Tuesday, September 27, 2016

Book Review - Silvarani : Love in London

Judul Buku: Love in London
Penulis : Silvarani
Terbit Pertama : 2016
Tebal : 206 Halaman
Terbit : Cetakan ke-1, Mei 2016
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-032-967-3

Ketika saya lihat buku ini akan rilis di instagram penulisnya, saya langsung minat untuk pre-order. Kekaguman saya pada kota London berawal sejak saya hobi membaca novel-novel Sherlock Holmes. Betul apa kata mba Silvarani, London adalah kota dengan yang berpadukan antara bangunan masa lampau dan bangunan masa kini. Langsung saja saya riview buku Love in London ini.

Bercerita tentang seorang jurnalis muda asal Semarang bernama Bintang yang melanjutkan studi S2 nya di London. Bagi bintang, mengenyam pendidikan tinggi di London sudah melampaui mimpinya dulu yang dia kira bahw Jakarta lah kota terakhirnya merantau.  Dulunya mimpi untuk berangkat ke London dia bangun bersama mantan kekasihnya yang kini meninggalkannya karena menikah dengan orang lain. Bintang yang mulanya terang, sempat meredup bahkan jatuh. Namun Bintang bangkit dan mengejar mimpinya bersama mahasiswa Indonesia lainnya untuk mendapatkan beasiswa Inggris. Berasa sahabat-sahabatnya, Udjo dan Zain mereka berpetualang di London.

Bintang dan kawan-kawan bergabung dalam Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) di London. Siapa sangka, bahwa di pertemuan HPI dia bertemu dengan Alena, mantan kekasihnya di Indonesia yang sudah menikah dan memiliki anak. London yang Bintang kagumi menyeret dirinya ke dalam kenangan masa lalunya. Bersamaan dengan itu, perhatiannya pun tertuju pula kepada dua gadis lain yaitu Diva teman sekampusnya yang kritis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agama dan ketuhanan, lalu Fitri gadis ketua pelaksana program HPI yang taat beragama dan sangat menjaga pergaulan.

Kegalauan dirasakan Bintang tentang perasaannya. Kebimbangan antara dua gadis yang telah mencuri perhatiannya dan membuatnya memiliki perasaan yang lain, yang lebih dari sekedar teman.

Love in London menjadi buku Silvarani pertama yang saya baca. Ketertarikan saya dan mimpi saya ingin terbang ke London lah motivasi awal membaca buku ini. Saya yang awam dalam hal literasi ataupun hal menulis sebuah karya, merasakan bagaimana rasa dari kunonya kota dengan gaya victoria dan hal-hal yang London banget buat saya ketika saya membaca novel ini. Tokoh yang berlatar belakang ekonomi yang variatif, serta keragaman pandangan terhadap agama. Ada yang taat ibadah, ada yang ragu, dan bahkan ada yang mengabaikan agama. Hal itu juga sangat mewarnai asiknya novel ini bagi saya. Namun sangat disayangkan novel ini tidak begitu tebal sehingga ada beberapa plot yang saya rasa terkesan terburu-buru untuk selesai. Tapi diluar itu semua, novel ini benar-benar menjadi tambahan semangat bagi saya untuk mewujudkan impian saya sampai di kota tempat Sherlock Holmes dilahirkan.  



0 komentar:

Post a Comment