Di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu
dari empat masalah pokok pendidikan yang telah diidentifikasi sejak tahun
60-an. Perhatian terhadap pendidikan memang cukup besar, namun meskipun sudah
banyak usaha yang dilakukan, sampai kini masalah mutu pendidikan tampaknya
belum dapat diatasi. Keluhan tentang rendahnya mutu lulusan masih terus
bergema. Lulusan SD, SLTP, dan SLTA belum mampu bernalar dan berpikir kritis,
serta masih tergantung kepada guru (D. Nielson, dkk, 1996; Nasoetion,1996).
Kemampuan siswa untuk mandiri belum terwujud, sehingga prakarsa siswa untuk
memulai sesuatu tidak terlampau sering ditemukan. Penguasaan siswa lebih
terfokus pada pengetahuan faktual karena itulah yang dituntut dalam ujian
akhir. Pangkal penyebab dari semua ini tentu sangat banyak tetapi tudingan
utama banyak ditujukan kepada guru karena gurulah yang merupakan ujung tombak
di lapangan yang bertemu dengan siswa secara terprogram (Wardani, 1998). Oleh
karena itu, guru dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap
hasil yang dicapai oleh siswa.
Untuk menjawab tantangan yang ditujukan kepada guru
tersebut, berbagai upaya telah dilakukan dalam peningkatan kemampuan guru.
Berbagai penataran guru, baik yang dilakukan secara berkala maupun yang
dilakukan secara berkesinambungan telah dilakukan. Di samping itu,
kesejahteraan guru, yang disadari merupakan tiang penyangga dari kualitas
layanan yang diberikan guru, juga sudah mulai diperhatikan, meskipun dalam
skala yang sangat kecil. Pemberian insentif bagi guru yang mengajar di daerah
terpencil dan pemberian tunjangan fungsional bagi guru telah pernah dilakukan.
Selain upaya yang secara khusus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional dan kesejahteraan guru, upaya yang sangat penting adalah upaya
untuk meningkatkan kualifikasi guru yang telah dilakukan sepanjang masa.
Kinerja Guru pada
dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan fihak yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses
pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan Sekolah. Dan untuk memahami apa dan bagaimana kinerja guru itu, terlebih
dahulu akan dikemukakan tentang makna Kinerja serta bagaimana mengelola kinerja
dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
B. Konsep Kinerja
Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job
Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to perform yang
berarti menampilkan atau melaksanakan, sedang kata performance berarti “The act
of performing; execution”( Webster Super New School and Office Dictionary),
menurut Henry Bosley Woolf performance berarti “The execution of an action”
(Webster New Collegiate Dictionary) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kinerja atau performance berarti tindakan menampilkan atau melaksanakan
suatu kegiatan, oleh karena itu performance sering juga diartikan penampilan kerja atau prilaku
kerja. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi kinerja untuk lebih
memberikan pemahaman akan maknanya.
Tabel 5.1. Pendapat Para Pakar tentang pengertian kinerja
No
|
Pengertian kinerja
|
Pendapat
|
1.
|
Performance diartikan sebagai hasil pekerjaan, atau pelaksanaan tugas pekerjaan
|
(Pariata Westra et al. 1977:246).
|
2.
|
kinerja adalah proses kerja dari seorang individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu,
|
Bateman (1992:32)
|
3.
|
Prestasi Kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yangdisasari oleh pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu,
|
Nanang Fattah (1999:19)
|
4.
|
Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specific time period
|
Bernardin dan Russel dalam Ahmad S Ruky (2001:15)
|
5.
|
Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
|
A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67)
|
6.
|
basically, it (performance) means an outcome – a result. It is the end point of people, resources and certain environment being brought together, with intention of producing certain things, whether tangible product or less tangible service. To the extent that this interaction results in an outcome of the desired level and quality, at agreed cost levels, performance will be judged as satisfaktory, good, or excellent. To the extent that the outcome is disappointing, for whatever reason, performance will be judged as poor or deficient
|
Murray Ainsworth et.el(2002:3)
|
Dari beberapa pengetian kinerja di atas, penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi
kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang
optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu
tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan
aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut A. Dale Timpe dalam bukunya Performance sebagaimana dikutip oleh Ch. Suprapto
(1999:14) dikemukakan bahwa Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang
saling berkaitan yaitu keterampilan, upaya, dan sifat-sifat keadaan eksternal.
Keterampilan dasar yang dibawa seseorang ke tempat pekerjaan dapat berupa pengetahuan, kemampuan, kecakapan
interpersonal dan kecakapan teknis.
