Judul
Buku: Sherlock Holmes : Penelusuran Benang Merah
Diterjemahkan
dari : Study in a Scarlet
Terbit
pertama : 1887
Penulis
: Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah:
Sendra B. Tanuwidjaja
Tebal
: 216 halaman
Terbit
di Indonesia : Cetakan kelima, Juni 2013
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-9012-7
Penelusuran Benang Merah merupakan judul buku pertama seri
Sherlock Holmes yang mengisahkan perkenalan Dr. Watson dengan sang detektif.
Novel Sherlock Holmes ini menggunakan latar di kota London pada abad ke-19 di
mana memang pada era itulah novel ini ditulis oleh Sir Arthur dengan sudut
pandang orang ketiga, dimana orang ketigs yang dimaksud disini adalah Dr.
Watson, seorang dokter yang baru dikembalikan dari perang di Afganistan dan
mencari tempat tinggal di Inggris, Saat tiba di London ia bertemu salah seorang
temannya yang kemudian mengenalkannya pada tokoh utama dalam novel ini, yaitu
Sherlock Holmes yang juga sama-sama sedang mencari tempat tinggal. Suatu
kebetulan bagi Dr.Watson yang diajak Holmes sebagai teman barunya untuk berbagi
sebuah apartemen. Singkat cerita mereka menemukan tempat tinggal yang cocok di
Baker Street. Akhirnya mereka berdua tinggal di apartemen di Baker Street
dengan nomor 221B.
Dr. Watson dibuat kagum dengan kecerdasan Holmes dalam ilmu
deduksi. Holmes mampu menyimpulkan sesuatu dengan cepat dan mengetahui profesi
seseorang dengan hanya melihat seseorang meski orang tersebut tidak menggunakan
atribut profesinya. Begitu pula saat menebak profesi Dr. Watson, Holmes tahu
profesi Watson bahkan tahu bahwa Watson baru saja pulang dari Afganistan.
Didalam novel ini Sherlock Holmes dan Dr.Watson menangani
sebuah kasus pembunuhan yang terjadi kepada 2 orang yang cukup kaya di London,
Mereka adalah Enoch J. Drebber dan Joseph Stangerson yang ditemukan tewas dalam
waktu yang berbeda. Holmes dan Dr. Watson juga dibantu oleh detektif dari
kepolisian Scotland Yard, Lestrade dan Gregson. Dalam kasus pertama, yaitu
pembunuhan Drebber yang jasadnya ditemukan di sebuah rumah kosong di Lauristons
Gardens No. 3. tidak ditemukan luka pada jasad korban. Holmes menduga bahwa
korban mati karena diracun. Yang menjadikan kasus ini rumit, adanya tulisan
darah berbahasa Jerman bertuliskan RACHE
yang diduga ditulis oleh pelaku pembunuh. Seorang detektif Scotland Yard,
Lestrade yakin bahwa tulisan itu ada hubungannya dengan seorang wanita bernama
Rachel. Namun sayangnya dugaannya keliru.
Setelah menganalisa tanda-tanda disekitar lokasi, holmes menyimpulkan
bahwa pelaku merupakan sorang pria jangkung berusia 40 tahunan dengan tinggi
sekitar 180 cm. Holmes yakin dengan rincian tentang si pelaku dengan melihat
jarak langkah kaki si pelaku dan tinggi tulisan RACHE yang diduga Holmes
sejajar dengan tinggi mata si pelaku.
Selama Holmes melakukan penyelidikan kasus ini, Lestrade dan
Gregson dan pun bersama-sama menyelidiki pembunuhan tersebut, namun
masing-masing mengikuti mengikuti petunjuk yang berbeda. Gregson menemukan alamat kos tempat Mr.
Drebber menginap dan yakin bahwa tersangka pembunuhannya adalah putra dari
pemilik kos. Motifnya adalah pelaku tidak terima akan sikap korban yang tidak
sopan kepada adik perempuan pelaku. Sayangnya, analisa Gregson gugur setelah
Lestrade yang mencurigai Strangerson si asisten korban sebagai pembunuhnya,
dating ke apartemen Holmes dan menceritakan bahwa ia menemukan Strangerson juga
ikut dibunuh dengan meninggalkan jejak yang sama yaitu tulisan RACHE yang
ditulis dengan darah. Dr. Watson, Gregson, dan Lestrade semakin bingung dengan
fakta tersebut. Wiggins seorang pemimpin anak jalanan yang disewa Holmes untuk
membantunya datang dan memberitahukan bahwa kusir kereta yang diminta Holmes
dating telah menunggu dibawah. Ketika kusir itu memasuki ruangan apartemen,
Holmes memperkenalkan kusir tersebut kepada Watson, Gregson, dan Lestrade yaitu
bernama Jafferson Hope sebagai pelaku pembunuhan Enoch J. Drebber dan Joseph
Stangerson.
Novel ini di salah satu babnya ada bagian yang khusus
menceritakan asal usul Jafferson Hope, Enoch J. Drebber dan Joseph Stangerson
serta alasan Hope membunuh kedua korbannya. Sir Arthur menyuguhkan kisah yang
dapat membawa pembaca seakan-akan berada dalam kisah ini dengan gaya bahasa
yang mudah dicerna serta tokoh yang tidak terlalu banyak terlibat. Kecerdasan
Sherlock Holmes dalam memecahkan kasus dengan deduksi yang luar biasa membuat
pembaca kagum. Namun yang disayangkan dalam novel ini, tidak disebutkan
asal-usul Holmes dan dari mana Holmes memiliki kemampuan ilmu deduksi yang luar
biasa. Selebihnya, novel ini sangat direkomendasikan bagi yang menyukai kisah
detektif.
0 komentar:
Post a Comment