Judul
Buku: Love in London
Penulis
: Silvarani
Terbit
Pertama : 2016
Tebal
: 206 Halaman
Terbit
: Cetakan ke-1, Mei 2016
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-032-967-3
Ketika saya lihat buku ini akan rilis di instagram
penulisnya, saya langsung minat untuk pre-order. Kekaguman saya pada kota
London berawal sejak saya hobi membaca novel-novel Sherlock Holmes. Betul apa
kata mba Silvarani, London adalah kota dengan yang berpadukan antara bangunan
masa lampau dan bangunan masa kini. Langsung saja saya riview buku Love in
London ini.
Bercerita tentang seorang jurnalis muda asal Semarang
bernama Bintang yang melanjutkan studi S2 nya di London. Bagi bintang,
mengenyam pendidikan tinggi di London sudah melampaui mimpinya dulu yang dia
kira bahw Jakarta lah kota terakhirnya merantau. Dulunya mimpi untuk berangkat ke London dia
bangun bersama mantan kekasihnya yang kini meninggalkannya karena menikah
dengan orang lain. Bintang yang mulanya terang, sempat meredup bahkan jatuh.
Namun Bintang bangkit dan mengejar mimpinya bersama mahasiswa Indonesia lainnya
untuk mendapatkan beasiswa Inggris. Berasa sahabat-sahabatnya, Udjo dan Zain mereka
berpetualang di London.
Bintang dan kawan-kawan bergabung dalam Himpunan
Pelajar Indonesia (HPI) di London. Siapa sangka, bahwa di pertemuan HPI dia
bertemu dengan Alena, mantan kekasihnya di Indonesia yang sudah menikah dan
memiliki anak. London yang Bintang kagumi menyeret dirinya ke dalam kenangan
masa lalunya. Bersamaan dengan itu, perhatiannya pun tertuju pula kepada dua
gadis lain yaitu Diva teman sekampusnya yang kritis terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan agama dan ketuhanan, lalu Fitri gadis ketua pelaksana program
HPI yang taat beragama dan sangat menjaga pergaulan.
Kegalauan dirasakan Bintang tentang perasaannya.
Kebimbangan antara dua gadis yang telah mencuri perhatiannya dan membuatnya
memiliki perasaan yang lain, yang lebih dari sekedar teman.
Love in London menjadi buku Silvarani pertama yang saya
baca. Ketertarikan saya dan mimpi saya ingin terbang ke London lah motivasi
awal membaca buku ini. Saya yang awam dalam hal literasi ataupun hal menulis
sebuah karya, merasakan bagaimana rasa dari kunonya kota dengan gaya victoria
dan hal-hal yang London banget buat saya ketika saya membaca novel ini. Tokoh yang
berlatar belakang ekonomi yang variatif, serta keragaman pandangan terhadap
agama. Ada yang taat ibadah, ada yang ragu, dan bahkan ada yang mengabaikan
agama. Hal itu juga sangat mewarnai asiknya novel ini bagi saya. Namun sangat
disayangkan novel ini tidak begitu tebal sehingga ada beberapa plot yang saya
rasa terkesan terburu-buru untuk selesai. Tapi diluar itu semua, novel ini
benar-benar menjadi tambahan semangat bagi saya untuk mewujudkan impian saya
sampai di kota tempat Sherlock Holmes dilahirkan.
0 komentar:
Post a Comment