Kemajuan zaman modern
memberikan dampak tersendiri dalam kehidupan manusia. Ada bagian yang positif,
namun juga dampak negatif yang tidak kalah mendominasi. Bukan berarti kemajuan
zaman modern adalah sesuatu yang buruk, namun persepsi tiap individu menghadapi
hal seperti ini berbeda-beda. Hal itu menjadi semakin rumit karena tidak setiap
manusia mampu beradaptasi dengan baik dengan dunia modern. Akhirnya, muncullah
penyimpangan, kemerosotan dan ketidakpastian dalam menjalani hidup yang
mengakibatkan manusia semakin tidak bernilai.
Dalam merespon revolusi
industri, manusia pun terpecah-belah menjadi tiga golongan yang mengakibatkan
masalah tersendiri bagi tiap golongan. Namun sangat beruntung bagi umat manusia
khususnya umat Islam, akhlak tasawuf datang dengan konsep yang rapi dan telah
teruji sebagai salah satu alternatif agar manusia mampu keluar dari kegalauan
dan penyimpangan itu.
A.
HUBUNGAN ANTARA ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
J.
Arthur Thompson dalam bukunya” An Introducation to Science” menuliskan bahwa
ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiri yang
dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah- istilah yang sederhana
mungkin.
Untuk
menjelaskan perbedaan antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat, baiklah dikemukakan
rumusan Filsafat dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N. Driyarkara S.Y., yang
mengatakan “Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya yang dengan
mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat yang diterima saja,
mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan
dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang masyarakat, hukum,
sisiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu pandangan tidak diarahkan ke
sebab-sebab yang terdekat, melainkan ‘ke’mengapa’ yang terakhir sepanjang
kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan kekuatannya itu.
“Filsafat
adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat tidak memperlihatkan banyak
kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan dan Teknologi bahkan
melambung tinggi mencapai era nuklir dan sudah diambang kemajuan dalam
mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia itu sendiri dengan revolusi
genitika yang bermuara pada bayi tabung I di Inggris serta diambang kelahiran
kurang lebih 100 bayi tabung yang sudah hamil tua.
Di satu
pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berutang
kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang memudahkan
pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah dampak
positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat
menyedihkan.
Bahwa
ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan faktor eksitensi manusia,
sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan pengembangan ilmu itu
sendiri kepada siapa manfaat dan kegunaannya dipersembahkan. Kemajuan ilmu
teknologi bukan lagi meningkatkan martabat manusia itu, tetapi bahkn harus
dibayar dengan kebahagiaannya. Berbagai polusi dan dekadensi dialami peradaban
manusia disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu. Dalam usahanya
pendidikan keilmuwan bukanlah semata-mata ditujukan untuk menghasilkan ilmuwan
yang pandai dan trampil, tetapi juga bermoral tinggi.
Untuk
menerangkan selanjutnya hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, baiklah
dikemukakan pendapat Aristoteles tentang abstraksi. Menurut beliau pemekiran
manusia melampaui 3 jenis abstraksi (kata Latin ‘abstrahere’ yang berarti
menjauhkan diri, mengambil dari).
Dari
setiap jenis abstraksi itu menghasilkan satu jenis pengetahuan yaitu :
1)
pengetahuan fisis
2)
pengetahuan matematis,
3)
pengetahuan teologis.
1). Pengetahuan Fisis
Dalam
kenyataannya manusia mulai berpikir bila ia mengamati, mengobservasi sesuatu. Faktor
keheranan, kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan manusia barulah timbul
setelah pengamatan atau observasi lebih dahulu. Peranan ratio atau akal budi
manusia melepaskan (mengabstrahir) dari pengamatan inderawi suatu segi-segi
tertentu yaitu materi yang dapat dirasakan ratio atau akal budi manusia bersama
dengan materi yang 'abstrak' itu menghasilkan pengetahuan yang disebut
"fisika' (dari kataYunani 'Physos' = alam).
2). pengetahuan Matematis atau Matesis
Selanjutnya
manusia masih mempunyai kemampuan untuk dapat mengabstrahir atau melepaskan
lebih banyak lagi Bahwa kita dapat melepaskan materi yang kelihatan dari semua
perubahan yang terjadi.
Hal ini
dapat terjadi bila ratio atau akal budi manusia dapat melepaskan dari materi
hanya segi yang dapat dimengerti saja. Dengan kemampuan abstraksi ini manusia
dapatlah menghitung dan mengukur, karena perbuatan menghitung. dan mengukur itu
mungkin lebih dari semua gejala dan semua perubahan dengan menutup indera mata
Adapun jenis pengetahuan yang dihasilkan oleh abstraksi ini disebut 'matesis'
(matematika) (kata Yunani'mathesist = pengetahuan ilmu).
