Friday, December 21, 2012

KEIMANAN



A.    PENGERTIAN KEIMANAN

1.       Pengertian Iman Dalam Al-Qur’an dan Hadits
            Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwaNya Al-Qur’an adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.
            Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.

2.       Arti Iman
            Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah iman adalah
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Penjelasan arti iman
·         Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang di bawa oleh Rasullullah.
·         Mengikrarkan dengan lisan maksudnya mengucapkan dua kalimah syahadat “Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasullullah” (tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah).
·         Mengamalkan dengan anggota badan maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

3.      Pengertian keimanan atau akidah itu tersusun dari enam perkara yaitu:
·         Makrifat kepada Allah, makrifat dengan nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, makrifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya di alam semesta atau di dunia ini.
·         Makrifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini yakni alam yang tidak dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang terkandung di dalamnya yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan-kekuatan jahat yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari golongan setan. Selain itu juga makrifat dengan apa yang ada di dalam alam yang lain seperti jin dan ruh.
·         Makrifat dengan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Taala kepada para rasul. Kepentingannya ialah sebagai batas untuk mengetahui yang hak dan yang batil, yang baik dan yang jelek, yang halal dan yang haram, antara yang bagus dan yang buruk.
·         Makrifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul yang dipilih oleh Allah Taala untuk menjadi pembimbing ke arah petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk menuju kepada yang hak.
·         Makrifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di saat itu seperti kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah mati), memperoleh balasan, pahala atau siksa, surga atau neraka.
·         Makrifat kepada takdir (kada dan kadar) yang di atas landasannya itulah berjalannya peraturan segala yang ada di alam semesta ini baik dalam penciptaan atau cara mengaturnya.

B.     BUAH KEIMANAN

Jika seseorang sudah bermakrifat benar-benar kepada Tuhan dengan akal dan hati, maka hal itu akan menjadikan jiwanya kokoh dan kuat dan meninggalkan kesan yang baik dan mulia. Selain itu makrifat itu pula yang akan mengarahkan tujuan dan pandangannya ke arah yang baik dan benar, malah ke tingkat keluhuran dan keindahan. Buah keimanan itu sebagian akan kami simpulkan dalam uraian di bawah ini:

1.      Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain. Sebabnya sifat itu timbul ialah karena keimanan yang sebenar-benarnya akan memberikan kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Allah sajalah yang Maha Kuasa untuk memberi kehidupan, mendatangkan kematian, memberikan ketinggian kedudukan, menurunkan dari pangkat yang tinggi, juga hanya Dia sajalah yang dapat memberikan kemudaratan atau manfaat kepada seseorang manusia. Selain Allah tidak ada yang kuasa melakukannya. Jadi mengapa harus tunduk di bawah perintah orang yang tidak berkuasa apa-apa. Allah Taala berfirman, “Katakanlah! ‘Saya tidak berkuasa menarik manfaat atau kemudaratan untuk diriku sendiri, kecuali yang telah dikehendaki oleh Allah. Andai saya dapat mengetahui hal-hal yang gaib, tentu saya dapat memperoleh kebaikan (keuntungan) yang banyak dan saya tidak akan disentuh oleh bahaya apa pun. Saya ini tidak lain kecuali hanyalah seorang yang menyampaikan peringatan dan kabar gembira kepada kaum mukmin.” (Q.S. Al-A'raf:188). Sebenarnya sebab utama yang mengekanmanusia sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas dan cepat, juga yang merupakan penghalang yang terbesar untuk mencapai kemajuan itu ialah sikap tunduk dan patuh pada kemauan orang lain. Sikap kediktatoran dari orang atau golongan lain itulah yang menghambat segala macam kemajuan baik yang dilakukan sebagai kediktatoran politik oleh para penguasa pemerintahan atau kepala-kepala negara, atau pun yang dilakukan sebagai kediktatoran kependetaan oleh para ahli agama atau pendeta-pendetanya. Dengan penetapan yang diberikan oleh Islam dalam kenyataan ini, maka segala macam perhambaan haruslah dilenyapkan, sedangkan sebagai gantinya haruslah dikembangkan kemerdekaan setiap orang dari kungkungan dan belenggu para pengekang dan penghambat yang telah berjalan berabad-abad lamanya.

2.      Keimanan yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran. Kematian akan dianggap tidak berharga sama sekali, diremehkan dan sebaliknya malah akan dicari kematian secara syahid, demi untuk menuntut tegaknya keadilan dan kejujuran serta hak. Apakah sebabnya jiwa keberanian itu akan timbul? Sebabnya ialah karena keimanan itu akan mengajarkan bahwa yang kuasa memberikan umur itu tidak ada selain Allah Taala. Umur tidak akan berkurang sebab manusia menjadi berani dan terus maju, tetapi tidak pula akan bertambah dengan adanya sikap pengecut dan licik. Alangkah banyaknya manusia yang mati di atas kasurnya yang empuk, tetapi alangkah pula banyaknya orang yang selamat di tengah berkecamuknya peperangan yang maha dahsyat dan pertarungan yang amat sengit. Allah Taala berfirman, “Tidaklah seseorang itu akan mati melainkan dengan izin Allah. Kematian adalah suatu batas waktu (ajal) yang sudah ditetapkan.” (Q.S. Ali Imran:145). Dan firman-Nya, “Dan sebagian yang lain telah dicemaskan oleh jiwanya sendiri sampai mereka itu menduga terhadap Allah dengan dugaan yang tidak benar, seperti dugaan kaum Jahiliah. Mereka berkata, ‘Apakah kita akan memperoleh pertolongan agak sedikit saja?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pertolongan itu seluruhnya kepunyaan Allah.’ Mereka menyembunyikan dalam hatinya barang yang tidak diterangkannya terhadap kamu. Mereka mengatakan, ‘Sekiranya kita mendapatkan pertolongan agak sedikit saja, niscaya kita tidak akan terbunuh di tempat ini.’ Katakanlah, ‘Kalau sekiranya kamu semua tinggal dalam rumahmu, niscaya orang-orang yang sudah ditetapkan mati terbunuh itu pergi ke tempat mereka berbaring. Allah hendak menguji apa yang ada di dalam dadamu dan hendak membersihkan apa yang ada di dalam hatimu. Allah adalah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Q.S. Ali Imran:154). Allah Taala berfirman pula, “Di mana saja kamu semua berada, pastilah kematian itu akan mendapatkan kamu, biar pun kamu semua dalam benteng yang teguh.” (Q.S. An-Nisa:78)

