Judul
Buku: The Lost Symbol
Diterjemahkan
dari : The Lost Symbol
Penulis
: Dan Brown
Terbit
Pertama : 2009
Penerjemah:
Ingrid Dwijani Nimpoeno
Tebal
: 712 halaman
Terbit
di Indonesia : Cetakan kedua, April 2010
Penerbit
: Bentang
ISBN : 978-979-1227-86-5
The Lost Symbol merupakan novel
ke tiga dalam sekuel Davinci code yang ditulis oleh novelis Dan Brown dengan
tokoh utama masih profesor simbologi Robert Langdon. Setelah Angel and Demon
dan The Davinci Code, kali ini Langdon kembali berpetualang dengan teka-teki
dan misteri yang berkaitan dengan simbol-simbol kuno yang berlatar di ibu kota
Amerika Serikat.
Dalam novel ini Langdon diminta
oleh Peter Salomon yang merupakan sahabat sekaligus mentornya yang ke
US.Capitol di DC untuk memberikan ceramah mengenai simbologi. Peter Solomon
berasal dari keluarga aristokrat Amerika Serikat, sekaligus kepala Institut
Smithsonian dan seorang patron Mason dengan pangkat derajat 33 (derajat
tertinggi di kelompok tersebut). Langdon begitu semangat memenuhi permintaan
sahabatnya untuk datang ke Gedung Capitol. Keanehan pun muncul saat Langdon
tiba di Gedung Capitol. Bukan sambutan hangat yang diterima langdon saat tiba,
melainkan ia dikagetkan dengan potongan tangan kanan sahabatnya dengan cincin
mason dengan tuntutan agar Langdon memecahkan teka-teki kuno sebagai tebusan
atas penculikan Peter Solomon. Langdon tak punya pilihan, di harus mengikuti
keinginan dari si penelpon misterius untuk menyelamatkan sahabatnya Peter
Solomon. Dengan telunjuk dari potongan tangan yang mengarah pada lukisan fresko
The Apotheosis of Washington, sebuah kotak tua titipan Peter, dan cincin Mason
yang ada di jari tangan tersebut, Langdon harus mengerahkan seluruh kemampuan
intelektualnya untuk memecahkan teka-teki demi menyelamatkan Peter. Namun
ternyata informasi tentang Langdon dan tuntutan psikopat itu menimbulkan
kecurigaan CIA, yang menganggap bahwa pemecahan misteri itu terkait dengan
“keamanan nasional” pemerintahan AS. CIA menduga bahwa Langdon terlibat dalam
gerakan teorisme agama dan terus mencurigainya.
Inoue Sato, seorang direktur
Office of Security CIA yang langsung mengepalai operasi pencegahan upaya makar
terhadap pemerintahan mengawasi langsung dan mengintrogasi Langdon tentang
hal-hal yang berkaitan dengan organisasi Mason. Langdon pun bercerita secara
gamblang tentang Freemasons serta pengaruhnya pada visi di awal pendirian
Amerika Serikat. Ternyata paara pemimpin bangsa Amerika Serikat memang anggota
dari Freemasons, antara lain George Washington, Thomas Jefferson, Benjamin
Franklin, dan James Madison. Dibantu oleh adik dari Peter, yaitu Kathrene
Solomon, Langdon berupaya sekuat tenaga menyelesaikan teka-tekinya.
Penjahat dalam novel ini yang
tidak lain adalah penculik dari Peter Solomon menyebut dirinya Mal’akh, manusia
yang penampakannya seperti monster dan dipenuhi dengan tato disekujur tubuhnya.
Dia terobsesi oleh keyakinan bahwa manusia bisa mencapai derajat mirip tuhan
dengan menjalankan prosesi dan ritual tertentu. Dirinya merasa bahwa telah
mendapat pencerahan setahap demi setahap. Dia yakin bahwa kunci perubahan
derajat manusia itu disembunyikan oleh kaum Freemasons. Dia memaksa Langdon
untuk mau mengikuti keinginannya karena Peter Solomon menolak membuka rahasia
yang diinginkannya.
Mal’akh berusaha agar semua
ritualnya berhasil dengan menggunakan berbagai cara. Mal'akh berhasil mengorek
rahasia terbesar piramida yang menunjukkan lokasi Misteri Kuno berkat bantuan
Landon. Dia membawa Peter menuju ke House of Temple. Di sanalah ia
menyelesaikan semua riualnya yang telah ia dambakan selama bertahun-tahun
dengan menusuk dirinya dengan Pisau Akedah Kuno yang dia beli lebih dari satu
juta dolar oleh keturunan Mason yang tinggi. Semua yang di rencanakan dan
diinginkan oleh Mal’akh berhasil dilakukan dan dia mendapatkan apa yang dia
inginkan.
Saya terkecoh saat membaca novel
ini, lagi dan lagi setelah terkecoh oleh dua novel sebelumnya (Angels and
Demons dan The Da Vinci Code). Sebuah kisah yang mengharukan, ternyata Ml’akh
adalah Zachary, putra dari Peter Solomon yang dikira telah meninggal dalam
penjara dan saya kira Mal’akh benar-benar berhasil setelah ia menyempurnakan
penyerahan jiwanya yang suci kepada para dewa, membebaskannya dari cangkang
ragawi. Ternyata Peter berbohong tentang Piramida Mason itu. Tak seperti yang
Mal’akh kira.
Novel dengan plot/alur yang maju
dengan cepat dan hanya sesekali melakukan alur mundur seperti penggambaran
latar belakang dan asal-usul dari Mal’akh yang menculik Peter Solomon merupakan
keunggulan novel ini dengan menciptakan ketegangan dan hanya sedikit menurunkan
tensi saat membaca. Novel setebal 712 halaman ini bahkan memiliki cerita yang
tak lebih dari 24 jam. Mitos dan simbol yang melibatkan konspirasi sekte agama,
dan ritual kuno, menjadikan penelusuran Langdon menjadi rumit. Pembaca akan
merasa dipaksa tak ingin berhenti membaca, mengikuti alurnya sampai selesai,
dan berfikir mengenai teka-teki yang tak berujung dalam novel ini. Setiap
lembarnya berisi ketegangan dari situasi dan teka-teki yang sedang Langdon coba
pecahkan yang membuat pembaca tak ingin menunda membacanya. Novel The Lost
Symbol ini high recomended di baca bagi yang suka dengan simbologi, sejarah
kebijakan-kebijakan kuno maupun pemerhati organisasi rahasia di dunia.
0 komentar:
Post a Comment