A. PENGERTIAN KEIMANAN
1. Pengertian Iman Dalam Al-Qur’an dan Hadits
Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan
penuh Keyakinan bahwa Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya
dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwaNya Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan
pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti
akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu
dan sebagainya.
2.
Arti Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran hati. Sedangkan
menurut istilah iman adalah
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Penjelasan arti iman
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Penjelasan arti iman
·
Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala
apa yang di bawa oleh Rasullullah.
·
Mengikrarkan dengan lisan maksudnya mengucapkan dua
kalimah syahadat “Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasullullah” (tidak
ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah).
·
Mengamalkan dengan anggota
badan
maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan
mengamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
3.
Pengertian keimanan atau akidah itu tersusun dari
enam perkara yaitu:
·
Makrifat kepada Allah, makrifat dengan
nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, makrifat dengan
bukti-bukti wujud atau ada-Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya di alam
semesta atau di dunia ini.
·
Makrifat dengan alam yang ada di balik alam semesta
ini yakni alam yang tidak dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan
kebaikan yang terkandung di dalamnya yakni yang berbentuk malaikat, juga
kekuatan-kekuatan jahat yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari
golongan setan. Selain itu juga makrifat dengan apa yang ada di dalam alam yang
lain seperti jin dan ruh.
·
Makrifat dengan kitab-kitab yang diturunkan oleh
Allah Taala kepada para rasul. Kepentingannya ialah sebagai batas untuk
mengetahui yang hak dan yang batil, yang baik dan yang jelek, yang halal dan
yang haram, antara yang bagus dan yang buruk.
·
Makrifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul yang
dipilih oleh Allah Taala untuk menjadi pembimbing ke arah petunjuk serta
pemimpin seluruh makhluk menuju kepada yang hak.
·
Makrifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di saat itu seperti kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah
mati), memperoleh balasan, pahala atau siksa, surga atau neraka.
·
Makrifat kepada takdir (kada dan kadar) yang di
atas landasannya itulah berjalannya peraturan segala yang ada di alam semesta
ini baik dalam penciptaan atau cara mengaturnya.
B. BUAH KEIMANAN
Jika seseorang sudah bermakrifat benar-benar kepada Tuhan dengan akal
dan hati, maka hal itu akan menjadikan jiwanya kokoh dan kuat dan meninggalkan
kesan yang baik dan mulia. Selain itu makrifat itu pula yang akan mengarahkan
tujuan dan pandangannya ke arah yang baik dan benar, malah ke tingkat keluhuran
dan keindahan. Buah keimanan itu sebagian akan kami simpulkan dalam uraian di
bawah ini:
1.
Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.
Sebabnya sifat itu timbul ialah karena keimanan yang sebenar-benarnya akan
memberikan kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Allah sajalah yang Maha
Kuasa untuk memberi kehidupan, mendatangkan kematian, memberikan ketinggian
kedudukan, menurunkan dari pangkat yang tinggi, juga hanya Dia sajalah yang
dapat memberikan kemudaratan atau manfaat kepada seseorang manusia. Selain
Allah tidak ada yang kuasa melakukannya. Jadi mengapa harus tunduk di bawah
perintah orang yang tidak berkuasa apa-apa. Allah Taala berfirman, “Katakanlah!
‘Saya tidak berkuasa menarik manfaat atau kemudaratan untuk diriku sendiri,
kecuali yang telah dikehendaki oleh Allah. Andai saya dapat mengetahui hal-hal
yang gaib, tentu saya dapat memperoleh kebaikan (keuntungan) yang banyak dan
saya tidak akan disentuh oleh bahaya apa pun. Saya ini tidak lain kecuali
hanyalah seorang yang menyampaikan peringatan dan kabar gembira kepada kaum
mukmin.” (Q.S. Al-A'raf:188). Sebenarnya sebab utama yang mengekanmanusia
sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas dan cepat, juga yang merupakan
penghalang yang terbesar untuk mencapai kemajuan itu ialah sikap tunduk dan
patuh pada kemauan orang lain. Sikap kediktatoran dari orang atau golongan lain
itulah yang menghambat segala macam kemajuan baik yang dilakukan sebagai
kediktatoran politik oleh para penguasa pemerintahan atau kepala-kepala negara,
atau pun yang dilakukan sebagai kediktatoran kependetaan oleh para ahli agama
atau pendeta-pendetanya. Dengan penetapan yang diberikan oleh Islam dalam
kenyataan ini, maka segala macam perhambaan haruslah dilenyapkan, sedangkan
sebagai gantinya haruslah dikembangkan kemerdekaan setiap orang dari kungkungan
dan belenggu para pengekang dan penghambat yang telah berjalan berabad-abad
lamanya.
