Saturday, February 13, 2016

Book Review : Dilan

Judul Buku: Dilan, Dia Adalah Dilanku tahun 1990
Penulis : Pidi Baiq
Terbit Pertama : 2014
Tebal : 332 halaman
Cetakan : Ke-13, Juli 2015
Penerbit : Pastel Books
ISBN : 978-602-7870-41-3

Dilan merupakan novel karya Pidi Baiq yang mengisahkan kisah asmara remaja SMA di Bandung tahun 1990. Kisah ini mengambil sudut pandang dari seorang gadis bernama Milea. Dia bercerita tentang kisahnya di tahun 1990 saat masih duduk di bangku SMA dan baru pindah dari Jakarta ke Bandung. Diawali dengan pertemuannya dengan pria yang sama-sama siswa di sekolah yang sama bernama Dilan. Dilan mendekatinya dengan sebuah ramalan, tentu saja ramalan iseng karena Dilan seorang yang saya katakan berbeda dengan anak yang lain. Dilan seorang anak yang unik, dia usil, melakukan hal-hal yang konyol dan tak terpikirkan oleh orang lain. Namun itu semacam cara yang ia gunakan untuk mengakrabkan diri bahkan dengan orang yang baru dijumpainya. Karakter Dilan mengingatkan saya dengan karakter asli penulisnya Pidi Baiq dalam bukunya seri Drunken.
Kisah ini berlanjut ke pertemuan demi pertemuan antara Dilan dan Milea yang semakin saling kenal. Milea terkesan dengan sikap Dilan, cara Dilan meperhatikan dirinya, cara Dilan mengungkapkan perasaan cintanya pada Milea, dan bagaimana cara Dilan menarik hati Milea dengan hal-hal yang tadi saya katakan tak biasa dilakukan orang pada umunya. Dilan menghadiai TTS saat Milea ulang tahun. Sebuah TTS yang sudah diisi oleh Dilan dengan maksud yang Dilan tulis dalam sepucuk surat yang diselipkan dalam TTS itu. Milea pun senang dan terkesan. Itulah saat Milea merasa jatuh cinta pada seorang Dilan. Dilan memang pandai membangun keakraban dengan orang-orang sekelilingnya, termasuk dengan keluarga Milea sampai Dilan akrab dengan si Bibi yang bekerja di rumah Milea. Masih banyak hal-hal yang sebenarnya sederhana tapi dibuat menjadi luar biasa oleh seorang Dilan. Cerdas betul Ayah Pidi ini.

Novel ini luar biasa menurut saya. Sangat remomended untuk dibaca dan dikoleksi. Dari awal sampe akhir tidak membuat bosan dan tak ingin berhenti membacanya. Novel tercepat yang saya selesaikan membacanya dari semua novel di bawah 500 halaman yang pernah saya baca. Hanya 4,5 jam saya menyelesaikan novel setebal 332 halaman itu. Kisah romantis sederhana namun dibuat menarik, itulah kelebihan novel ini. Ditambah dengan beberapa gambar ilustrasi yang dibuat penulis  untuk menggambarkan situasi dari ceritanya. Saya sampai menyimpulkan jika pembacanya pria, maka akan merasa ingin menjadi seperti Dilan. Jika pembacanya perempuan, maka ingin bertemu dengan laki-laki seperti Dilan. Pembaca juga ikut merasakan dan membayangkan suasana Bandung 20 tahun silam dari apa yang dipaparkan oleh Milea dalam kisahnya. Saya berharap kisah ini diangkat ke layar lebar. 

0 komentar:

Post a Comment