3). Pengetahuan Teologis atau Filsafat Pertama
Pada
tahap terakhir manusia juga dapat mengabstrahir dari semua materi, baik materi
yang dapat diamati, maupun yang dapat diketahui. Apabila manusia berpikir
tentang keseluruhan realitas tentang sangkanparannya (asal mula dan tujuannya),
tentang jiwa manusia, tentang cita dan citranya, tentang realitas yang paling
luhur, tentang Tuhan, maka berarti tidak hanya terbatas pada bidang fisika saja
tetapi juga bidang matematika yang sudah ditinggalkannya. Di sini terbukti
bahwa semua jenis pengamatan tidak berguna. lagi Adapun jenis berpikir ini
disebut 'teologi' atau filsafat pertama,
Sesuai
dengan tradisi setelah Aristoteles pengetahuan jenis ketiga ini, disebut
'rnetafisika, bidang yang datang setelah (meta') fisika. Menurut Aristoteles
baik bidang metafisika, bidang matematika maupun bidang fisika, masih merupakan
kesatuan yang keseluruhannya disebut ’filsafat' atau metafisika.
Pikiran
atau ratio manusia, melalui penalaran analitik dan non-analitik. Dalam pikiran
manusia ini lahirlah pengetahuan yang pertama beberapa ribu tahun yang lalu
yaitu filsafat. Dalam usaha menjawab tantangan hidup manusia maka fase berikutnya
lahirlah Ilmu-ilmu Alam (Natural Philosophy) dan Ilmu-ilmu Sosial (Moral
philosophy).
Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari
sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia
itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan.
Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu) berpaling kepada
sumber-sumber moral (filsafat Etika), tentang indah dan jelek (termasuk ilmu)
semuanya berpaling kepada pengkajian filsafat Estetika.
Ilmu
tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta ”, demi kian kata tokoh Einstein.
Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan kejurang malapetaka. Relativitas
atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau
kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama.
Filsafat
ialah ’ ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar
atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya
manusia dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal
integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai :
a.
Hakikat Tuhan
b.
Hakikat alam semesta, dan
c.
Hakikat manusia termasuk sikap manusia terhadap
hal tersebut sebagai konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut.
Adapun
titik perbedaanya adalah sebagai berikut :
a.
Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang
sama yaitu : ra’yu (akal, budi, ratio, reason, nous, rede, ver nunft) manusia.
Sedangkan agama bersumber dari Wahyu Allah.
b.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan
penyeledikan, pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen) sebagai batu
ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengelanakan atau
mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral (menyeluruh)
serta universal (mengalam),tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali
ikatan tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan
menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai
masalah asasi dari suatu kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk
manusia di permukaan planet bumi ini.
Kebenaran
ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran
spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen).
Kebenaran ilmu pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif).
Dengan
demikian terungkaplah bahwa manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam
mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang
ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu,
filsafat dan Agama.
C. SAINS
DAN AGAMA
Belajar sains dan teknologi
adalah juga belajar untuk memahami hakekat kehidupan manusia, dengan segala
kekurangan dan keterbatasannya. Dengan belajar sains, kita belajar untuk rendah
hati. Oleh karena itu, pembelajaran sains seyogyanya ditujukan untuk
peningkatan harkat kehidupan manusia sebagai penghuni alam semesta ini. Dan hal
ini telah secara eksplisit dikemukakan dalam semua kitab suci agama, tanpa
perlu diperdebatkan atau dikait-kaitkan dengan kaedah sains.
“Revolusi Teknologi” atau yang terkadang
dikaitkan dengan revolusi industri lahir dari sebuah perkembangan zaman.
Revolusi ini telah menjadi titik awal dimana mayoritas manusia meningkatkan
kontrol pada materi, ruang dan waktu. Selain itu juga menimbulkan evolusi
ekonomi, gaya hidup, pola fikir dan sistem rujukan. Dalam kaitan ini terdapat
tiga keadaan dalam mensikapi revolusi industri, yaitu kelompok yang optimis,
pesimis dan pertengahan antara keduanya.
Bagi kelompok yang optimis, revolusi teknologi
justru menguntungkan, seperti yang dikatakan Ziauddin Sardar. Menurutnya,
revolusi teknologi yang sekarang sedang dijajakan sebagai suatu rahmat besar
bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif di televisi, surat-surat kabar, dan
majalah-majalah begitu menarik. Pada lingkungan yang terpelaajar, lain lagi
caranya, yaitu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku akademis.
Disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya desentralisasi,
dan karena itu akan melahirkan suatu masyarakat yang lebih demokratis.
Sementara itu bagi kelompok yang pesismis
memandang kemajuan di bidang teknologi akan memberikan dampak yang negatif,
karena hanya akan memberikan kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang
dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan,
kecerdasan dan lain-lain. Sementara bagi mereka yang terbelakang, akan tetap
menjadi terbelakang.
Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian
misalnya, akan menyebabkan keuntungan bagi mereka, para petani yang memiliki
modal saja. Sedangkan bagi yang tidak memiliki modal semakin menghadapi masalah
yang serius. Lapangan kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah
mulai ditangani oleh teknologi yang hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah
pengangguran.
Disisi lain, kelompok yang mengambil sikap
antara optimis dan pesimis terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) mengatakan bahwa, iptek itu positif atau membahayakan pada
pengangguran, inflasi dan pertumbuhan, tergantung pada cara orang mengelolanya,
tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan kerjasama dan perdamaian. Dalam
kaitan ini menarik sekali apa yang dikemukakan seorang Sosiolog Prancis,
Jacques Ellul yang mengatakan bahwa kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan
pengaruh sebagai berikut:
a. Semua kemajuan teknologi
menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi memberikan nilai tambah,
tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
b. Nilai-nilai manusia yang
tradisional misalnya, harus dikorbankan demi efisiensi.
c. Semua kemajuan teknologi
lebih banyak menimbulkan masalah daripada pemecahan.
d. Efek negatif teknologi tidak
dapat dipisahkan dari efek positif,nya. Teknologi tidak pernah netral. Efek
negatif dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan.
e. Semua penemuan teknologi
mempunyai efek yang tidak terduga.
Sikap manakah dari ketiga sikap yang
dikermukakan di atas itu yang akan diambil? Itu semua tergantung pada cara
pandang dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Bagi
umat Islam yang selalu diajarkan bersikap adil terhadap berbagai masalah,
tampaknya sikap yang pertengahan yang perlu diambil. Yaitu berupa sikap yang
dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan di bidang iptek,
sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak disalahgunakan.
Kehadiarn Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern. Diantaranya:
1.
Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern ditandai oleh adanya
spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan
memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog,
ilmuan, politisi, sosiolog, ahli biologi, psikolog dan lain-lain. maka jawaban
yang ia dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan terkadang jawaban tersebut
sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat manusia kebingungan.
2.
Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu
pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak. Ini
akan menyebabkan manusia menjadi pribadi yang terpecah (split personality).
Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu ynag eksak dan kering.
Akibatnya, kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah.
Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak
berada di bawah kendali agama. Maka proses kehancuran pribadi manusia akan
terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang
lebih tinggi untuk meningatkan derajat kehidupan manusia akan musnah. Sehingga,
tidak hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan
dan moral kita.
3.
Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu
pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah
disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat senjata
telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain, subversi
dan lain-lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan
jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komuniasi dan lain-lain telah
menghancurkan umat manusia.
4.
Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan
yang disebut diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang
bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh
informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu
itu menjadi bahan tertawaan dan diannggap tidak ilmiah dan kampungan.
5. Pola
Hubungan Materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling
tolong-menolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak tampak lagi.
Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan
lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
Demikian pula penghormatan yang diberikan
seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat
memberikan manfaat secara materialis. Akibatnya ia menempatkan perimbangan
material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.
6.
Penghalalan Segala Cara
Sebagai imbas atas pola hidup yang matelialis
dan dangkalnya iman seseorang, maka seseorang akan mengedepankan segala yang
sekiranya mampu memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah dengan menghalalkan
segala cara tanpa memikirkan dampak spiritual bagi dirinya sendiri.
7.
Stress dan Frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompleks
menggiring manusia untuk mengarahkan seluruh fikiran, tenaga, kemampuan. mereka
terus bekerja dan memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan waktu. Dampaknya,
mereka begitu mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi. Dan ketika segala yang
mereka gagal, mereka cenderung tertekan dalam dinaamika zaman.
8.
Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat sejumlah orang yang terjerumus dan
salah memilih jalan. Masa mudanya dihabiskan untuk menuruti hawa nafsu dan
segala daya dan cara telah ditempuhnya. Ada suatu saat diaman ia sudah tua
renta. Secara fisik sudah tak lagi berdaya. Tenaga sudah tidak mendukung lagi
untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini akan merasa kehilangan harga diri
dan masa depannya. Kemana ia harus berjalan? ia tidak tahu. Mereka perlu
bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya. Dan hal Itu adalah bantuan
dari Tuhan.
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bawa kebenaran ilmu pengetahuan ialah
kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang
tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu
pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif). Maka terungkaplah bahwa
manusia adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan
menemukan kebenaran itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang
sekaligus merupakan institut kebenaran yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama.
Zona Mabuk adalah kehampaan spiritual yang
mengecewakan dan bebahaya, serta sulit keluar dari dalamnya, hanya dengan
menyadarinya bahwa kita sementara berada didalamnya.
Mewaspadai hadirnya teknologi dengan
mengevaluasi secara jernih relevansi teknologi yang ada sekarang pada kehidupan
kita, memperdebatkan terlebih dahulu kebaikan serta konsekwensi penerapannya.
Sumber :
0 komentar:
Post a Comment