Friday, February 19, 2016

Book Review : Madre

Judul Buku: Madre
Penulis : Dee
Terbit Pertama : 2011
Tebal : 94 halaman
Cetakan : Maret 2013
Penerbit : Bentang
ISBN : 978-602-7888-24-1

Kisah seorang bernama Tansen Roy Wuisan, dia yang sebenarnya cucu dari Tan Sie Gie, namun sama sekali idak mengenal siapa Tan Sie Gie. Setelah dia menghadiri pemakaman seseorang yang sama sekali tak ia kenal itu, tapi mengapa namanya ada dalam ahli waris orang itu. Warisan yang diterimanya hanya sebuah amplop berisi kunci dan sebuah alamat sebuah toko yang sudah lama tak beroperasi. Di sana dia bertemu dengan Pak Hadi, lelaki tua yang mendiami tempat itu.
Diceritakan bahwa ternyata Tansen adalah cucu dari Tan Sie Gie alias pewaris dari toko roti Tan de Bakker. Tan Sie Gie mewariskan Madre pada dirinya agar dia merawat Madre dengan baik. Madre, adonan biang roti yang lahir pada tahun 1941, dan terbuat dari tepung, air, fungi Saccharomyses exiguus dan bakteri. Namun, Pak Hadi membicarakan Madre seolah Madre adalah manusia yang perlu di rawat dengan baik. Tansen pun diajari membuat roti menggunakan Madre oleh Pak Hadi dan mencatat apa yang Tasnen alami dalam blognya. Hingga ada pembaca yang tertarik dengan Madre, bernama Meilan Tanudwidjaja seorang wanita yang juga masih keturunan tionghoa dan juga pengusaha roti.
Kisah baru pun dimulai. Kisah antara Tansen, Pak Hadi dan keluarga Tan de Bakker, dan seorang gadis bernama Mei berjuang menghidupkan kembali apa yang selama ini mati suri. Menghidupkan kembali Madre. Membangkitkan kejayaan Madre. Gabungan antara sejarah, perjuangan, dan cinta bersatu dalam cerita ini seperti sebuah adonan roti. Semua berawal dari Madre untuk kejayaan Madre.
Kelebihan buku ini, adalah penulis mampu menggiring rasa ingin tahu pembaca dengan judul buku ini sendiri. Melihat cover buku ini dan membaca judulnya “Madre” akan membuat orang bertanya, apa Madre itu. Dari segi penyampaian alur cerita, menggunakan bahasa yang kmunikatif, tidak baku, dan mudah dipahami. Konflik yang sederhana namun pembaca dapat menangkap makna dan manfaat dalam penyelesaian konflik tersebut. Kekurangannya, bagi saya cerita ini terlalu singkat sehingga penyelesaian dalam konflik yang ada pun hanya secara sederhana.
Madre ini sudah diangkat menjadi sebuah film yang diperankan oleh Vino G. Bastian dan Didi Petet. Bagi orang yang sudah melihatnya di film, pasti tau dengan cerita ini. Namun tentu tak selalu sama antara apa yang ada di buku dan di film. Terdapat beberapa perbedaan antara film dan novel. Misalnya perbedaannya pada setting tempat. Dalam novel, setting tempat pemakaman Tionghoa dan toko roti Tan de Bakker adalah Jakarta, namun di film mengambil setting pemakaman di Makam Pandu dan gedung tua di Jl. Braga, Bandung. Sosok pak Hadi dalam novel adalah seorang lelaki dengan logat Jawa, namun dalam film pak Hadi justru kental dengan logat Sunda.


0 komentar:

Post a Comment