Friday, February 19, 2016

Book Review : The Child Thief

Judul Buku: Si Pencuri Anak
Diterjemahkan dari : The Child Thief
Penulis : Brom
Terbit Pertama : 2009
Penerjemah: Tanti Lesmana
Tebal : 936 halaman
Terbit di Indonesia : Cetakan pertama, Oktober 2012
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-8944-2

Mengisahkan seorang anak bernama Peter yang memiliki masa lalu yang menyedihkan. Dilahirkan dari hubungan antara manusia dan roh penghuni hutan. Terusir, tak ada tempat untuk dituju, dan sendirian. Peter diselamatkan oleh Lady Modron saat ia nyaris tewas oleh Ginny Greenteeth. Peter pun menjadi abdi Avalon, negeri di mana Lady Modron berada sekaligus tempat tinggal Peter yang pada saat itu sedang diambang kehancuran.
Setelah Avalon ditinggalkan oleh Avallach sebagai pimpinan pasukan melawan para pemakan daging, posisinya digantikan oleh Yang Bertanduk, anak laki-lakinya. Sayang, dia terbunuh. Seharusnya posisi yang bertanduk digantikan oleh puranya, Ulfger. Namun ia menolak dan memimpin pertempuran. Dan malam menjadikan Lady Modron yang sekarat sebagai tawanannya.
Avalon sedang berada dalam kondisi sekarat. Penyebabnya kondisi sekarat Avalon adalah ulah dari Para Pemakan Daging (Flesh Eaters), musuh besar penghuni Avalon, kelompk manusia yang secara tidak sengaja terdampar di Avalon lalu melakukan pembakaran hutan untuk menyingkirkan para penghuni Avalon. Lady Modron tidak ingin penghuni Avalon punah, maka ia melepaskan kabut untuk melindungi penghuni Avalon yang juga menyebabkan efek sihir tidak bertambahnya usia penghuni pulau itu.
Judul Si Pencuri Anak ini ditujukan kepada tokoh utama dari buku ini, Peter. Peter membentuk kelompok untuk melawan para pemakan daging dengan mencuri anak-anak seusianya dari dunia manusia dan di bawa ke Avalon. Ia pun memiliki wilayah sendiri yang di Hutan Iblis, tempat di mana ia membangun klan Iblis, melatih anak-anak yang ia bawa dari dunia manusia dan membentuk benteng perlindungan. Dengan klan Iblis yang dibuntuknya, ia berharap dapat mengusir para Pemakan Daging dan menyelamatkan Avalon meski itu tidaklah mudah.
Novel setebal 936 halaman ini ditulis dengan cerdas oleh Brom. Ia terinspirasi dari kisah Peterpan dengan Neverland-nya. Penulis juga menggambarkan Avalon begitu jelas disertai sejarahnya yang mengesankan pembaca. Namun Brom dalam novel ini menggambarkan sisi gelap dari Peterpan. Brom menuturkan alur cerita yang menarik serta begtu detail konflik juga penyelesaiannya dalam novel ini. Pembaca terbawa masuk ke dalam negeri yang kelam, Avalon dengan petualangan yang berdarah-darah, makhluk yang buas dan tak memiliki belas kasihan, dan peperangan yang berujung kematian. Menarik dan wajib menjadi koleksi bacaan bagi pembaca yang menyukai novel dark fantasy apalagi yang ingin mengetahui sisi kelam dari kisah Peterpan.

Kekuragan dari novel ini, mungkin karena tebal sehingga butuh waktu yang lama menyelesaikannya. Tokoh yang tidak sedikit juga membuat pembaca harus mengingat kembali kemunculan tokoh tersebut di bab-bab sebelumnya. Alur maju mundur di beberapa ratus halaman pertama menjadikan beberapa bagian cerita yang agak membosankan, tapi tidak mungkin dilewatkan. Novel ini juga tidak dapat dibaca oleh sembarang orang. Bagi orang dewasa mungkin tidak masalah tapi bagi anak-anak sangat tidak dianjurkan untuk membaca novel ini karena meski tidak ada adegan vulgar, tapi didalamnya penuh unsur kekerasan dan kekejaman yang tidak baik untuk disimak oleh anak-anak.

0 komentar:

Post a Comment