Friday, December 21, 2012

HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN



Kemajuan zaman modern memberikan dampak tersendiri dalam kehidupan manusia. Ada bagian yang positif, namun juga dampak negatif yang tidak kalah mendominasi. Bukan berarti kemajuan zaman modern adalah sesuatu yang buruk, namun persepsi tiap individu menghadapi hal seperti ini berbeda-beda. Hal itu menjadi semakin rumit karena tidak setiap manusia mampu beradaptasi dengan baik dengan dunia modern. Akhirnya, muncullah penyimpangan, kemerosotan dan ketidakpastian dalam menjalani hidup yang mengakibatkan manusia semakin tidak bernilai.
Dalam merespon revolusi industri, manusia pun terpecah-belah menjadi tiga golongan yang mengakibatkan masalah tersendiri bagi tiap golongan. Namun sangat beruntung bagi umat manusia khususnya umat Islam, akhlak tasawuf datang dengan konsep yang rapi dan telah teruji sebagai salah satu alternatif agar manusia mampu keluar dari kegalauan dan penyimpangan itu.

A. HUBUNGAN ANTARA ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
J. Arthur Thompson dalam bukunya” An Introducation to Science” menuliskan bahwa ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiri yang dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah- istilah yang sederhana mungkin.
Untuk menjelaskan perbedaan antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat, baiklah dikemukakan rumusan Filsafat dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N. Driyarkara S.Y., yang mengatakan “Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya yang dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat yang diterima saja, mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang masyarakat, hukum, sisiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu pandangan tidak diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan ‘ke’mengapa’ yang terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan kekuatannya itu.
“Filsafat adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat tidak memperlihatkan banyak kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan dan Teknologi bahkan melambung tinggi mencapai era nuklir dan sudah diambang kemajuan dalam mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia itu sendiri dengan revolusi genitika yang bermuara pada bayi tabung I di Inggris serta diambang kelahiran kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah hamil tua.
Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah dampak positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat menyedihkan.
Bahwa ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan faktor eksitensi manusia, sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan pengembangan ilmu itu sendiri kepada siapa manfaat dan kegunaannya dipersembahkan. Kemajuan ilmu teknologi bukan lagi meningkatkan martabat manusia itu, tetapi bahkn harus dibayar dengan kebahagiaannya. Berbagai polusi dan dekadensi dialami peradaban manusia disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Dalam usahanya pendidikan keilmuwan bukanlah semata-mata ditujukan untuk menghasilkan ilmuwan yang pandai dan trampil, tetapi juga bermoral tinggi.
Untuk menerangkan selanjutnya hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, baiklah dikemukakan pendapat Aristoteles tentang abstraksi. Menurut beliau pemekiran manusia melampaui 3 jenis abstraksi (kata Latin ‘abstrahere’ yang berarti menjauhkan diri, mengambil dari).
Dari setiap jenis abstraksi itu menghasilkan satu jenis pengetahuan yaitu :
1) pengetahuan fisis
2) pengetahuan matematis,
3) pengetahuan teologis.

1). Pengetahuan Fisis
Dalam kenyataannya manusia mulai berpikir bila ia mengamati, mengobservasi sesuatu. Faktor keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan manusia barulah timbul setelah pengamatan atau observasi lebih dahulu. Peranan ratio atau akal budi manusia melepaskan (mengabstrahir) dari pengamatan inderawi suatu segi-segi tertentu yaitu materi yang dapat dirasakan ratio atau akal budi manusia bersama dengan materi yang 'abstrak' itu menghasilkan pengetahuan yang disebut "fisika' (dari kataYunani 'Physos' = alam).

2). pengetahuan Matematis atau Matesis
Selanjutnya manusia masih mempunyai kemampuan untuk dapat mengabstrahir atau melepaskan lebih banyak lagi Bahwa kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua perubahan yang terjadi.
Hal ini dapat terjadi bila ratio atau akal budi manusia dapat melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti saja. Dengan kemampuan abstraksi ini manusia dapatlah menghitung dan mengukur, karena perbuatan menghitung. dan mengukur itu mungkin lebih dari semua gejala dan semua perubahan dengan menutup indera mata Adapun jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh abstraksi ini disebut 'matesis' (matematika) (kata Yunani'mathesist = pengetahuan ilmu).

