Tauhid
bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini
adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan) Nya dan wahdaniyah (keesaan)Nya dan bukan pula sekedar
mengenal Asma’ dan sifatNya.
Iblis
mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaaan dan
kemahakuasaan Allah dengan permin-taannya kepada Allah melalui Asma dan
sifat-Nya. Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa
pencipta. Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah.
Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan
menjawab: “Allah.” (Luqman: 25).
Namun
kepercayaan mereka dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu
timbullah pertanyaan: “Apakah hakikat tauhid itu?”
Hakikat
Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan
takut kepadaNya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan
sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang
pertama, Nuh, hingga Rasul terakhir, yakni nabi Muhammad n. Sebagaimana firman
Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat: 56).
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut.” (An-Nahl: 36)
Sesungguhnya
tauhid tercermin dalam kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya, tidak ada yang berhak disembah
melainkan Allah dan tidak ada ibadah yang benar kecuali ibadah yang sesuai
dengan tuntunan rasul yaitu As-Sunnah. Orang yang mengikrarkannya akan masuk
Surga selama tidak dirusak syirik atau kufur akbar.
Sebagaimana
firman Allah:
“Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang,
mendapat petunjuk.” (Al-An’am:
82)
Abdullah
bin Mas’ud meriwayatkan, “Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa sedih dan
berat. Mereka berkata siapa di antara
kita yang tidak berlaku dzalim kepada diri sendiri lalu Rasul menjawab:
لَيْسَ ذَلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ، أَلَمْ
تَسْمَعُوْا قَوْلَ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}. (متفق عليه(
“Yang dimaksud bukan (kedzaliman)
itu, tetapi syirik. Tidak-kah kalian mendengar nasihat Luqman kepada puteranya,
‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya
mempersekutukan Allah benar-benar suatu kedzaliman yang besar.” (Luqman: 13) (Muttafaqun alaih).
Ayat
ini memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengesakan
Allah. Orang-orang yang tidak mencampur-adukkan antara keimanan dengan syirik
serta menjauhi segala perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan
keamanan yang sempurna dari siksa Allah di akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan
petunjuk di dunia.
Jika
dia adalah seorang ahli tauhid yang murni dan bersih dari noda-noda syirik
serta ikhlas mengucapkan “laa ilaaha illallah” maka tauhid kepada Allah
menjadi penyebab utama bagi kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi
penghapusan dosa-dosa dan kejahatannya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
sabda Rasulullah yang diriwayatkan ‘Ubadah bin Ash-Shamit:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ،
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّهَ عَلَى مَا
كَانَ مِنَ الْعَمَلِ. (رواه البخاري ومسلم(
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muham-mad adalah hamba dan
utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya dan kalimat
yang disampaikanNya kepada Maryam serta ruh dari padaNya, dan (bersaksi pula
bahwa) Surga adalah benar adanya dan Nerakapun benar adanya maka Allah pasti
akan memasukkan ke dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maksudnya,
segenap persaksian yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagaimana yang
terkandung dalam hadist tadi berhak memasukkan dirinya ke Surga. Sekalipun
dalam sebagian amal perbuatannya terdapat dosa dan maksiat.
Jika
tauhid yang murni terealisasi dalam hidup seseorang, baik secara pribadi maupun
jama’ah, niscaya akan menghasilkan buah yang sangat manis. Di antara buah manis
yang didapat adalah:
- Tauhid
memerdekakan manusia dari segala per-budakan dan penghambaan kecuali
kepada Alah. Memerdeka-kan
fikiran dari berbagai khurofat dan angan-angan yang keliru. Memerdekakan
hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri kepada selain Allah
Memerdekakan hidup dari kekuasaan Fir’aun, pendeta dan thaghut yang
menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.
- Tauhid membentuk
kepribadian yang kokoh. Arah
hidup-nya jelas, tidak menggantungkan diri kepada Allah. Kepada-Nya ia
berdo’a dalam keadaan lapang atau sempit.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menyembah orang yang hidup, pada saat lain ia menyembah orang yang mati. Orang Mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridla dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hati menjadi tentram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkan ke kanan, sedang tuhan yang lainnya menginginkan ke kiri.
- Tauhid mengisi hati
para ahlinya dengan keamanan dan
ketenangan. Tidak merasa
takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran
terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin,
kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang Mukmin hanya takut kepada
Allah. Karena itu ia merasa aman ketika kebanyakan orang merasa ketakutan,
ia merasa tenang ketika mereka kalut.
- Tauhid memberikan
nilai Rohani kepada pemilik-nya. Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal
kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan) Nya, sabar atas musibah serta
sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan
meminta kepadaNya. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah
agar segera dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati.
Syi’ar dan semboyannya adalah sabda Rasul:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. (رواه الترمذي وقال حسن صحيح(
Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan
bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
- Tauhid merupakan
dasar persaudaraan dan keadilan. Karena tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan
selain Allah di antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah
satu-satunya dan semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia
adalah hamba Allah dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad n kemudian orang yang paling bertaqwa.
Itulah
buah manis dari Tauhid yang akan membebaskan pelakunya dari kehinaan dan
kesengsaraan dan Tauhidlah yang akan mengembalikan kehormatan Islam dan
Muslimin, mengembalikan harga diri dan kemuliaan Islam dan Muslimin, dan
menaikkan derajat dan martabat Islam dan Muslimin di atas segala kehinaan yang
selama ini dialami oleh kaum Muslimin.
0 komentar:
Post a Comment