Sejarah
Peta Kabupaten BAndung |
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung
Mataram, yaitu pada tanggal 9 bulan Muharram tahun Alif atau sama dengan hari
sabtu tanggal 20 April 1641 Masehi. Bupati pertamanya adalah Tumenggung
Wiraangunangun (1641-1681 M). Dari bukti sejarah tersebut ditetapkan bahwa 20
April sebagai Hari Jadi Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung sebagai salah satu
Kabupaten yang dibentuk Pemerintah Kerajaan Mataram, dan berada di bawah
pengaruh penguasa kerajaan tersebut, maka sistem pemerintahan Kabupaten Bandung
memiliki sistem pemerintahan Mataram. Bupati memiliki berbagai jenis symbol
kebesaran, pengawal khusus dan prajurit bersenjata. Simbol dan atribut itu menambah
besar dan kuatnya kekuasaan serta pengaruh Bupati atas rakyatnya. Besarnya
kekuasaan dan pengaruh bupati, antara lain ditunjukkan oleh pemilikan hak-hak
istimewa yang biasa dmiliki oleh raja. Hak-hak dimaksud adalah hak mewariskan
jabatan, hak memungut pajak dalam bentuk uang dan barang, hak memperoleh tenaga
kerja (ngawula), hak berburu dan menangkap ikan dan hak mengadili.
Dengan sangat terbatasnya pengawasan langsung dari
penguasa Mataram, maka tidaklah heran apabila waktu itu Bupati Bandung khususnya
dan Bupati Priangan umumnya berkuasa seperti raja. Ia berkuasa penuh atas
rakyat dan daerahnya. Sistem pemerintahan dan gaya hidup bupati merupakan
miniatur dari kehidupan keraton. Dalam menjalankan tugasnya, bupati dibantu
oleh pejabat-pejabat bawahannya, seperti patih, jaksa, penghulu, demang atau
kepala cutak (kepala distrik), camat (pembantu kepala distrik), patinggi (lurah
atau kepala desa) dan lain-lain.
Kabupaten Bandung berada dibawah pengaruh Mataram
sampai akhir tahun 1677. Kemudian Kabupaten Bandung jatuh ketangan Kompeni. Hal
itu terjadi akibat perjanjian Mataram - Kompeni (perjanjian pertama) tanggal
19-20 Oktober 1677. Di bawah kekuasaan Kompeni (1677-1799), Bupati Bandung dan
Bupati lainnya di Priangan tetap berkedudukan sebagai penguasa tertinggi di
Kabupaten, tanpa ikatan birokrasi dengan Kompeni.Sistem pemerintahan Kabupaten
pada dasarnya tidak mengalami perubahan, karena Kompeni hanya menuntut agar
bupati mengakui kekuasaan Kompeni, dengan jaminan menjual hasil-hasil bumi
tertentu kepada VOC. Dalam hal ini bupati tidak boleh mengadakan hubungan
politik dan dagang dengan pihak lain. Satu hal yang berubah adalah jabatan
bupati wedana dihilangkan. Sebagai gantinya, Kompeni mengangkat Pangeran Aria
Cirebon sebagai pengawas (opzigter) daerah Cirebon - Priangan (Cheribonsche
Preangerlandan).
Salah satu kewajiban utama Bupati terhadap kompeni
adalah melaksanakan penanaman wajib tanaman tertentu, terutama kopi, dan
menyerahkan hasilnya. Sistem penanaman wajib itu disebut Preangerstelsel.
Sementara itu bupati wajib memelihara keamanan dan ketertiban daerah
kekuasaannya. Bupati juga tidak boleh mengangkat atau memecat pegawai bawahan
bupati tanpa pertimbangan Bupati Kompeni atau penguasa Kompeni di Cirebon. Agar
bupati dapat melaksanakan kewajiban yang disebut terakhir dengan baik, pengaruh
bupati dalam bidang keagamaan, termasuk penghasilan dari bidang itu, seperti
bagian zakat fitrah, tidak diganggu baik bupati maupun rakyat (petani) mendapat
bayaran atas penyerahan kopi yang besarnya ditentukan oleh Kompeni.
Hingga berakhirnya kekuasaan Kompeni - VOC akhir
tahun 1779, Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak. Selama itu Kabupaten
Bandung diperintah secara turun temurun oleh enam orang bupati. Tumenggung
Wiraangunangun (merupakan bupati pertama) angkatan Mataram yang memerintah
sampai tahun 1681. Lima bupati lainnya adalah bupati angkatan Kompeni yakni
Tumenggung Ardikusumah yang memerintah tahun 1681-1704, Tumenggung Anggadireja
I (1704-1747), Tumenggung Anggadireja II (1747-1763), R. Anggadireja III dengan
gelar R.A. Wiranatakusumah I (1763-1794) dan R.A. Wiranatakusumah II yang
memerintah dari tahun 1794 hingga tahun 1829. Pada masa pemerintahan Bupati
R.A. Wiranatakusumah II, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak ke
Kota Bandung (http://www.bandungkab.go.id/arsip/16/sejarah-berdirinya-kabupaten-bandung).
Potensi wisata di Kabupaten Bandung:
- Kampung Adat Cikondang, di Kecamatan Pangalengan
- Situs Rumah Hitam, di Kecamatan Pangalengan
- Situs Bumi Alit Kabuyutan, di Kecamatan Arjasari
- Situs Makam Bosscha, di Kecamatan Pangalengan
- Situs Gunung Padang, di Kecamatan Ciwidey, (Sebagian besar termasuk Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Cianjur).
- Situ Patengan, di Kecamatan Rancabali
- Situ Cileunca, di Kecamatan Pangalengan
- Situ Cipanunjang, di Kecamatan Pangalengan
- Situ Cisanti, di Kecamatan Kertasari
- Situ Ciharus, di Kecamatan Paseh
- Situ Aul, di Kecamatan Pangalengan
- Curug Cinulang, di Kecamatan Cicalengka, (sebagian termasuk Kabupaten Sumedang).
- Curug Malabar, di Kecamatan Pangalengan
- Curug Panganten, di Kecamatan Pangalengan
- Curug Sanghiang, di Kecamatan Pangalengan
- Curug Siliwangi, di Kecamatan Cimaung
- Bumi Perkemahan Gunung Puntang, di Kecamatan Cimaung
- Bumi Perkemahan Rahong, di Kecamatan Pangalengan
- Bumi Perkemahan Ranca Upas, di Kecamatan Rancabali
- eMTe Highland Resort, di Kecamatan Rancabali
- Karang gantungan, di Paseh, Bandung
- Batu Korsi, di Kecamatan Pangalengan
- Perkebunan Teh Malabar, di Kecamatan Pangalengan
- Perkebunan Teh Rancabali, di Kecamatan Rancabali
- Perkebunan Teh Gambung, di Kecamatan Pasirjambu
- Penangkaran Rusa Rancaupas, di Kecamatan Rancabali
- Penangkaran Rusa Kertamanah, di Kecamatan Pangalengan
- Pemandian Air Panas Cibolang, di Kecamatan Pangalengan
- Pemandian Air Panas Walini, di Kecamatan Rancabali
- Kawah Putih, di Kecamatan Rancabali (Sumber)
0 komentar:
Post a Comment