3). Pengetahuan Teologis atau Filsafat Pertama
Pada tahap terakhir manusia juga dapat mengabstrahir dari semua materi, baik materi yang dapat diamati, maupun yang dapat diketahui. Apabila manusia berpikir tentang keseluruhan realitas tentang sangkanparannya (asal mula dan tujuannya), tentang jiwa manusia, tentang cita dan citranya, tentang realitas yang paling luhur, tentang Tuhan, maka berarti tidak hanya terbatas pada bidang fisika saja tetapi juga bidang matematika yang sudah ditinggalkannya. Di sini terbukti bahwa semua jenis pengamatan tidak berguna. lagi Adapun jenis berpikir ini disebut 'teologi' atau filsafat pertama,
Sesuai dengan tradisi setelah Aristoteles pengetahuan jenis ketiga ini, disebut 'rnetafisika, bidang yang datang setelah (meta') fisika. Menurut Aristoteles baik bidang metafisika, bidang matematika maupun bidang fisika, masih merupakan kesatuan yang keseluruhannya disebut ’filsafat' atau metafisika.
Pikiran atau ratio manusia, melalui penalaran analitik dan non-analitik. Dalam pikiran manusia ini lahirlah pengetahuan yang pertama beberapa ribu tahun yang lalu yaitu filsafat. Dalam usaha menjawab tantangan hidup manusia maka fase berikutnya lahirlah Ilmu-ilmu Alam (Natural Philosophy) dan Ilmu-ilmu Sosial (Moral philosophy).
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu) berpaling kepada sumber-sumber moral (filsafat Etika), tentang indah dan jelek (termasuk ilmu) semuanya berpaling kepada pengkajian filsafat Estetika.
Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta ”, demi kian kata tokoh Einstein. Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan kejurang malapetaka. Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama.
Filsafat ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai :

a.       Hakikat Tuhan
b.      Hakikat alam semesta, dan
c.       Hakikat manusia termasuk sikap manusia terhadap hal tersebut sebagai konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut.

Adapun titik perbedaanya adalah sebagai berikut :
a.       Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang sama yaitu : ra’yu (akal, budi, ratio, reason, nous, rede, ver nunft) manusia. Sedangkan agama bersumber dari Wahyu Allah.
b.      Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan, pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam),tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet bumi ini.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif).
Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.

