Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung |
Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa Barat (sebelumnya berada di bawah naungan Perum Perhutani) (Sumber).
Terdapat beberapa titik di dalam kompleks hutan raya yang bisa dijadikan tujuan wisata, antara lain:
Curug Dago & Batu Prasasti Kerajaan Thailand
Curug Dago memiliki ketinggian terjunan air hanya sekitar 12
m saja dan berada di ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut curug ini terbentuk dari aliran sungai
Cikapundung yang mengalir dari Maribaya memasuki kota Bandung. Dengan lokasinya
yang cukup tersembunyi, di daerah Bukit Dago di dalam kawasan Taman Hutan Raya
(THR) Ir H Djuanda, Bandung, dan kurang ditunjang promosi wisata menyebabkan
curug ini kian jarang dikunjungi wisatawan.
Tidak jauh dari lokasi air terjun, terdapat dua prasasti batu tulis
peninggalan sekitar tahun 1818. Menurut
para ahli sejarah, kedua prasasti tersebut konon merupakan peninggalan Raja
Rama V (Raja Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari
dinasti Chakri yang pernah berkunjung ke Curug Dago Sumber.
Kolam PLTA Bengkok
Sejak mulai beroperasi tahun 1923, Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) Bengkok yang terletak tak jauh dari Taman Hutan Raya
Juanda-Dago-Bandung, hingga kini masih berfungsi. Sejak pendiriannya, PLTA ini
diberi nama oleh Belanda dengan sebutan Centrale Bengkok. Nama ini pun tetap
dipertahankan mengiringi kokohnya bangunan khas Belanda yang melindungi PLTA
tersebut. Hingga kini, bangunan kuno yang berdiri di areal lahan seluas 5
hektar ini, menjadi salah satu heritage milik rakyat Jawa Barat dan selalu
dijadikan tujuan wisata oleh para pelajar atau wisatawan domestik lainnya (Sumber).
Monumen Ir. H. Djuanda
Di lokasi wisata ini terdapat pula Monumen Ir. H. Djuanda.
Tempat ini merupakan prasasti dan museum peninggalan sejarah Ir. H Juanda. Bisa
menambah banyak pengetahuan dan sejarah. Dari Museum dan monumen Ir.H Juanda
pun bisa dipetik banyak inspirasi, melalui sejarah mantan Perdana Menteri
Indonesia ke 10 ini, banyak hal yang patut kita teladani, berbagai sumbangan
dan dedikasi terhadap bangsa dan negara di masa lalu sangat maksimal, sampai
mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang berpengaruh.
Goa Belanda
Goa Jepang
Setelah Jepang masuk ke Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih dan menguasai Gua Belanda. Selain itu tentara Jepang juga membangun gua lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua Belanda. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit korban yang berjatuhan selama pembuatan gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap tentara sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang ada di Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar, tertutup oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada sekitar tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa peninggalan tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya. Sampai sekarang pun kondisi gua Jepang ini masih tetap dibiarkan dengan kondisi alaminya, alias tidak ada perubahan atau renovasi.
Curug Lalay
Lalay itu Kelelawar. Jadi, Curug Lalay ialah Air Terjun
Kelelawar. Dinamai Curug Lalay karena ternyata di sekitar curug ini banyak
sekali terdapat Lalay atau Kelelawar itu. Keadaan Curug Lalay bisa dikatakan
masih memiliki keasrian dan kealamian yang tinggi. Curug Lalay berada di
ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut dan memiliki kesejukan yang tidak
perlu diragukan lagi. Curug Lalay ini merupakan curug terakhir dari sebuah
aliran sungai, karena ternyata di lokasi tersebut banyak terdapat curug lain
yang lokasinya berada di atas Curug Lalay. Selain lokasinya yang terdapat
dikawasan Bandung Utara yang berhawa sangat sejuk, curug layung juga berada
pada ketinggian 1.400 meter dpl dan memiliki pemandangan yang sangat indah.
