Monday, February 9, 2015

KABUPATEN BANDUNG ; Sejarah dan Potensi Wisata

Sejarah
Peta Kabupaten BAndung
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada tanggal 9 bulan Muharram tahun Alif atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April 1641 Masehi. Bupati pertamanya adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). Dari bukti sejarah tersebut ditetapkan bahwa 20 April sebagai Hari Jadi Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kabupaten yang dibentuk Pemerintah Kerajaan Mataram, dan berada di bawah pengaruh penguasa kerajaan tersebut, maka sistem pemerintahan Kabupaten Bandung memiliki sistem pemerintahan Mataram. Bupati memiliki berbagai jenis symbol kebesaran, pengawal khusus dan prajurit bersenjata. Simbol dan atribut itu menambah besar dan kuatnya kekuasaan serta pengaruh Bupati atas rakyatnya. Besarnya kekuasaan dan pengaruh bupati, antara lain ditunjukkan oleh pemilikan hak-hak istimewa yang biasa dmiliki oleh raja. Hak-hak dimaksud adalah hak mewariskan jabatan, hak memungut pajak dalam bentuk uang dan barang, hak memperoleh tenaga kerja (ngawula), hak berburu dan menangkap ikan dan hak mengadili.

Dengan sangat terbatasnya pengawasan langsung dari penguasa Mataram, maka tidaklah heran apabila waktu itu Bupati Bandung khususnya dan Bupati Priangan umumnya berkuasa seperti raja. Ia berkuasa penuh atas rakyat dan daerahnya. Sistem pemerintahan dan gaya hidup bupati merupakan miniatur dari kehidupan keraton. Dalam menjalankan tugasnya, bupati dibantu oleh pejabat-pejabat bawahannya, seperti patih, jaksa, penghulu, demang atau kepala cutak (kepala distrik), camat (pembantu kepala distrik), patinggi (lurah atau kepala desa) dan lain-lain.

Kabupaten Bandung berada dibawah pengaruh Mataram sampai akhir tahun 1677. Kemudian Kabupaten Bandung jatuh ketangan Kompeni. Hal itu terjadi akibat perjanjian Mataram - Kompeni (perjanjian pertama) tanggal 19-20 Oktober 1677. Di bawah kekuasaan Kompeni (1677-1799), Bupati Bandung dan Bupati lainnya di Priangan tetap berkedudukan sebagai penguasa tertinggi di Kabupaten, tanpa ikatan birokrasi dengan Kompeni.Sistem pemerintahan Kabupaten pada dasarnya tidak mengalami perubahan, karena Kompeni hanya menuntut agar bupati mengakui kekuasaan Kompeni, dengan jaminan menjual hasil-hasil bumi tertentu kepada VOC. Dalam hal ini bupati tidak boleh mengadakan hubungan politik dan dagang dengan pihak lain. Satu hal yang berubah adalah jabatan bupati wedana dihilangkan. Sebagai gantinya, Kompeni mengangkat Pangeran Aria Cirebon sebagai pengawas (opzigter) daerah Cirebon - Priangan (Cheribonsche Preangerlandan).

Salah satu kewajiban utama Bupati terhadap kompeni adalah melaksanakan penanaman wajib tanaman tertentu, terutama kopi, dan menyerahkan hasilnya. Sistem penanaman wajib itu disebut Preangerstelsel. Sementara itu bupati wajib memelihara keamanan dan ketertiban daerah kekuasaannya. Bupati juga tidak boleh mengangkat atau memecat pegawai bawahan bupati tanpa pertimbangan Bupati Kompeni atau penguasa Kompeni di Cirebon. Agar bupati dapat melaksanakan kewajiban yang disebut terakhir dengan baik, pengaruh bupati dalam bidang keagamaan, termasuk penghasilan dari bidang itu, seperti bagian zakat fitrah, tidak diganggu baik bupati maupun rakyat (petani) mendapat bayaran atas penyerahan kopi yang besarnya ditentukan oleh Kompeni.

Hingga berakhirnya kekuasaan Kompeni - VOC akhir tahun 1779, Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak. Selama itu Kabupaten Bandung diperintah secara turun temurun oleh enam orang bupati. Tumenggung Wiraangunangun (merupakan bupati pertama) angkatan Mataram yang memerintah sampai tahun 1681. Lima bupati lainnya adalah bupati angkatan Kompeni yakni Tumenggung Ardikusumah yang memerintah tahun 1681-1704, Tumenggung Anggadireja I (1704-1747), Tumenggung Anggadireja II (1747-1763), R. Anggadireja III dengan gelar R.A. Wiranatakusumah I (1763-1794) dan R.A. Wiranatakusumah II yang memerintah dari tahun 1794 hingga tahun 1829. Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Wiranatakusumah II, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak ke Kota Bandung (http://www.bandungkab.go.id/arsip/16/sejarah-berdirinya-kabupaten-bandung).

Potensi wisata di Kabupaten Bandung:
  1. Kampung Adat Cikondang, di Kecamatan Pangalengan
  2. Situs Rumah Hitam, di Kecamatan Pangalengan
  3. Situs Bumi Alit Kabuyutan, di Kecamatan Arjasari
  4. Situs Makam Bosscha, di Kecamatan Pangalengan
  5. Situs Gunung Padang, di Kecamatan Ciwidey, (Sebagian besar termasuk Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Cianjur).
  6. Situ Patengan, di Kecamatan Rancabali
  7. Situ Cileunca, di Kecamatan Pangalengan
  8. Situ Cipanunjang, di Kecamatan Pangalengan
  9. Situ Cisanti, di Kecamatan Kertasari
  10. Situ Ciharus, di Kecamatan Paseh
  11. Situ Aul, di Kecamatan Pangalengan
  12. Curug Cinulang, di Kecamatan Cicalengka, (sebagian termasuk Kabupaten Sumedang).
  13. Curug Malabar, di Kecamatan Pangalengan
  14. Curug Panganten, di Kecamatan Pangalengan
  15. Curug Sanghiang, di Kecamatan Pangalengan
  16. Curug Siliwangi, di Kecamatan Cimaung
  17. Bumi Perkemahan Gunung Puntang, di Kecamatan Cimaung
  18. Bumi Perkemahan Rahong, di Kecamatan Pangalengan
  19. Bumi Perkemahan Ranca Upas, di Kecamatan Rancabali
  20. eMTe Highland Resort, di Kecamatan Rancabali
  21. Karang gantungan, di Paseh, Bandung
  22. Batu Korsi, di Kecamatan Pangalengan
  23. Perkebunan Teh Malabar, di Kecamatan Pangalengan
  24. Perkebunan Teh Rancabali, di Kecamatan Rancabali
  25. Perkebunan Teh Gambung, di Kecamatan Pasirjambu
  26. Penangkaran Rusa Rancaupas, di Kecamatan Rancabali
  27. Penangkaran Rusa Kertamanah, di Kecamatan Pangalengan
  28. Pemandian Air Panas Cibolang, di Kecamatan Pangalengan
  29. Pemandian Air Panas Walini, di Kecamatan Rancabali
  30. Kawah Putih, di Kecamatan Rancabali (Sumber)

0 komentar:

Post a Comment