C. SAINS DAN AGAMA
Belajar sains dan teknologi adalah juga belajar untuk memahami hakekat kehidupan manusia, dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Dengan belajar sains, kita belajar untuk rendah hati. Oleh karena itu, pembelajaran sains seyogyanya ditujukan untuk peningkatan harkat kehidupan manusia sebagai penghuni alam semesta ini. Dan hal ini telah secara eksplisit dikemukakan dalam semua kitab suci agama, tanpa perlu diperdebatkan atau dikait-kaitkan dengan kaedah sains.
“Revolusi Teknologi” atau yang terkadang dikaitkan dengan revolusi industri lahir dari sebuah perkembangan zaman. Revolusi ini telah menjadi titik awal dimana mayoritas manusia meningkatkan kontrol pada materi, ruang dan waktu. Selain itu juga menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola fikir dan sistem rujukan. Dalam kaitan ini terdapat tiga keadaan dalam mensikapi revolusi industri, yaitu kelompok yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya.
Bagi kelompok yang optimis, revolusi teknologi justru menguntungkan, seperti yang dikatakan Ziauddin Sardar. Menurutnya, revolusi teknologi yang sekarang sedang dijajakan sebagai suatu rahmat besar bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif di televisi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah begitu menarik. Pada lingkungan yang terpelaajar, lain lagi caranya, yaitu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku akademis. Disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya desentralisasi, dan karena itu akan melahirkan suatu masyarakat yang lebih demokratis.
Sementara itu bagi kelompok yang pesismis memandang kemajuan di bidang teknologi akan memberikan dampak yang negatif, karena hanya akan memberikan kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan dan lain-lain. Sementara bagi mereka yang terbelakang, akan tetap menjadi terbelakang.
Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian misalnya, akan menyebabkan keuntungan bagi mereka, para petani yang memiliki modal saja. Sedangkan bagi yang tidak memiliki modal semakin menghadapi masalah yang serius. Lapangan kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah mulai ditangani oleh teknologi yang hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.
Disisi lain, kelompok yang mengambil sikap antara optimis dan pesimis terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengatakan bahwa, iptek itu positif atau membahayakan pada pengangguran, inflasi dan pertumbuhan, tergantung pada cara orang mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan kerjasama dan perdamaian. Dalam kaitan ini menarik sekali apa yang dikemukakan seorang Sosiolog Prancis, Jacques Ellul yang mengatakan bahwa kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan pengaruh sebagai berikut:
a.       Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi memberikan nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
b.      Nilai-nilai manusia yang tradisional misalnya, harus dikorbankan demi efisiensi.
c.       Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah daripada pemecahan.
d.      Efek negatif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek positif,nya. Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan.
e.       Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tidak terduga.
Sikap manakah dari ketiga sikap yang dikermukakan di atas itu yang akan diambil? Itu semua tergantung pada cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Bagi umat Islam yang selalu diajarkan bersikap adil terhadap berbagai masalah, tampaknya sikap yang pertengahan yang perlu diambil. Yaitu berupa sikap yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan di bidang iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak disalahgunakan.
Kehadiarn Ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern. Diantaranya:

1. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuan, politisi, sosiolog, ahli biologi, psikolog dan lain-lain. maka jawaban yang ia dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan terkadang jawaban tersebut sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat manusia kebingungan.

2. Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak. Ini akan menyebabkan manusia menjadi pribadi yang terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu ynag eksak dan kering. Akibatnya, kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah.
Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama. Maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk meningatkan derajat kehidupan manusia akan musnah. Sehingga, tidak hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.

3. Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain, subversi dan lain-lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komuniasi dan lain-lain telah menghancurkan umat manusia.

4. Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan yang disebut diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan diannggap tidak ilmiah dan kampungan.

5. Pola Hubungan Materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong-menolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak tampak lagi. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
Demikian pula penghormatan yang diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara materialis. Akibatnya ia menempatkan perimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.

6. Penghalalan Segala Cara
Sebagai imbas atas pola hidup yang matelialis dan dangkalnya iman seseorang, maka seseorang akan mengedepankan segala yang sekiranya mampu memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah dengan menghalalkan segala cara tanpa memikirkan dampak spiritual bagi dirinya sendiri.

7. Stress dan Frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompleks menggiring manusia untuk mengarahkan seluruh fikiran, tenaga, kemampuan. mereka terus bekerja dan memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan waktu. Dampaknya, mereka begitu mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi. Dan ketika segala yang mereka gagal, mereka cenderung tertekan dalam dinaamika zaman.

8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat sejumlah orang yang terjerumus dan salah memilih jalan. Masa mudanya dihabiskan untuk menuruti hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Ada suatu saat diaman ia sudah tua renta. Secara fisik sudah tak lagi berdaya. Tenaga sudah tidak mendukung lagi untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini akan merasa kehilangan harga diri dan masa depannya. Kemana ia harus berjalan? ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya. Dan hal Itu adalah bantuan dari Tuhan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bawa kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif). Maka terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.
Zona Mabuk adalah kehampaan spiritual yang mengecewakan dan bebahaya, serta sulit keluar dari dalamnya, hanya dengan menyadarinya bahwa kita sementara berada didalamnya.
Mewaspadai hadirnya teknologi dengan mengevaluasi secara jernih relevansi teknologi yang ada sekarang pada kehidupan kita, memperdebatkan terlebih dahulu kebaikan serta konsekwensi penerapannya.

Sumber :

0 komentar:

Post a Comment