2.
Keimanan yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa
keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran. Kematian akan
dianggap tidak berharga sama sekali, diremehkan dan sebaliknya malah akan
dicari kematian secara syahid, demi untuk menuntut tegaknya keadilan dan
kejujuran serta hak. Apakah sebabnya jiwa keberanian itu akan timbul? Sebabnya
ialah karena keimanan itu akan mengajarkan bahwa yang kuasa memberikan umur itu
tidak ada selain Allah Taala. Umur tidak akan berkurang sebab manusia menjadi
berani dan terus maju, tetapi tidak pula akan bertambah dengan adanya sikap
pengecut dan licik. Alangkah banyaknya manusia yang mati di atas kasurnya yang
empuk, tetapi alangkah pula banyaknya orang yang selamat di tengah
berkecamuknya peperangan yang maha dahsyat dan pertarungan yang amat sengit.
Allah Taala berfirman, “Tidaklah seseorang itu akan mati melainkan dengan izin
Allah. Kematian adalah suatu batas waktu (ajal) yang sudah ditetapkan.” (Q.S.
Ali Imran:145). Dan firman-Nya, “Dan sebagian yang lain telah dicemaskan oleh
jiwanya sendiri sampai mereka itu menduga terhadap Allah dengan dugaan yang
tidak benar, seperti dugaan kaum Jahiliah. Mereka berkata, ‘Apakah kita akan
memperoleh pertolongan agak sedikit saja?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya
pertolongan itu seluruhnya kepunyaan Allah.’ Mereka menyembunyikan dalam
hatinya barang yang tidak diterangkannya terhadap kamu. Mereka mengatakan,
‘Sekiranya kita mendapatkan pertolongan agak sedikit saja, niscaya kita tidak
akan terbunuh di tempat ini.’ Katakanlah, ‘Kalau sekiranya kamu semua tinggal
dalam rumahmu, niscaya orang-orang yang sudah ditetapkan mati terbunuh itu
pergi ke tempat mereka berbaring. Allah hendak menguji apa yang ada di dalam
dadamu dan hendak membersihkan apa yang ada di dalam hatimu. Allah adalah Maha
Mengetahui segala isi hati.” (Q.S. Ali Imran:154). Allah Taala berfirman pula,
“Di mana saja kamu semua berada, pastilah kematian itu akan mendapatkan kamu,
biar pun kamu semua dalam benteng yang teguh.” (Q.S. An-Nisa:78)
3.
Keimanan itu akan menimbulkan keyakinan yang
sesungguh-sungguhnya bahwa hanya Allah jualah Yang Maha Kuasa memberikan
rezeki, juga bahwa rezeki itu tidak dapat dicapai karena ketamakan orang dan
tidak dapat pula ditolak oleh keengganan orang yang tidak menyukainya. Allah Taala berfirman, “Tidak ada seekor
binatang pun di bumi ini, melainkan Allah yang menanggung rezekinya. Dia yang
mengetahui kediamannya serta tempat penyimpanannya. Semua sudah ditetapkan
dalam kitab (catatan) yang nyata.” (Q.S. Hud:6). Allah Taala berfirman pula,
“Berapa banyaknya binatang yang tidak membawa rezekinya sendiri. Allahlah yang
memberi rezeki kepadanya juga kepadamu, dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui.”
