Monday, June 22, 2015

KAJIAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM 7 : KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Pengertian Kurikulum
Secara Etimologi
Kurikulun berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu (Ramayulis, 2008: 150)..
Dalam bahasa Arab, kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam Qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oelh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan (Ramayulis, 2008: 150).
Secara Terminologi
Crow dan Crow mendefinisikan kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah (Ramayulis, 2008: 151).
Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang disitir oleh al-Syaibani, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Ramayulis, 2008: 151).
Alice Milel mengatakan bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan, dan sikap-sikap orang yang melayani dan dilayani di sekolah (termasuk di dalamnya seluruh pegawai sekolah) dalam hal ini semua pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswaaa termasuk ke dalam kurikulum (Ramayulis, 2008: 151).

Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam memiliki fungsi  sebagai alat untuk mendidik genarasi muda dengan baik dan mendorong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan keterampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi (Abuddin Nata, 2010: 130).
Kurikulum pendidikan Islam berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oelh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap (Ramayulis, 20008: 152).

Komponen Kurikulum (A. Tafsir, 2008: 55)
Tujuan, mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam proses belajar-mengajar.
Isi, materi proses belajar-mengajar, harus relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Metode atau proses belajar-mengajar, kegiatan anak dan guru dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan.
Evaluasi, kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui berapa persen tujuan dapat dicapai.

Asas dan Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
a. Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut S. Nasution, asas kurikulum pendidikan Islam, yaitu (Abuddin Nata, 2010: 132):
Asas filosofis, berperan sebagai penentuan tujuan umum pendidikan.
Asas sosiologis, berperan memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Asas organisatoris, berfungsi memberikan dasar-dasar dalam penyusunan mata pelajaran, penentuan luas dan sempitnya uraian serta urutan dan susunan mata pelajaran.
Asas psikologis, berperan sebagai memberikan berbagai prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan perkembangannya.
b. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Omar Mohammad al-Taomy al-Syaibany menyebutkan ada lima ciri kurikulum pendidikan Islam (Abuddin Nata, 2010: 133):
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya. Kandungan, metode, alat, dan tekniknya bercorak agama.
Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang menyeluruh. Ia memperhatikan bimbingan dan pengembangan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, spiritual.
Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan sosial.
Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bahkan anak didik.

Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Islam (Ramayulis, 2008: 155-156)
Tauhid, sebagai kerangka dasar utama kurikulum harus dimantapkan semenjak masih bayi – dimulai dengan memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid seperti azan atau iqamah terhadap anak yang baru dilahirkan.
Perintah membaca.

Prinsip Penyusunan Kurikulum (Ramayulis, 2008: 161-162)
Prinsip berasaskan Islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Prinsip (integritas) antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktiviti yang terkandung di dalam kurikulum, juga tautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid juga masyarakat.
Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
Prinsip fleksibilitas adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada pemilihan program pendidikan maupun mengembangkan program pengajaran.
Prinsip integritas adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu mengintegrasikan antara fakultas zikir dan pikir, serta manusia yang menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat cepat, memadai dan dapat memenuhi harapan.
Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya.
Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik.
Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan dan demokratis adalah bagaimana kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan.
Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum itu tidak statis, tetapi dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.
Prinsip keseimbangan adalah bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis.
Prinsip efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.

Klasifikasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga kelompok ilmu, yaitu (Ramayulis, 2008: 162-163):
Ilmu yang tercela banyak atau sedikit, misalnya ilmu sihir nujum dan perdukunan.
Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit, misalnya ilmu tauhid, ilmu agama.
Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu yang tidak boleh dialami karena dapat emmbawa kepada kegoncangan iman, misalnya ilmu filsafat.
Dari segi kelompok ilmu tersebut, al-Ghazali membagi lagi menjadi dua kelompok dilihat dari kepentingannya, yaitu (Ramayulis, 2008: 163):
Ilmu yang fardhu (wajib) ‘ain yaitu ilmu untuk semua orang muslim yaitu agama.
Ilmu yang fardhu kifayah untuk dipelajari sebagian muslim. Ilmu ini ilmu yang dimanfaatkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, misalnya ilmu hitung, ilmu kedokteran, dan lain-lain.
Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah sebagai berikut (Ramayulis, 2008: 163):
Ilmu-ilmu fardhu ‘ain yaitu al-Quran dan ilmu agama seperti fiqh, hadits dan tafsir.
Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta kafadh-kafadhnya karena ilmu ini  berfungsi membantu ilmu agama.
Ilmu-ilm fardhu kifayah yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi yang beraneka macam jenisnya, termasuk ilmu politik.
Ilmu kebudayaan seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.

Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam berorientasi kepada:
Orientasi pelestarian nilai, orientasi ini memfokuskan kurikulum sebagai alat untuk tercapainya “agent of conservative”.
Orientasi pada peserta didik, kurikulum harus memnuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan  bakat, minat, potensi yang dimilikinya, serta kebutuhan peserta didik.
Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Orientasi pada sosial demand, bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga out put mampu manjawab dan mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat.
Orientasi pada tenaga kerja, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
Orientasi penciptaan lapangan kerja, kurikulum hendaknya dapat menciptakan peserta didik yang dapat membuat lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja terutama dirinya dan orang lain.


0 komentar:

Post a Comment