Keterampilan
diperlukan dalam kinerja karena keterampilan merupakan aktivitas yang muncul dari seseorang akibat
suatu proses dari pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan
kecakapan teknis. Upaya dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan
untuk menyelesaikan pekerjaan. Tingkat keterampilan berhubungan dengan apa yang
“dapat dilakukan”, sedangkan “ upaya” berhubungan dengan apa yang “akan
dilakukan”. Kondisi eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat
dilingkungannya yang mempengaruhi kinerja. Kondisi eksternal merupakan
fasilitas dan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas/kinerja karyawan,
interaksi antara faktor internal dengan eksternal untuk menghasilkan sesuatu dengan kualitas
tertentu merupakan unsur yang membentuk kinerja, ini sejalan dengan pendapat
Dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari unsur manusia dan
unsur non manusia. Oleh karena itu, kinerja yang ditunjukan oleh unsur-unsur
tersebut akan menunjukan kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Sebagai pegawai akan selalu dituntut tentang sejauh mana
kinerja pegawai tersebut dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya,
apakah mereka berkinerja tinggi/memuaskan atau berkinerja rendah/jelek. Dengan
demikian, seorang pegawai dalam penilaian kerja oleh atasannya selalu
dihubungkan dengan kinerja.
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan
oleh seseorang dalam memperoleh hasil kerja yang optimal. Sejalan dengan itu
menurut pendapat Sedarmayanti (1995:53) pengertian kinerja dengan menunjuk pada
ciri-cirinya sebagai berikut : “Kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan
meningkat jika memenuhi indikator-indikator antara lain : Kualitas hasil kerja,
Ketepatan waktu, Inisiatif, Kecakapan, Komunikasi yang baik”. berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai dan dapat diperlihatkan melalui kualitas hasil kerja, ketepatan waktu,
inisiatif, kecakapan dan komunikasi yang baik.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
1. Peran
Kepala Sekolah
Tugas kepala sekolah sebagai manajer adalah melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen yang berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan mengevaluasi kinerja guru. Untuk menyusun rencana kinerja guru, kepala
sekolah melibatkan semua unsur personalia sekolah. Dengan diterapkannya
manajemen sumber daya manusia oleh kepala sekolah atau dalam istilah
manajemennya adalah manajer telah direspon oleh tenaga pendidik yang ada di.
Mereka dengan rasa tanggung jawab dan secara profesionalisme sebagai tenaga
pendidik telah melaksanakan tanggung jawab atau tugas yang dibagikan (job
discription). Apabila dalam melaksanakan kinerja guru mengalami kesulitan
disarankan untuk mencari literatur yang berkaitan dengan MSDM dan mengatasi
sendiri kesulitan itu, sebelum minta bantuan kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin
kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja
yang semakin efektif dan efisien.
2. Kompensasi
Dengan adanya kompensasi yang diberikan sesuai dengan haknya
akan sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Untuk itu hendaknya program
kompensasi ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, sesuai dengan
undang-undang perburuhan, atau sesuai dengan peraturan kerja lembaga
masing-masing. Dengan adanya kompensasi yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik. Mereka akan menyadari serta menaati peraturan-peraturan yang
berlaku.
3. Kedisiplinan
Guru
Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk
menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap
pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah persepsi
guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang
dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran
yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya. Berdasarkan uraian di
atas maka disiplin kerja yang perlu diperhatikan adalah :
- Disiplin terhadap tugas kedinasan yang meliputi : mentaati peraturan kerja, menyiapkan kelengkapan mengajar, dan melaksanakan tugas-tugas pokok.
- Disiplin terhadap waktu yang meliputi: menepati waktu tugas, memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
- Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungan sekolah, menjalin hubungan yang baik, dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
- Disiplin di dalam melayani masyarakat yang meliputi: melayani peserta didik, melayani orang tua siswa, dan melayani masyarakat sekitar;
- Disiplin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi, memperhatikan sikap, memperhatikan tingkah laku, dan memperhatikan harga diri.
4. Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu kebutuhan
yang harus dilakukan secara terus menerus. Persaingan yang ketat antar lembaga
pendidikan merupakan tantangan yang makin berat. Untuk itu tidak ada pilihan
lain selain peningkatan kualitas sumber daya manusia (Guru) untuk menghadapi
persaingan yang ketat tersebut.
Sumber daya manusia sangat berperan dalam menentukan
kemajuan suatu negara. Walaupun negara mempunyai sumber daya alam yang sangat
melimpah ruah tapi kalau tidak ditopang atau didukung dengan sumber daya
manusia yang berkualitas, negara tersebut tidak akan bisa maju. Terdapat banyak
sumber daya dalam manajemen yang terlibat dalam organisasi atau lembaga
pendidikan, antara lain ada yang berupa: manusia, sarana prasarana, biaya,
teknologi, dan informasi. Namun demikian, sumber daya yang paling penting dalam
pendidikan adalah sumber daya manusia. Adapun kalau dilihat secara mikro atau
dalam ruang lingkup suatu lembaga, manusia merupakan sumber daya yang paling
penting dalam usaha organisasi untuk mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia
inilah yang akan menunjang organisasi dengan berbagai karya, bakat,
kreatifitas, dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi
tanpa aspek manusia akan sulit rasanya tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai.
0 komentar:
Post a Comment