3.      Keimanan itu akan menimbulkan keyakinan yang sesungguh-sungguhnya bahwa hanya Allah jualah Yang Maha Kuasa memberikan rezeki, juga bahwa rezeki itu tidak dapat dicapai karena ketamakan orang dan tidak dapat pula ditolak oleh keengganan orang yang tidak menyukainya.  Allah Taala berfirman, “Tidak ada seekor binatang pun di bumi ini, melainkan Allah yang menanggung rezekinya. Dia yang mengetahui kediamannya serta tempat penyimpanannya. Semua sudah ditetapkan dalam kitab (catatan) yang nyata.” (Q.S. Hud:6). Allah Taala berfirman pula, “Berapa banyaknya binatang yang tidak membawa rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya juga kepadamu, dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabut:60). Lagi firman-Nya, “Allah mencukupkan rezeki kepada siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia pula yang membatasinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Ankabut:62). Manakala akidah yang sebenar-benarnya sudah masuk meresap di dalam jiwa, maka sudah pasti manusia yang memilikinya akan terlepas dari kehinaan sifat-sifat kikir, tamak, rakus, dan loba dan sebagai gantinya ia akan bersifat dan berbudi luhur, seperti dermawan, suka memberikan bantuan, gemar menolong, suka memaafkan, pandai bergaul dan lain-lain. Ia akan menjadi manusia yang dapat diharap-harapkan kebaikannya dan orang-orang lain akan merasa aman sentosa dari kejahatannya.

4.      Ketenangan adalah salah satpengaruh daripada keimanan. Yang dimaksudkan ialah ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Allah Taala berfirman, “Orang-orang yang beriman itu, hati mereka menjadi tenang karena mengingat (berzikir) kepada Allah. Ingatlah bahwa dengan mengingat kepada Allahlah hati akan menjadi tenang.” (Q.S. Ar-Ra'd:28). Allah Taala berfirman pula, “Allah itulah yang memberikan ketenteraman dalam hatinya orang-orang yang beriman, supaya keimanan mereka itu bertambah dari keimanan yang telah ada.” (Q.S. Al-Fath:4). Jika hati sudah tenang dan jiwa pun sudah tenteram, maka manusia pasti akan dapat merasakan kelezatan beristirahat, juga kenikmatan keyakinan dalam kalbu. Di samping itu ia akan berani menanggung segala kesukaran dan kesengsaraan dengan sikap yang berani, ia akan tabah menghadapi segala mara bahaya bagaimana pun besar dan dahsyatnya. Sementara itu ia yakin pula bahwa pertolongan Allah pasti akan diulurkan pada dirinya, karena hanya Dialah yang Maha Kuasa untuk membuka segala pintu yang tertutup dan mendobrak segala jendela yang terkunci. Dengan kepercayaan yang sedemikian ini, maka tidak mungkin akan dihinggapi oleh rasa kesedihan, penyesalan atau pun hendak mundur ke belakang. Apalagi keputusasaan, maka sifat ini sama sekali tidak terdapat dalam kalbunya. Allah Taala dalam hal ini berfirman, “Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Ada pun orang-orang kafir itu pelindungnya adalah tagut (setan). Mereka itu dikeluarkan dari cahaya yang terang kepada kegelapan. Mereka itulah yang akan menjadi isi neraka dan mereka akan kekal di dalamnya selama-lamanya.” (Q.S. Al-Baqarah:257)

5.      Kehidupan yang baik, adil dan makmur akan dipercepat oleh Allah pelaksanaannya untuk seluruh kaum mukminin selagi mereka ada di dunia ini sebelum mereka menginjak alam akhirat nanti. Kehidupan sebagaimana di atas itu menjelma dalam beberapa hal, seperti:
·         Kekuasaan yang dikaruniakan oleh Allah Taala padaorang yang beriman itu, sehingga dapat memerintah dengan baik di atas permukaan bumi ini.
·         Diberinya petunjuk yang baik dalam kepemimpinannya atas seluruh umat manusia.
·         Dimenangkannya dalam melawan semua musuh yang hendak menghalang-halangi perkembangan masyarakat, baik di bidang keduniaan atau keagamaan.
·         Dilindungi dari serangan mendadak yang dilancarkan oleh musuh, sehingga tidak mungkin dapat dihancurkan dengan tiba-tiba.
·         Selalu diberi bimbingan, sekiranya ia salah dan tergelincir dalam sesuatu persoalan.
·         Yang lebih dari itu semua ialah bahwa ia akan dikaruniai kenikmatan benda (materi) yang berlimpah ruah banyaknya, sehingga inilah yang dapat digunakan untuk menempuh perjalanan hidupnya untuk menuju ke akhirat dengan mudah dan gampang sekali.

0 komentar:

Post a Comment