Monday, December 5, 2016

Book Review - James Dashner : The Kill Order

Judul Buku: The Kill Order
Diterjemahkan dari : The Kill Order
Penulis : James Dashner
Terbit Pertama : 2012
Penerjemah: Yunita Candra
Tebal : 430 hlm
Terbit di Indonesia : Cetakan ke-1, Juli 2015
Penerbit : Mizan Fantasy
ISBN : 978-979-433-892-6

Teresa merenung. Merenungkan tentang WICKED, tentang dirinya dan Thomas yang akan memasuki Maze. Mereka tahu bagaimana jika mereka masuk. Ya, mereka akan kehilangan ingatan mereka. Dalam renungannya, Ia bertanya-tanya apakah kehilangan ingatannya itu akan berbanding lurus dan pantas dengan hasil yang akan dicapai dalam eksperimen WICKED. Ternyata renungan Teresa hanya sebatas prolog dalam buku ini.
Buku ini merupakan prekuel dari 3 buku sebelumnya. 13 tahun yang lalu. Sebelum WICKED dibentuk. Mark dan Trina yang menjadi tokoh utama dalam seri ke-4 ini. Apakah mereka orang tua dari Thomas? Mark sudah lama mengenal Trina, juga menyimpan rasa pada Trina. Mereka berdua bersama beberapa teman seperjalanan bermukim di salah satu bagian hutan, berusaha bertahan hidup. Mereka merupakan orang-orang yang selamat dari tragedy Solar Flare.
Bermula dari datangnya Berg ke pemukiman tempat Mark dkk tinggal. Anggapan Mark, mereka adalah penyelamat yang datang dan hendak membantu mereka. Dugaan mereka salah! Mereka datang tidak dengan damai, melainkan menghujani para penduduk dengan ratusan anak panah. Untuk melindungi teman-teman dan penghuni lain, Mark dan Alec mengejar Berg itu dan berhasil menyusup ke dalamnya. Hingga Mark menemukan sebuah petunjuk. Anak panah yang ditembakkan kepada para penduduk itu bukan anak panah biasa, namun anak panah yang mengandung virus berbahaya, cikal bakal dari virus Flare. Ternyata para ilmuwan salah memprediksi. Virus itu tidak langsung membunuh korbannya, melainkan menular, menyebar, dan membuat penderita kehilagan akal sehatnya dan bertindak semaunya. Mengurangi populasi manusia di Bumi lah tujuan asal dari penyebaran virus itu. Seperti judul bukunya The Kill Order (Perintah Membunuh).
Hal tersebut diketahui Mark dan Alec saat mereka tiba di pemukiman dengan aroma tak sedap khas bangkai. Ternyata para penduduk sudah banyak yang tewas, da nada juga yang bertingkah aneh dan tak wajar, salah satu di antaranya adalah rekan seperjuangan mereka sendiri. Mark berusaha mencari jawaban dari kebingungannya, bertemu dengan kelompok yang sama-sama diserang oleh hujan panah beracun, hingga menemukan seorang anak kecil yang kebal terhadap virus tersebut meski bocah itu juga terkena panah tersebut. Mereka terus berjuang untuk bertahan hidup dari kejaran para Crank, menyusup ke markas penjahat penyebar virus, hingga menyelamatkan Deedee bocah kebal virus untuk berada di posisi yang aman, yang mungkin nantinya akan diteliti kenapa dia bias kebal terhadap virus mematikan itu.
Epilog dari buku ini menceritakan saat ibu Thomas yang dengan berat hati menyerahkan Thomas kepada WICKED, sama dengan adegan yang ada pada prolog Film The Scorch Trials. Memang epilog dengan cerita di buku sama sekali tidak ada kaitannya. Namun bias saja semua itu diungkap dan dapat diambil benang merahnya setelah membaca seri ke-5 dari buku ini, The Fever Code.
Buku seri ke-4 ini meski sedikit mengecewakan karena ternyata Mark dan Trina hanya merupakan tokoh dalam sejarah saja, yang taka da kaitannya dengan terbentuknya Maze dan para Glader. Namun, saya tetap menikmati ceritanya dengan alur yang cepat (khas novel The Maze Runner). Sempat diceritakan pula kejadian saat Solar Flare itu terjadi. Saat Mark dan kawan-kawannya berlarian di rel kereta bawah tanah, saat berlarian menghindari banjir air panas, menaiki gedung demi menyelamatkan diri mereka. Semuanya diceritakan dalam gambaran mimpi-mimpi Mark.


0 komentar:

Post a Comment