Loji Sint Jan Bandung |
Sebuah Loji harus menggelar rapat di tempat yang
telah ditetapkan dan pada waktu yang dipublikasikan sebelumnya. Mereka akan
memilih, menginisiasi, dan mempromosikan anggota dan petugasnya; Loji itu akan
membangun dan mengelola harta dan asetnya, termasuk waktu dan catatan; dan Loji
yang bersangkutan juga dapat memiliki, menduduki, atau berbagi propertinya.
Seperti organisasi lainnya, Loji dapatmemiliki bisnis formal untuk mengelola
pertemuan dan acara, rapat umum tahunan serta komite, dana amal, korespondensi
dan laporan, keanggotaan dan langganan, rekening dan pajak, acara khusus dan
katering, dan sebagainya. Jumlah kegiatan adalah tergantung pada masing-masing
Loji, dan di bawah konstitusi serta berbagai bentuk prosedur yang sama,
Loji-Loji dapat mengembangkan tradisi yang berbeda-beda.
Seseorang hanya dapat diinisiasi, atau dijadikan
sebagai seorang Mason, di dalam sebuah Loji. Orang dapat menjadi anggota tetap
dalam sebuah Loji seumur hidupnya. Seorang Mason Master dapat mengunjungi Loji
manapun yang memiliki hubungan persahabatan dengannya, dan sebuah Loji dapat
memberikan sambutan yang ramah kepadanya serta mengadakan rapat formal
dengannya. Pengunjung harus terlebih dahulu memeriksa regularitas Loji tersebut
dan dapat memastikan bahwa Loji tesebut sesuai dengan tujuannya; namun dia
dapat ditolak untuk masuk jika ada kemungkinan bahwa dia akan menganggu
keharmonisan Loji. Jika dia mau mengunjungi Loji yang sama berulang kali, dia
mungkin saja diharapkan untuk bergabung dan membayar biaya langganan.
Sebagian besar Loji berisi para Freemason yang
tinggal atau bekerja di kota atau daerah di dekat Loji yang bersangkutan. Loji
lainnya diikuti oleh para Mason yang memiliki kesamaan minat, pekerjaan atau
latar belakang. Loji semacam ini kadang mensyaratkan adanya kesamaan sekolah,
universitas, unit militer, penunjukkan atau derajat Mason, seni, pekerjaan dan
hobi. Di beberapa Loji, pendirian dan namanya mungkin hanya tinggal sejarah,
karena seiring waktu, keanggotaan berkembang lebih luas dariapda yang
diharapkan oleh para "pendirinya"; dalam beberapa Loji lainnya,
keanggotaan tetap eksklusif.
Ada pula Loji spesialis Riset, yang anggotanya
adalah para Master Mason, dengan ketertarikan pada Riset Mason (mengenai
sejarah, filsafat, dll.). Loji Riset sepenuhnya terjamin, namun biasanya tidak
menginisiasi anggota baru. Loji Instruksi di UGLE dapat dijamin oleh Loji biasa
manapun untuk dapat mempelajari dan berlatih Ritual Mason.
Para Freemason berkumpul sebagai sebagai Loji,
bukan di dalam' Loji, kata "Loji" lebih bermakna orang-orang yang
berkumpul, bukan tempat berkumpul. Akan tetapi, dalam penggunaan sehari-hari,
premis Mason sering disebut "Loji". Bangunan Mason kadangkala disebut
"Kuil" ("Filsafat dan Art)"). Di banyak negara, digunakan
istilah Pusat atau Gedung Mason dan bukannya Kuil. Ini untuk menghindari prasangka
dan kecurigaan. Beberapa Loji berbeda, selain juga kelompok Mason dan non-Mason
lainnya, sering menggunakan premis yang sama pada waktu yang berbeda.
Banyak loji yang ditutup pada masa pendudukan
Jepang. Semua loji di Indonesia ditutup setelah Freemasonry dilarang berdiri
oleh Soekarno pada tahun 1962. Loji-loji utama di Hindia Belanda meliputi:
loge nummer 31 : La Constante et Fidèle, Semarang
(ditutup 1962);
loge nummer 46 : Mata Hari, Padang;
loge nummer 53 : Mataram, Yogyakarta;
loge nummer 55 : l'Union Frédéric Royal, Surakarta;
loge nummer 61 : Prins Frederik, Kota Raja;
loge nummer 64 : Veritas, Probolinggo;
loge nummer 65 : Arbeid Adelt, Makassar;
loge nummer 70 : Deli, Medan;
loge nummer 82 : Tidar, Magelang;
loge nummer 83 : Fraternitas, Salatiga;
loge nummer 84 : Sint Jan, Bandung (ditutup 1960);
loge nummer 87 : Humanitas, Tegal;
loge nummer 89 : Malang, Malang;
loge nummer 92 : Blitar, Blitar;
loge nummer 110 : Het Zuiderkruis, Meester
Cornelis, Batavia (ditutup 1955);
loge nummer 111 : De Broederketen, Batavia (ditutup
1948);
loge nummer 129 : De Driehoek, Jember;
loge nummer 142 : Broedertrouw, Bandung;
loge nummer 149 : Palembang, Palembang (ditutup
1958);
loge nummer 151 : De Hoeksteen, Sukabumi;
loge nummer 153 : Serajoedal, Purwokerto;
loge nummer 165 : De Witte Roos, Batavia (ditutup
1958)
loge nummer 182 : Purwa Daksina, Batavia (ditutup
1962);
loge nummer 183 : Dharma, Bandung (ditutup 1962);
loge nummer 192 : Bhakti, Semarang (ditutup 1962);
loge nummer 193 : Pamitran, Surabaya; (ditutup
1962);
loge nummer 225 : De Ster in het Oosten, Hollandia,
Nugini Belanda (ditutup 1963).
No comments:
Post a Comment