Monday, February 2, 2015

MASJID RAYA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT Dari Masa ke Masa

Masjid Raya Bandung yang dulu kita kenal dengan nama Masjid Agung merupakan masjid yang berada di alun-alun kota Bandung, dekat ruas jalan Asia-Afrika Provinsi Jawa Barat. Pertama kali Masjid ini di bangun tahun 1812, dan sejak didirikannya sudah mengalami delapan kali renovasi pada abad ke-19, kemudian lima kali pada abad 20 sampai akhirnya di renovasi kembali pada tahun 2001 sampai peresmian Masjid Raya Bandung tanggal 4 Juni 2003 yang di resmikan oleh Gubernur Jawa Barat, yakni H.R. Nuriana. Masjid Raya Agung memiliki dua menara kembar di sisi kanan dan kiri masjid setinggi 81 meter yang selalu dibuka untuk umum setiap sabtu dan minggu. 2014 Walikota Ridwan Kamil membuat Masjid Raya Bandung semakin indah dengan menghias alun-alun menggunakan rumput sintetis dan berbagai hiasan batu kotak untuk duduk di samping alun-alun. Kini luas tanah keseluruhan masjid adalah 23.448 m² dengan luas bangunan 8.575 m² dan dapat menampung sekitar 13.000 jamaah. 

Masjid Raya Bandung berada di Alun-alun Bandung dekat ruas Jalan Asia-Afrika, pusat Kota Bandung. Lokasinya yang berada di pusat kota membuatnya begitu mudah untuk ditemukan. Tak jauh dari masjid ini, di ruas jalan yang sama berdiri megah Gedung Merdeka dan Hotel Preanger, dua bangunan yang begitu lekat dengan sejarah Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Ruas jalan antara Hotel Savoy Homann dan Gedung Asia-Afrika ini menjadi saksi bisu perjalanan para pemimpin negara negara Asia Afrika yang berjalan kaki dari Hotel Homman tempat mereka menginap ke lokasi konfrensi di Gedung Asia Afrika termasuk untuk sholat di Masjid Agung Bandung dan sebaliknya.

Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.  Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok batu-bata.

Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika). 

Tahun 1930 berdasarkan rancangan arsitek Maclaine Port, Masjid Agung dilengkapi dengan serambi (pendopo) depan dan sepasang menara pendek beratap tumpang di kiri dan di kanan bangunan.
Pada masa kemerdekaan, Masjid Agung Bandung yang dijuga sering disebut kaum Bandung dipandang sebagai masjid yang paling cocok untuk dikatakan sebagai masjid ibukota Provinsi Jawa Barat, karena letaknya berada di pusat Kota Bandung yang menjadi ibukota provinsi.

Pada tahun 1955 Masjid Agung mengalami perombakan total . Perubahan drastis tampak pada atap. Atap tumpang susun tiga yang dipakai sejak tahun 1850 dirubah menjadi kubah model atap bawang bergaya timur tengah. Kedua menara pendek dibongkar, serambi diperluas, ruang kanan di kiri kanan mesjid (pawestern) dijadikan satu dengan bangunan induk.
Masjid Agung 1880

Kemakmuran Masjid Agung Bandung tampak lebih menonjol ketika itu karena dari masjid ini tidak hanya terdengar suara alunan adzan, shalat, tapi juga gemuruhnya suara orang-orang yang menuntut ilmu.
Masjid Agung 1920

Masjid Agung 1955


Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo. Sebuah menara tunggal didirikan di halaman depan masjid sebelah selatan.

Masjid Agung 1973 - 2001

Perubahan total kembali terjadi pada tahun 2001 yang merupakan bagian dari rencana penataan ulang Alun-alun Bandung. Proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun alun dan masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal tanggal 13 Januari 2006. Bersamaan dengan pergantian nama dari Masjid Agung Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat serta menyandang predikat sebagai masjid provinsi, namun masyarakat Bandung kebanyakan masih menyebutnya sebagai Masjid Agung Bandung.

Masjid Raya Bandung Prov. Jabar 2010

Masjid Raya Bandung Prov Jabar 2015


Tampilan Interior
Bagian dalam masjid ini terdapat dua bagian, yaitu : Ruang dalam bagian depan yang cukup luas dan ruang sholat utama. Ruang Dalam Bagian Depan masjid ini digunakan sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan dan tentu saja untuk istirahat warga yang kebetulan singgah di situ. Ruang ini juga digunakan untuk sholat bagi mereka yang enggan untuk ke ruang sholat utama yang berada di ruang terpisah. Ruang Sholat Utama berada di ruang terpisah dari ruang dalam bagian depan. Di antara kedua ruang ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudlu (selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini memiliki ruang yang luas dan berlantai dua.

Mihrab Masjid Raya Bandung Prov. Jabar

Interior bangunan tambahan ini dirancang dengan ornamen ukiran Islami dengan mengutamakan seni budaya Islami tatar sunda. Selain itu Masjid Raya Bandung dilengkapi dengan dua lantai basemen yang dibagian atasnya tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka untuk publik. Bagian atap masjid diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan kubah lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid, dinding masjid terbuat dari batu alam kualitas tinggi.

Proyek renovasi dan pembenahan ini diharapkan akan memancarkan nuansa baru Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat terutama dibangunnya menara kembar yang menjulang tinggi. Masing-masing 81 meter, yang semula direncanakan setinggi 99 meter. Hal ini mencerminkan nama-nama Allah SWT (Asmaul Hasna). Tetapi karena pertimbangan keamanan lalu lintas udara, maka tinggi menara kembar yang diizinkan hanya setinggi 81 meter. Namun menurut Ir. Garin Nugroho (site manager), ketinggian menara kembar ini tetap 99 meter jika dihitung dari pondasi setinggi 18 meter. Menara kembar tersebut selain berfungsi untuk kepentingan spiritual, juga akan dimanfaatkan untuk kepentingan komersial telekomunikasi, dan obyek wisata. Atap tradisional masjid diganti dengan bentuk kubah, sehingga kesan bangunan masjid akan lebih mudah dikenali. Luas tanah keseluruhan adalah 23.448 m², dan luas bangunan keseluruhan adalah 8.575 m². Kapasitas jamaah masjid lama adalah 7.836 jamaah. Kapasitas masjid baru 4.576 jamaah. Sehingga kapasitas seluruhnya mencapai 12.412 jamaah


Sumber : 

2 comments:

  1. nice post gan... nambah info nih
    ====================================
    Kubah Masjd Murah hanya ada di, Mahkota Kubah dot net
    or free backlink4u click on INDpati

    ReplyDelete