Saturday, February 13, 2016

Book Review : Dilan 2

Judul Buku: Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Terbit Pertama : 2015
Tebal : 344 halaman
Cetakan : Ke-4, Oktober 2015
Penerbit : Pastel Books
ISBN : 978-602-7870-99-4

Buku ini merupakan lanjutan kisah dari “Dilan, Dialah Dilanku tahun 1990”, di mana Dilan dan Milea sudah resmi pacaran. Diawali dengan resminya mereka menjalin hubungan pacaran, hari-hari mereka begitu bahagia. Hubungan Dilan dan Milea tentu tidak selalu berjalan dengan manis dan mulus. Godaan selalu datang baik godaan terhadap Milea maupun terhadap Dilan. Masalah Dilan dan Anhar yang terjadi di akhir buku pertama, juga berlanjut di buku kedua dengan pengeroyokan Dilan oleh geng CIA. Dia menyebutnya CIA karena dia beum tau siapa yang memukulinya dan masalah apa. Singkat cerita dia tau siapa yang memukulinya dan apa masalahnya. Dilan pun melakukan pembalasan, namun Milea tak suka Dilan membalas perbuatan yang memukulinya dan mengancam akan memutuskan hubungan dengan Dilan.
Milea tetap masih menjadi incaran Kang Adi yang gencar ingin meluluhkan hati Milea dengan gaya pendekatannya. Hingga akhirnya dia menyerah saat Dilan mengadakan syuuran tanda jadi hubungan dia dan ilea di rumah Milea yang saat itu Kang Adi ada di sana. Banyak yang menginginkan Milea dalam kisah kedua ini.saingan kang Adi bertambah dengan adanya Yugo sepupu Milea yang baru datang dari Belgia yang akhirnya Milea benci kepadanya karena sikapnya yang dianggap kurang ajar oleh Milea. Ada juga Pak Dedi, guru Bahasa Indonesia baru yaang mencari-cari kesempatan agar bisa berdua dengan Milea. Tapi Milea tetap hanya ingin Dilan dan hanya mencintai Dilan.
Dilan tak suka dikekang dengan geng motornya. Hal itu menyebabkan banyak hal yang merugikan dirinya termasuk dia yang dikeluarkan dari sekolah bahkan sampai ditahan di kantor polisi. Hingga puncak kemarahan Milea kepada Dilan tak terbendung lagi mengenai Dilan dan geng motornya yang mengakibatkan putusnya hubungan mereka padahal keduanya masih sangat saling cinta. Lalu berlanjut dengan Milea yang melewati hari-harinya tanpa Dilan.
Buku kedua ini syarat dengan emosi. Semakin membaca menuju ending, akan semakin terbawa perasaan. Diawali dengan emosi kegembiraan dan berakhir dengan emosi kesedihan yang berlarut-larut bahkan terkesan abadi. Pidi Baiq benar-benar membawa pembaca untuk masuk dan ikut merasakan kota Bandung di tahun 1990-1991. Ikut masuk dan merasakan apa yang dirasakan Milea. Ikut tidak menerima dan terbawa suasana dengan kenyataan ending yang ada. Setelah membaca buku ini saya terus memikirkan Dilan dan Milea. Kenapa buku ini harus berakhir demikian. Benar-benar luar biasa. Novel romantis sederhana dengan gaya bahasa yang ringan sehingga sangat mudah dipahami jalan ceritanya. Novel ini menyajikan masalah yang lebih kompleks dari pada buku pertama, sehingga kekonyolan Dilan, keusilan Dilan, dan nyelenehnya Dilan kurang muncul karena didominasi masalah-masalah yang muncul dari sana-sini juga oleh kesedihan Milea.

Kekurangan dari buku kedua ini menurut saya kurang munculnya Dilan sebagai tokoh utama, melainkan dominasi dari Milea dan kesedihannya membuat pembaca kurang merasakan kehadiran Dilan dengan kelakuan khasnya dalam novel kedua ini.

0 komentar:

Post a Comment