Pengertian Kurikulum
Secara Etimologi
Kurikulun berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu (Ramayulis, 2008: 150)..
Dalam bahasa Arab, kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj
yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam
Qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan
oelh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan (Ramayulis,
2008: 150).
Secara Terminologi
Crow dan Crow mendefinisikan kurikulum adalah rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan
suatu program untuk memperoleh ijazah (Ramayulis, 2008: 151).
Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang disitir oleh
al-Syaibani, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,
sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi
murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan (Ramayulis, 2008: 151).
Alice Milel mengatakan bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan, dan sikap-sikap orang
yang melayani dan dilayani di sekolah (termasuk di dalamnya seluruh pegawai
sekolah) dalam hal ini semua pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan
kepada siswaaa termasuk ke dalam kurikulum (Ramayulis, 2008: 151).
Fungsi
Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam memiliki fungsi sebagai alat untuk mendidik genarasi muda
dengan baik dan mendorong mereka untuk membuka dan mengembangkan
kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan keterampilan mereka
yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan
fungsinya sebagai khalifah di muka bumi (Abuddin Nata, 2010: 130).
Kurikulum pendidikan Islam berfungsi sebagai pedoman yang digunakan
oelh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan
Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap
(Ramayulis, 20008: 152).
Komponen
Kurikulum (A. Tafsir, 2008: 55)
Tujuan, mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam proses
belajar-mengajar.
Isi, materi proses belajar-mengajar, harus relevan dengan tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan.
Metode atau proses belajar-mengajar, kegiatan anak dan
guru dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan.
Evaluasi, kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk
mengetahui berapa persen tujuan dapat dicapai.
Asas dan
Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
a. Asas
Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut S. Nasution, asas kurikulum pendidikan Islam, yaitu (Abuddin
Nata, 2010: 132):
Asas filosofis, berperan sebagai penentuan tujuan umum
pendidikan.
Asas sosiologis, berperan memberikan dasar untuk menentukan apa
saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Asas organisatoris, berfungsi memberikan dasar-dasar dalam penyusunan
mata pelajaran, penentuan luas dan sempitnya uraian serta urutan dan susunan
mata pelajaran.
Asas psikologis, berperan sebagai memberikan berbagai prinsip
tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta menyampaikan
bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan
perkembangannya.
b. Ciri-ciri
Kurikulum Pendidikan Islam
Omar Mohammad al-Taomy al-Syaibany menyebutkan ada lima ciri kurikulum
pendidikan Islam (Abuddin Nata, 2010: 133):
Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya. Kandungan,
metode, alat, dan tekniknya bercorak agama.
Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang
betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang menyeluruh. Ia
memperhatikan bimbingan dan pengembangan terhadap segala aspek pribadi pelajar
dari segi intelektual, psikologis, sosial, spiritual.
Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan. Juga seimbang antara pengetahuan yang berguna
bagi pengembangan individual dan sosial.
Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan
oleh anak didik.
Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bahkan anak
didik.
Kerangka Dasar
Kurikulum Pendidikan Islam (Ramayulis, 2008: 155-156)
Tauhid, sebagai kerangka dasar utama kurikulum harus dimantapkan
semenjak masih bayi – dimulai dengan memperdengarkan kalimat-kalimat tauhid
seperti azan atau iqamah terhadap anak yang baru dilahirkan.
Perintah membaca.
Prinsip
Penyusunan Kurikulum (Ramayulis, 2008: 161-162)
Prinsip berasaskan Islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum
diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
Prinsip (integritas) antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan
aktiviti yang terkandung di dalam kurikulum, juga tautan antara kandungan kurikulum
dengan kebutuhan murid juga masyarakat.
Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan
hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang,
relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
Prinsip fleksibilitas adalah terdapat ruang gerak yang memberikan
sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada pemilihan
program pendidikan maupun mengembangkan program pengajaran.
Prinsip integritas adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia
seutuhnya, manusia yang mampu mengintegrasikan antara fakultas zikir dan pikir,
serta manusia yang menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur
kehidupan akhirat.
Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu,
tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat cepat, memadai dan dapat memenuhi
harapan.
Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum
yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum
lainnya.
Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan
perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya yang meliputi seluruh
aspek pribadi anak didik.
Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan dan demokratis adalah bagaimana
kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sangat diutamakan.
Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum itu tidak statis, tetapi
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.
Prinsip keseimbangan adalah bagaimana kurikulum dapat mengembangkan
sikap potensi peserta didik secara harmonis.
Prinsip efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas
guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
Klasifikasi
Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga kelompok ilmu, yaitu
(Ramayulis, 2008: 162-163):
Ilmu yang tercela banyak atau sedikit, misalnya ilmu sihir nujum dan
perdukunan.
Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit, misalnya ilmu tauhid, ilmu
agama.
Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu yang tidak boleh dialami karena
dapat emmbawa kepada kegoncangan iman, misalnya ilmu filsafat.
Dari segi kelompok ilmu tersebut, al-Ghazali membagi lagi menjadi dua
kelompok dilihat dari kepentingannya, yaitu (Ramayulis, 2008: 163):
Ilmu yang fardhu (wajib) ‘ain yaitu ilmu untuk semua orang muslim yaitu
agama.
Ilmu yang fardhu kifayah untuk dipelajari sebagian muslim. Ilmu ini
ilmu yang dimanfaatkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, misalnya ilmu
hitung, ilmu kedokteran, dan lain-lain.
Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari
di sekolah sebagai berikut (Ramayulis, 2008: 163):
Ilmu-ilmu fardhu ‘ain yaitu al-Quran dan ilmu agama seperti fiqh,
hadits dan tafsir.
Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta kafadh-kafadhnya
karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu
agama.
Ilmu-ilm fardhu kifayah yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi
yang beraneka macam jenisnya, termasuk ilmu politik.
Ilmu kebudayaan seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.
Orientasi
Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam berorientasi kepada:
Orientasi pelestarian nilai, orientasi ini memfokuskan kurikulum
sebagai alat untuk tercapainya “agent of conservative”.
Orientasi pada peserta didik, kurikulum harus memnuhi kebutuhan peserta
didik yang disesuaikan dengan bakat,
minat, potensi yang dimilikinya, serta kebutuhan peserta didik.
Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Orientasi pada sosial demand, bagaimana memberikan kontribusi positif
dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga out put mampu manjawab dan
mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat.
Orientasi pada tenaga kerja, kurikulum pendidikan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan kerja.
Orientasi penciptaan
lapangan kerja, kurikulum hendaknya dapat menciptakan peserta didik yang dapat
membuat lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja terutama dirinya
dan orang lain.