Monday, February 2, 2015

LOJI FREEMASON

Loji Sint Jan Bandung
Loji (kadang disebut juga Loji Pribadi atau Loji Konstituen dalam konstitusi Mason) adalah unit organisasi dasar Freemasonry. Setiap Loji baru harus memiliki Surat Izin atau Piagam yang dikeluarkan oleh sebuah Loji Besar, yang memberinya izin untuk berjalan dan menyelenggarakan rapat. Para anggota Mason yang berkumpul sebagai sebuah Loji tanpa memperlihatkan dokumen ini (misalnya, karena sedang dalam kamp tawanan perang) dianggap sebagai Loji" gelap" atau "tak reguler", terkecuali bagi sedikit Loji-Loji "abadi" yang didirikan sebelum pembentukan Loji-Loji Besar.

Sebuah Loji harus menggelar rapat di tempat yang telah ditetapkan dan pada waktu yang dipublikasikan sebelumnya. Mereka akan memilih, menginisiasi, dan mempromosikan anggota dan petugasnya; Loji itu akan membangun dan mengelola harta dan asetnya, termasuk waktu dan catatan; dan Loji yang bersangkutan juga dapat memiliki, menduduki, atau berbagi propertinya. Seperti organisasi lainnya, Loji dapatmemiliki bisnis formal untuk mengelola pertemuan dan acara, rapat umum tahunan serta komite, dana amal, korespondensi dan laporan, keanggotaan dan langganan, rekening dan pajak, acara khusus dan katering, dan sebagainya. Jumlah kegiatan adalah tergantung pada masing-masing Loji, dan di bawah konstitusi serta berbagai bentuk prosedur yang sama, Loji-Loji dapat mengembangkan tradisi yang berbeda-beda.

Seseorang hanya dapat diinisiasi, atau dijadikan sebagai seorang Mason, di dalam sebuah Loji. Orang dapat menjadi anggota tetap dalam sebuah Loji seumur hidupnya. Seorang Mason Master dapat mengunjungi Loji manapun yang memiliki hubungan persahabatan dengannya, dan sebuah Loji dapat memberikan sambutan yang ramah kepadanya serta mengadakan rapat formal dengannya. Pengunjung harus terlebih dahulu memeriksa regularitas Loji tersebut dan dapat memastikan bahwa Loji tesebut sesuai dengan tujuannya; namun dia dapat ditolak untuk masuk jika ada kemungkinan bahwa dia akan menganggu keharmonisan Loji. Jika dia mau mengunjungi Loji yang sama berulang kali, dia mungkin saja diharapkan untuk bergabung dan membayar biaya langganan.

Sebagian besar Loji berisi para Freemason yang tinggal atau bekerja di kota atau daerah di dekat Loji yang bersangkutan. Loji lainnya diikuti oleh para Mason yang memiliki kesamaan minat, pekerjaan atau latar belakang. Loji semacam ini kadang mensyaratkan adanya kesamaan sekolah, universitas, unit militer, penunjukkan atau derajat Mason, seni, pekerjaan dan hobi. Di beberapa Loji, pendirian dan namanya mungkin hanya tinggal sejarah, karena seiring waktu, keanggotaan berkembang lebih luas dariapda yang diharapkan oleh para "pendirinya"; dalam beberapa Loji lainnya, keanggotaan tetap eksklusif.

Ada pula Loji spesialis Riset, yang anggotanya adalah para Master Mason, dengan ketertarikan pada Riset Mason (mengenai sejarah, filsafat, dll.). Loji Riset sepenuhnya terjamin, namun biasanya tidak menginisiasi anggota baru. Loji Instruksi di UGLE dapat dijamin oleh Loji biasa manapun untuk dapat mempelajari dan berlatih Ritual Mason.

Para Freemason berkumpul sebagai sebagai Loji, bukan di dalam' Loji, kata "Loji" lebih bermakna orang-orang yang berkumpul, bukan tempat berkumpul. Akan tetapi, dalam penggunaan sehari-hari, premis Mason sering disebut "Loji". Bangunan Mason kadangkala disebut "Kuil" ("Filsafat dan Art)"). Di banyak negara, digunakan istilah Pusat atau Gedung Mason dan bukannya Kuil. Ini untuk menghindari prasangka dan kecurigaan. Beberapa Loji berbeda, selain juga kelompok Mason dan non-Mason lainnya, sering menggunakan premis yang sama pada waktu yang berbeda.

Banyak loji yang ditutup pada masa pendudukan Jepang. Semua loji di Indonesia ditutup setelah Freemasonry dilarang berdiri oleh Soekarno pada tahun 1962. Loji-loji utama di Hindia Belanda meliputi:

loge nummer 31 : La Constante et Fidèle, Semarang (ditutup 1962);
loge nummer 46 : Mata Hari, Padang;
loge nummer 53 : Mataram, Yogyakarta;
loge nummer 55 : l'Union Frédéric Royal, Surakarta;
loge nummer 61 : Prins Frederik, Kota Raja;
loge nummer 64 : Veritas, Probolinggo;
loge nummer 65 : Arbeid Adelt, Makassar;
loge nummer 70 : Deli, Medan;
loge nummer 82 : Tidar, Magelang;
loge nummer 83 : Fraternitas, Salatiga;
loge nummer 84 : Sint Jan, Bandung (ditutup 1960);
loge nummer 87 : Humanitas, Tegal;
loge nummer 89 : Malang, Malang;
loge nummer 92 : Blitar, Blitar;
loge nummer 110 : Het Zuiderkruis, Meester Cornelis, Batavia (ditutup 1955);
loge nummer 111 : De Broederketen, Batavia (ditutup 1948);
loge nummer 129 : De Driehoek, Jember;
loge nummer 142 : Broedertrouw, Bandung;
loge nummer 149 : Palembang, Palembang (ditutup 1958);
loge nummer 151 : De Hoeksteen, Sukabumi;
loge nummer 153 : Serajoedal, Purwokerto;
loge nummer 165 : De Witte Roos, Batavia (ditutup 1958)
loge nummer 182 : Purwa Daksina, Batavia (ditutup 1962);
loge nummer 183 : Dharma, Bandung (ditutup 1962);
loge nummer 192 : Bhakti, Semarang (ditutup 1962);
loge nummer 193 : Pamitran, Surabaya; (ditutup 1962);
loge nummer 225 : De Ster in het Oosten, Hollandia, Nugini Belanda (ditutup 1963).



No comments:

Post a Comment