Judul Buku: The Da Vinci Code
Diterjemahkan dari : The Da Vinci Code
Penulis : Dan Brown
Terbt Pertama : 2003
Penerjemah: Isma B. Koesalamwardi
Tebal : 640 halaman
Terbit
di Indonesia : Cetakan ke-25, September 2006
Penerbit : Serambi
ISBN
: 979-3335-80-7
Robert Langdon menerima kiriman sebuah foto jasad Jacques
Saunire seorang kurator seni museum louvre dengan telanjang bulat membentuk
sebuah simbol Vitruvian Man (salah satu lukisan karya Leonardo da Vinci)
dengan simbol pentakel diperutnya yang ia gambar sendiri menggunakan darahnya
pada jam 23.00 malam. Beberapa petunjuk aneh tertulis disamping jasad Saunire
dengan tulisan:
13-3-21-1-1-8-5
O,
Draconia Devil !
Oh,
lame saint
Bezu Fache, seorang kepala kepolisian DCPJ (Direction
Centrale Police judiciaire) menaruh curiga sekaligus menduga Langdon sebagai
tersangka. Ia telah meghilangkan pesan Saunire “P.S. Robert Langdon” yang
seharusnya ada di baris paling bawah di tulisan yang ada di lantai tersebut
demi membuat penyidikan secara tidak langsung tersebut berjalan lancar. Di
tengah-tengah penyidikan, muncul Sophie Nevue, seorang agen Kriptologi dari
DCPJ yang ternyata adalah cucu dari Saunire. Secara diam-diam Sophie memberi
tahu Langdon tentang tujuan Fache memanggilnya untuk datang ke Louvre. Langdon
pun mengetahui maksud fache meski ia masih heran, kenapa namanya ada pada pesan
Saunire. Sophie yakin bahwa Langdon tak bersalah dan justru Sauniere membuat
pesan itu ditujukan untuk Langdon dan Sophie. Fache mengetahui Langdon dan
Sophie bekerjasama, ia pun memutuskan untuk menangkap keduanya.
Memanfaatkan situasi, Langdon dan Sophie melarikan diri saat
Fache belum menyadari ternyata Langdon tahu dirinya dituduh sebagai tersangka
dan dipasang alat semacam GPS dalam kantong jasnya. Mereka mencoba
menerjemahkan maksud dari pesan Saunire. Setelah berpikir keras, Langdon pun
mengetahui bahwa pesan saunire merupakan anagram dari Mona Lisa (lukisan
terkenal karya Leonardo Da Vinci). Mereka bergegas mendatangi lukisan Mona Lisa
dan di sana mereka menemukan pesan berikutnya “So Dark Cone of The Man” yang
merupakan anagram dari Madonna of The Rock, lagi-lagi karya Leonardo Da
Vinci. Lagi-lagi Da Vinci.
Da Vinci dan Jacques Sauniere memiliki ikatan historis.
Keduanya merupakan anggota sebuah organisasi rahasia kuno bernama Prieure de
Sion (Biarawan Sion). Biarawan Sion, perkumpulan rahasia beraliran Pagan
(pemuja hukum suci alam dan memuja dewi sebagai pasangan dewa, keharmonisan
antara laki-laki dan perempuan) yang didirikan di Jerusalem oleh Godefroi de
Bouillon seorang raja Perancis pada tahun 1099. Da Vinci menjadi ketua Biarawan
Sion sebagai mahaguru di tahun 1510-1519, dan Sauniere mahaguru di masa
sekarang.
Pada lukisan Madonna of the Rock Sophie kembali
menemukan pesan dari kakeknya berupa benda menyerupai salib dengan batang
segitiga. Pada salib tersebut terdapat sebuah simbol mawar dengan inisial P.S.
di atasnya bertuliskan ”24 Rue Haxo”.
Rue Haxo merupakan alamat sebuah Bank yang menyimpan rahasia Sauniere dan
menjadi pesan berikutnya untuk Langdon dan Sophie. Sophie pun harus mengetahui
no rekening kakeknya untuk membuka dan mengambil rahasia yang ada di bank
tersebut. Ternyata deretan angka acak “13-3-21-1-1-8-5” yang ditemukan pada
pesan di dekat jasad Sauniere, adalah deretan angka Fibonnaci yang jika disusun
menjadi “1-1-2-3-5-8-13-21”. Angka inilah nomor rekening bank milik sang kakek.
