Tuesday, February 3, 2015

TPU Hindu Budha Cikadut (Jejak Tionghoa di Bandung)


Memasuki Komplek Makam Cina Cikadut, kita dihadapkan dengan berbagai makam yang didominasi warna merah dan kuning emas jelas terlihat di bangunan makam. Batu nisan di makam pun ditulis dengan menggunakan huruf hanzi. Secara historis, TPU tersebut beroperasi sejak tahun 1918. Namun, secara de facto kondisi di lapangan, makam warga etnis Tionghoa sudah ada satu tahun sebelumnya, Tepatnya tanggal 23 Agustus 1917 yakni makam seorang tokoh penting etnis Tionghoa di Kota Bandung, Tan Joeng Liong (m.inilah.com).


Ada beberapa tokoh yang berperan penting di kota Bandung yang dimakamkan di Makam Cikadut, diantaranya adalah : Tan Joeng Liong, yang meninggal pada 23 Agustus 1917. Di nisannya (Bongpai) bertuliskan Kapiten Titulair Der Chineezeen. Kapten Titulair memiliki arti kapten kehormatan, kemungkinan gelar kehormatan ini diberikan atas jasa dan pengabdian beliau dalam menjabat sebagai opsir Bandung dengan pangkat Letnan selama 25 tahun (1888-1917).


Nama lain yang juga tidak kalah terkenal yakni raja tekstil, Yo Giok Sie. Dia meninggal pada 23 Agustus 1963. Yo Giok Sie sendiri merupakan pendiri pabrik tekstil terbesar di Kota Bandung saat itu yakni PT Badan Tekstil Nasional (BTN) yang berlokasi di Cicaheum. Hingga saat ini, bangunan pabrik yang didirikannya masih berdiri kokoh dan menjadi lokasi beberapa pabrik di dalamnya. Ternyata industri tekstil di Bandung memiliki peranan besar bagi perekonomian kala itu dan diprediksikan akan lebih jauh lagi perkembangannya. Maka untuk mengantisipasi perkembangan tekstil, Pemerintah Kolonial mendirikan sebuah lembaga penelitian khusus tekstil di Bandung, lokasi tepatnya STT Tekstil sekarang (1920-1923an).


Kematian merupakan hal yang misterius yang perlu dipersiapkan dengan persiapan yang sedemikian rupa. Hal itu yang menjadi kepercayaan orang-oranag Cina. Jauh-jauh hari, selagi orang itu hidup, lahan untuk makam sudah dipersiapkan dengan konsep yang tidak sembarangan. Bahkan, ada makam yang batu nisannya sudah ada dan terpasang di komplek makam meski orangnya masih hidup. Biasanya anak lelaki paling tua akan memegang peranan penting dalam mengurusi kematian orang tuanya. Inilah yang menjadikan begitu pentingnya anak lelaki dalam tradisi Tionghoa. Anak lelaki tertualah yang kelak menyimpan abu orang tuanya.

Beberapa makam yang saya lihat di Makam Cikadut memiliki karakteristik bangunan yang unik, biasanya akan bergantung pada tingkat ekonomi dan pencapaian hidup seseorang. Tidak jarang kuburan yang dibangun memiliki gaya arsitektur yang mewah, seperti makam Yo Giok Sie yang terkenal dengan nama Bong Koneng dan makam Tan Joen Liong (sayang sudah tidak terawat).  Di setiap kuburan mesti dilengkapi dengan tempat untuk persembahan Dewa Langit dan Dewa Bumi, yang berada di sisi makam.

Dalam menentukan arah kuburan, Cina memiliki kepercayaan yang unik yang membedakannya dengan kuburan lainnya. Mereka dengan fengshuinya, mempercayai kalau arah kuburan harus searah dengan aliran air, kemungkinan aliran air memiliki chi yang baik. Hal ini tercermin juga dari kehidupan orang Cina yang seperti air, bisa hidup di mana saja dan memiliki daya adaptasi yang luar biasa.


Hal yang menarik dalam proses pemakaman adalah disertakannya barang-barang yang paling disayangi oleh orang yang meninggal tersebut. Biasanya jenazah didandani dengan pakaian serba mewah lengkap dengan perhiasannya. Hal inilah yang memberikan peluang kerja baru bagi masyarakat, yaitu penggalian makam untuk mengambil perhiasan yang dibawa mati. Hingga kini usaha negatif seperti ini masih berlangsung, makam-makam yang tidak mempunyai penjaga pribadi merupakan sasaran empuk bagi kejahatan ini. Saya pun melihat pagar-pagar di samping makam ada yang sudah habis di gergaji oleh orang-orang iseng yang ingin menjual besi-besinya. Tidak sedikit makam yang pagar besinya sudah digunduli oleh tangan-tangan nakal. Keamanan kesulitan memantau berhubung karena luasnya area pemakaman ini.

Tiket Masuk
Untuk tiket masuk, karena ini komplek pemakaman jadi tidak ada tiket masuk alias free. pengunjung tidak akan dikenai biaya masuk atau pun biaya parkir. Meski gratis ini itu, pengunjung harus tetap bersikap ramah dan sopan serta menjaga kebersihan lokasi ini.

1 comment:

  1. kang cantum in dong lokasinya, alamat lengkap serta patokan2an, kalo perlu akses berbagai kendaraan

    ReplyDelete