peter Solomon menyebut dirinya Mal’akh, manusia yang penampakannya seperti monster dan dipenuhi dengan tato disekujur tubuhnya. Dia terobsesi oleh keyakinan bahwa manusia bisa mencapai derajat mirip tuhan dengan menjalankan prosesi dan ritual tertentu. Dirinya merasa bahwa telah mendapat pencerahan setahap demi setahap. Dia yakin bahwa kunci perubahan derajat manusia itu disembunyikan oleh kaum Freemasons. Dia memaksa Langdon untuk mau mengikuti keinginannya karena Peter Solomon menolak membuka rahasia yang diinginkannya.
Mal’akh berusaha agar semua ritualnya berhasil dengan menggunakan berbagai cara. Mal'akh berhasil mengorek rahasia terbesar piramida yang menunjukkan lokasi Misteri Kuno berkat bantuan Landon. Dia membawa Peter menuju ke House of Temple. Di sanalah ia menyelesaikan semua riualnya yang telah ia dambakan selama bertahun-tahun dengan menusuk dirinya dengan Pisau Akedah Kuno yang dia beli lebih dari satu juta dolar oleh keturunan Mason yang tinggi. Semua yang di rencanakan dan diinginkan oleh Mal’akh berhasil dilakukan dan dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
Saya terkecoh saat membaca novel ini, lagi dan lagi setelah terkecoh oleh dua novel sebelumnya (Angels and Demons dan The Da Vinci Code). Sebuah kisah yang mengharukan, ternyata Ml’akh adalah Zachary, putra dari Peter Solomon yang dikira telah meninggal dalam penjara dan saya kira Mal’akh benar-benar berhasil setelah ia menyempurnakan penyerahan jiwanya yang suci kepada para dewa, membebaskannya dari cangkang ragawi. Ternyata Peter berbohong tentang Piramida Mason itu. Tak seperti yang Mal’akh kira.
Novel dengan plot/alur yang maju dengan cepat dan hanya sesekali melakukan alur mundur seperti penggambaran latar belakang dan asal-usul dari Mal’akh yang menculik Peter Solomon merupakan keunggulan novel ini dengan menciptakan ketegangan dan hanya sedikit menurunkan tensi saat membaca. Novel setebal 712 halaman ini bahkan memiliki cerita yang tak lebih dari 24 jam. Mitos dan simbol yang melibatkan konspirasi sekte agama, dan ritual kuno, menjadikan penelusuran Langdon menjadi rumit. Pembaca akan merasa dipaksa tak ingin berhenti membaca, mengikuti alurnya sampai selesai, dan berfikir mengenai teka-teki yang tak berujung dalam novel ini. Setiap lembarnya berisi ketegangan dari situasi dan teka-teki yang sedang Langdon coba pecahkan yang membuat pembaca tak ingin menunda membacanya. Novel The Lost Symbol ini high recomended di baca bagi yang suka dengan simbologi, sejarah kebijakan-kebijakan kuno maupun pemerhati organisasi rahasia di dunia.

0 komentar:

Post a Comment