Sophie dan Langdon menemukan sebuah Cryptex (benda dengan tabung berisi
gulungan serta terdapat cairan). Criptex tersebut merupakan peta yang
menunjukan dimana Holy Grail berada. Tidak ingin membuang waktu, Langdon
dan Sophie pun kembali ke dalam pelariannya. Langdon mengajak Sophie untuk
bertemu temannya bernama Leigh Teabing, seorang sejarawan yang hidup untuk
mengungkapkan Holy Grail. Teabing diharapkan membantu memecahkan kode-kode
Sauniere.
Leigh Teabing menjelaskan kepada Sophie mengenai Holy Grail.
Bukan Cawan Suci yang telah diketahui oleh masyarakat secara umum pada lukisan
“The Last Supper” karya Leonardo Da Vinci. Holy Grail merupakan
rahasia yang dijaga oleh Biarawan Sion selama berabad-abad. Dokumen Holy
Grail berisi tentang garis keturunan kristus dan bahwa seorang perempuanlah
(Maria Magdalena) yang ditugasi Kristus untuk mendirikan gereja. Dokumen ini
juga menceritakan kenyataan bahwa kristus mempunyai istri (Maria Magdalena). Tetapi
pernikahan tersebut menyalahi ketentuan gereja yang menyatakan Yesus adalah
Tuhan, dan Tuhan tidak menikah apalagi memiliki anak. Tetapi kenyataannya
Kristus menikah dan dikaruniai anak. Biarawan Sion pun adalah pemuja Maria
Magdalena sebagai dewi, mawar (bunga lisa), perempuan suci, Ibu Agung dan Holy
Grail. Gereja mengabadikan seorang Maria Magdalena sebagai wanita pelacur,
melenyapkan semua pengakuan dan opini bahwa kristus tidak lebih dari manusia
biasa. Itu semua merupakan upaya untuk menghilangkan identitas Maria Magdalena
sang Ibu Agung.
Setelah diskusi panjang tentang Holy Grail dan mengungkapkan
fakta-fakta sejarah yang berkaitan dengan Biarawan Sion dan Gereja, pelarian
Langdon dan Sophie berlanjut menuju London dengan bantuan pesawat jet pribadi
Teabing. Di London mereka mendatangi tempat-tempat yang diduga sebagai tempat
disembunyikannya Holy Grail, dan mencoba memecahkan kata kunci dari criptex
yang dibawa oleh mereka.
Sesuatu diluar dugaan pun terjadi, dengan mengakunya Leigh
Teabing sebagai dalang dari semua kejahatan tentang pembunuhan Sauniere dan
ketiga mahaguru Biarawan Sion yang lain. Ia memanfaatkan Silas, seorang albino
pengikut Opus Dei (pihak gereja) sebagai eksekutor pembunuhan Sauniere. Langdon
pun berhasil memecahkan kata kunci dari criptex dan Teabing berhasil
ditangkap oleh Fache.
Dari petunjuk yang ada dalam criptex tersebut, Sopie
mendapatkan fakta bahwa dia masih memiliki keluarga di Roselyn Skotlandia. Di
sana dia bertemu dengan nenek dan adiknya yang ternyata tidak ikut mengalami
kecelakaan bersama orang tuanya. Dan Sophie Naveu merupakan keturunan
Merrovingian (garis keturunan langsung Yesus Kristus). Namun Holy Grail ternyata tidak ditemukan di
sana. Jacques Sauniere sang mahaguru Biarawan Sion telah setia menjaga
dokumen-dokumen rahasia tersebut. Rahasia yang diungkapkan Da Vinci dalam
lukisan-lukisan dan karya seni Pagan lainnya, juga makam Maria Magdalena,
berada dalam Louvre Museum Paris.
Novel yang menarik meski menurut saya termasuk bacaan yang
berat. Dengan alur cerita yang cepat namun tidak terkesan tergesa-gesa. Bab-bab
yang pendek dan berganti fokus hampir disetiap babnya membuat pembaca yang
menjadi tergesa-gesa ingin menuntaskan ceritanya. Dan Brown berhasil menjebak
pembaca, sama dengan novel sebelumnya Angels and Demons. Dalam Da Vinci Code,
pembaca digiring untuk mencurigai Bezu Fache sebagai dalang dari kejahatan yang
menamai dirinya sang Guru. Pemilihan ide cerita, mengolah sejarah, dan
pencapaian klimaks, membuat novel ini tak memiliki kekurangan bagi saya.
0 komentar:
Post a Comment