Judul Buku: Dilan, Dia Adalah Dilanku
tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Terbit Pertama : 2015
Tebal : 344 halaman
Cetakan : Ke-4, Oktober 2015
Penerbit : Pastel Books
ISBN
: 978-602-7870-99-4
Buku ini merupakan lanjutan kisah dari “Dilan, Dialah Dilanku
tahun 1990”, di mana Dilan dan Milea sudah resmi pacaran. Diawali dengan
resminya mereka menjalin hubungan pacaran, hari-hari mereka begitu bahagia. Hubungan
Dilan dan Milea tentu tidak selalu berjalan dengan manis dan mulus. Godaan
selalu datang baik godaan terhadap Milea maupun terhadap Dilan. Masalah Dilan
dan Anhar yang terjadi di akhir buku pertama, juga berlanjut di buku kedua
dengan pengeroyokan Dilan oleh geng CIA. Dia menyebutnya CIA karena dia beum
tau siapa yang memukulinya dan masalah apa. Singkat cerita dia tau siapa yang
memukulinya dan apa masalahnya. Dilan pun melakukan pembalasan, namun Milea tak
suka Dilan membalas perbuatan yang memukulinya dan mengancam akan memutuskan
hubungan dengan Dilan.
Milea tetap masih menjadi incaran Kang Adi yang gencar ingin
meluluhkan hati Milea dengan gaya pendekatannya. Hingga akhirnya dia menyerah
saat Dilan mengadakan syuuran tanda jadi hubungan dia dan ilea di rumah Milea
yang saat itu Kang Adi ada di sana. Banyak yang menginginkan Milea dalam kisah
kedua ini.saingan kang Adi bertambah dengan adanya Yugo sepupu Milea yang baru
datang dari Belgia yang akhirnya Milea benci kepadanya karena sikapnya yang
dianggap kurang ajar oleh Milea. Ada juga Pak Dedi, guru Bahasa Indonesia baru
yaang mencari-cari kesempatan agar bisa berdua dengan Milea. Tapi Milea tetap
hanya ingin Dilan dan hanya mencintai Dilan.
Dilan tak suka dikekang dengan geng motornya. Hal itu menyebabkan
banyak hal yang merugikan dirinya termasuk dia yang dikeluarkan dari sekolah
bahkan sampai ditahan di kantor polisi. Hingga puncak kemarahan Milea kepada
Dilan tak terbendung lagi mengenai Dilan dan geng motornya yang mengakibatkan
putusnya hubungan mereka padahal keduanya masih sangat saling cinta. Lalu
berlanjut dengan Milea yang melewati hari-harinya tanpa Dilan.
Buku kedua ini syarat dengan emosi. Semakin membaca menuju
ending, akan semakin terbawa perasaan. Diawali dengan emosi kegembiraan dan berakhir
dengan emosi kesedihan yang berlarut-larut bahkan terkesan abadi. Pidi Baiq
benar-benar membawa pembaca untuk masuk dan ikut merasakan kota Bandung di
tahun 1990-1991. Ikut masuk dan merasakan apa yang dirasakan Milea. Ikut tidak
menerima dan terbawa suasana dengan kenyataan ending yang ada. Setelah membaca
buku ini saya terus memikirkan Dilan dan Milea. Kenapa buku ini harus berakhir
demikian. Benar-benar luar biasa. Novel romantis sederhana dengan gaya bahasa
yang ringan sehingga sangat mudah dipahami jalan ceritanya. Novel ini
menyajikan masalah yang lebih kompleks dari pada buku pertama, sehingga
kekonyolan Dilan, keusilan Dilan, dan nyelenehnya Dilan kurang muncul karena
didominasi masalah-masalah yang muncul dari sana-sini juga oleh kesedihan Milea.
Kekurangan dari buku kedua ini menurut saya kurang munculnya
Dilan sebagai tokoh utama, melainkan dominasi dari Milea dan kesedihannya
membuat pembaca kurang merasakan kehadiran Dilan dengan kelakuan khasnya dalam
novel kedua ini.
0 komentar:
Post a Comment