(Q.S. Al-Ankabut:60). Lagi firman-Nya, “Allah mencukupkan rezeki kepada siapa
yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia pula yang membatasinya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Ankabut:62). Manakala
akidah yang sebenar-benarnya sudah masuk meresap di dalam jiwa, maka sudah
pasti manusia yang memilikinya akan terlepas dari kehinaan sifat-sifat kikir,
tamak, rakus, dan loba dan sebagai gantinya ia akan bersifat dan berbudi luhur,
seperti dermawan, suka memberikan bantuan, gemar menolong, suka memaafkan,
pandai bergaul dan lain-lain. Ia akan menjadi manusia yang dapat
diharap-harapkan kebaikannya dan orang-orang lain akan merasa aman sentosa dari
kejahatannya.
4.
Ketenangan adalah salah satpengaruh daripada
keimanan. Yang dimaksudkan ialah ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Allah
Taala berfirman, “Orang-orang yang beriman itu, hati mereka menjadi tenang
karena mengingat (berzikir) kepada Allah. Ingatlah bahwa dengan mengingat
kepada Allahlah hati akan menjadi tenang.” (Q.S. Ar-Ra'd:28). Allah Taala
berfirman pula, “Allah itulah yang memberikan ketenteraman dalam hatinya
orang-orang yang beriman, supaya keimanan mereka itu bertambah dari keimanan
yang telah ada.” (Q.S. Al-Fath:4). Jika hati sudah tenang dan jiwa pun sudah
tenteram, maka manusia pasti akan dapat merasakan kelezatan beristirahat, juga
kenikmatan keyakinan dalam kalbu. Di samping itu ia akan berani menanggung
segala kesukaran dan kesengsaraan dengan sikap yang berani, ia akan tabah
menghadapi segala mara bahaya bagaimana pun besar dan dahsyatnya. Sementara itu
ia yakin pula bahwa pertolongan Allah pasti akan diulurkan pada dirinya, karena
hanya Dialah yang Maha Kuasa untuk membuka segala pintu yang tertutup dan
mendobrak segala jendela yang terkunci. Dengan kepercayaan yang sedemikian ini,
maka tidak mungkin akan dihinggapi oleh rasa kesedihan, penyesalan atau pun
hendak mundur ke belakang. Apalagi keputusasaan, maka sifat ini sama sekali
tidak terdapat dalam kalbunya. Allah Taala dalam hal ini berfirman, “Allah
adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan kepada cahaya yang terang. Ada pun orang-orang kafir itu pelindungnya
adalah tagut (setan). Mereka itu dikeluarkan dari cahaya yang terang kepada
kegelapan. Mereka itulah yang akan menjadi isi neraka dan mereka akan kekal di
dalamnya selama-lamanya.” (Q.S. Al-Baqarah:257)
5.
Kehidupan yang baik, adil dan makmur akan
dipercepat oleh Allah pelaksanaannya untuk seluruh kaum mukminin selagi mereka
ada di dunia ini sebelum mereka menginjak alam akhirat nanti. Kehidupan
sebagaimana di atas itu menjelma dalam beberapa hal, seperti:
·
Kekuasaan yang dikaruniakan oleh Allah Taala
padaorang yang beriman itu, sehingga dapat memerintah dengan baik di atas
permukaan bumi ini.
·
Diberinya petunjuk yang baik dalam kepemimpinannya
atas seluruh umat manusia.
·
Dimenangkannya dalam melawan semua musuh yang
hendak menghalang-halangi perkembangan masyarakat, baik di bidang keduniaan
atau keagamaan.
·
Dilindungi dari serangan mendadak yang dilancarkan
oleh musuh, sehingga tidak mungkin dapat dihancurkan dengan tiba-tiba.
·
Selalu diberi bimbingan, sekiranya ia salah dan
tergelincir dalam sesuatu persoalan.
·
Yang lebih dari itu semua ialah bahwa ia akan
dikaruniai kenikmatan benda (materi) yang berlimpah ruah banyaknya, sehingga
inilah yang dapat digunakan untuk menempuh perjalanan hidupnya untuk menuju ke
akhirat dengan mudah dan gampang sekali.
0 komentar:
Post a Comment