Hakikat Peserta Didik
Ramayulis (2008:
77) menjelaskan bahwa peserta didik secara formal adalah orang yang sedang
berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,
pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta didik yang
perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Dalam
Pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Hasan
Basri (2009: 88), dalam perspektif pendidikan Islam, hakikat anak didik
terdiri dari beberapa macam:
- Anak didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di dalam keluarga;
- Anak didik adalah semua anak berada di bawah bimbingan pendidik di lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti di sekolah, pondik pesantren, pengajian di masyarakat, semuanya orang-orang yang menimba ilmu dipandang sebagai anak didik;
- Anak didik khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam oleh Ahmad
Tafsir (2010: 165), terdapat tiga sebutan untuk pelajar, yaitu:
1. Murid
Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh kalangan sufi, yang berarti orang yang sedang
belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Yang paling
menonjol ialah kepatuhan murid pada gurunya. Hubungan guru dan murid adalah
hubungan searah, dari subjek guru (mursyid) ke objek (murid), disebut
pengajaran berpusat pada guru.
2. Anak Didik
Anak didik
mengandung pengertian guru menyayangi murid seperti anaknya sendiri. Kasih
sayang guru terhadap anak didik dianggap salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Dalam sebutan anak didik pengajarannya msih berpusat pada guru tapi
tidak seketat pada guru-murid.
3. Peserta Didik
Istilah ini menekankan
pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam sebutan ini
akrivitas pelajar dalam proses pendidikan dianggap sebagai suatu kunci.
Kepribadian Peserta Didik
Allport
mendefinisikan kepribadian adalah susunan yang dinamis di dalam sistem
psiko-fisik (jasmani rohani) seorang (individu) yang menentukan perilaku dan
pikirannya yang berciri khusus.
Fadhil Al-Djamaly
menggambarkan kepribadian muslim sebagai muslim yang berbudaya, yang hidup
bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya, dan tanpa akhir ketinggiannya.
Dengan kepribadian muslim harus mengembangkan dirinya dengan bimbingan petunjuk
illahi, dalam rangka mengemban tugasnya khalifah Allah di muka bumi, dan selalu
melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah melakukan pengabdian kepada-Nya.
Kepribadian
muslim ada 2, yaitu:
1. Kepribadian
kemanusiaan (basyariah)
a. Kepribadian individu
b. Kepribadian ummah
2. Kepribadian
kewahyuan (samawi), yaitu corak
kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci al-Quran.
Adapun
pembentukan kepribadian muslim adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Kepribadian Kemanusiaan
a. Proses
pembentukan kepribadian secara perseorangan
a). Pranatal Education (Tarbiyah Qabl al-Wiladah), prosesnya dilakukan secara tidak langsung
(indirect). Berawal dari pemilihan
calon suami/istri yang baik dan berakhlak mulia, sikap perilaku orang tua yang
Islami saat bayi dalam kandungan serta pemberian makanan dan minuman yang
halal.
b). Education by Another (Tarbiyah ma’aghairih), dilakukan secara langsung oleh orang
lain (orang tua di rumah, guru di sekolah, pemimpin di masyarakat, dan para
ulama). Proses ini di mulai sejak anak dilahirkan hingga dewasa baik jasmani
maupun rohani.
c). Self Education (Tarbiyah al-Nafs), dilakukan melalui kegiatan pribadi tanpa
bantuan orang lain seperti membaca buku, koran, dan sebagainya, atau melalui
penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu. Menurut Muzayyin, self education timbul karena dorongan
dari naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui (couriosity).
b. Proses
pembentukan kepribadian secara ummah
a). Tidak melakukan
hal-hal yang keji dan tercela.
b). Membina hubungan
tata tertib meliputi bersikap santun dalam pergaulan.
c). Mempererat
hubungan kerja sama dengan cara meninggalkan perbuatan yang dapat merusak dasar
kerja sama.
d). Menggalakkan
perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi dampak positif kepada masyarakat
2. Pembentukan Kepribadian Samawi
Menurut
Jalaluddin proses pembentukan kepribadian ini dapat dilakukan dengan cara
membina nilai-nilai ke Islaman dalam hubungan dengan Allah SWT, yang dapat
dilakukan dengan cara:
a. Beriman kepada
Allah SWT.
b. Mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
c. Bertaqwa
kepada-Nya.
d. Mensyukuri nikmat
Allah dan tidak berputus harapan terhadap rahmat-Nya.
e. Berdoa kepada
Tuhan selalu, mensucikan dan membesarkan-Nya dan selalu mengingat Allah.
f. Menggantungkan
segla perbuatan masa depan kepada-Nya.
g. Mencintai Allah
dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada yang lain (Ramayulis, 2008: 110- 118).
Kebutuhan Peserta Didik
Banyak kebutuhan
peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, yaitu (Ramayulis, 2008: 78-80)
:
a. Kebutuhan Fisik
Peserta didik
mengalami perubahan fisik yang cepat terutama pada masa pubertas. Kebutuhan
biologis seperti makan, minim dan istirahan harus diperhatikan. Dengan adanya
kebiasaan hidup sehat dapat membantu menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh
peserta kelompok. Informasi ini sangat diperlukan terutama bagi peserta didik
yang berada pada masa pubertas.
b. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial
yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik
dapat berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya.
Kebutuhan untuk Mendapatkan Status
Peserta didik
terutama pada usia remaja membutuhkan suatu yang menjadikan dirinya berguna
bagi masyarakat. Peserta didik butuh kebanggaan untuk diterima dan dikenal
sebagai individu yang berarti baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat,
maupun dalam kelompok teman sebayanya, karena hal ini penting dalam mencari
identitas diri dan kemandirian.
Kebutuhan Mandiri
Peserta didik
pada usia remaja ingin lepas dari batasan atau aturan orang tuanya dan mencoba untuk
mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri.
Kebutuhan untuk Berprestasi
Kebutuhan ini
erat kaitannya dengan kebutuhan mendapat status dan mandiri. Artinya dengan
terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status atau penghargaan dan kebutuhan
untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi.
Kebutuhan ingin Disayangi dan Dicintai
Rasa ingin
disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan
terpenuhinya kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik.
Kebutuhan untuk Curhat
Kebutuhan untuk
curhat dimaksudkan untuk dipahami ide-ide dan permasalahan yang dihadapinya.
Jika mereka tidak dapat kesempatan untuk mengkomunikasikan permasalahannya,
apalagi jika dilecehkan, ditolak, atau dimusuhi, dapat membuat mereka marah,
kecewa, sehingga muncul perilaku negatif.
Kebutuhan untuk Memiliki Filsafat Hidup (Agama)
Peserta didik
pada masa pubertas mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran, tujuan
hidup, dan bagaimana kebahagiaan diperoleh. Karena itu mereka membutuhkan
pengetahuan yang jelas sebagai suatu filsafat hidup yang sesuai dengan nilai
kemanusiaan yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan.
Oleh karena itu peserta didik sangat membutuhkan agama.
0 komentar:
Post a Comment