Curug Omas Maribaya
Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter
dengan kedalaman 10 m yang berada di aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun
ini terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan melihat air
terjun dari posisi atas. Dari atas jembatan ini akan terlihat bentangan dasar
sungai yang merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang
nantinya menjadi daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. Aliran ini
mengalir dan berbelok membelah kawasan Tahura tersebut. Para pengunjung pun
harus hati-hati karena tangga-tangganya licin dikarenakan basah oleh cipratan
air curug. Di lokasi ini pun tidak jarang kawanan monyet yang turun ke jalan,
tapi tidak membahayakan pengunjung namun tetap harus waspada dan hati-hati.
Tebing Keraton
Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Banyak yang bilang ini ‘Tebing
Keraton‘, padahal nama aslinya sunda abis, ‘Tebing Karaton’ yang artinya itu
Kemegahan Alam menurut papan informasi yang ada disana. Ketinggian Tebing
Keraton yang berada tepat di daerah Dago Pakar ini sekitar 1200 mdpl, lumayan
banget buat ngeliat pemandangan hutan dari atas. Bebrbeda dengan puncak lain di
kota Bandung yang keika melihat kebawah akan dihiasi lampu-lampu kota. Dari
Tebing Keraton dapat menikmati pemandangan keren dan spektakuler. Bukan lampu
kota, melainkan hutan. Ya, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dari atas.
Tiket Masuk
Untung memasuki kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda pengunjung akan dikenakan tiket masuk ke lokasi tersebt dengan harga yang variatif untuk setiap lokasinya. Untuk tiket masuk Dago Pakar (gua Belanda, gua jepang, Monumen Ir. Djuanda, Curug Lalay, Curug Omas Maribaya) seharga Rp 10.000 per orang. Untuk Tebing Keraton Rp 11.000 per orang. Untuk PLTA Bengkok dan Curug Dago tidak ada tiket masuk alias free.
Rute Menuju THR Djuanda
Untuk sampai ke lokasi Taman Hutan Raya ini, pengunjung yang berasal dari dalam luar kota Bandung bisa melalui rute di bawah ini:
Buah Batu
Buah Batu > Gurame > Karapitan > Sunda > Sumatra > Aceh > Sulawesi > Seram > MArtadinata > Ir.H.Djuanda > THR Djuanda/Dago Pakar
Pasteur
Terusan Pasteur > Flyover Pasupati > Exit Tamansari > Cikapayang > Ir.H.Djuanda > THR Djuanda/Dago Pakar
Jakarta
Jakarta (Cawang) > Tol Jakarta-Cikampek > Tol Purbaleunyi (Cipularang) > Exit Pasteur > Terusan Pasteur > Flyover Pasupati > Exit Tamansari > Cikapayang > Ir.H.Djuanda > THR Djuanda/Dago Pakar
Tiket Masuk
Untung memasuki kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda pengunjung akan dikenakan tiket masuk ke lokasi tersebt dengan harga yang variatif untuk setiap lokasinya. Untuk tiket masuk Dago Pakar (gua Belanda, gua jepang, Monumen Ir. Djuanda, Curug Lalay, Curug Omas Maribaya) seharga Rp 10.000 per orang. Untuk Tebing Keraton Rp 11.000 per orang. Untuk PLTA Bengkok dan Curug Dago tidak ada tiket masuk alias free.
Rute Menuju THR Djuanda
Untuk sampai ke lokasi Taman Hutan Raya ini, pengunjung yang berasal dari dalam luar kota Bandung bisa melalui rute di bawah ini:
Buah Batu
Buah Batu > Gurame > Karapitan > Sunda > Sumatra > Aceh > Sulawesi > Seram > MArtadinata > Ir.H.Djuanda > THR Djuanda/Dago Pakar
Pasteur
Terusan Pasteur > Flyover Pasupati > Exit Tamansari > Cikapayang > Ir.H.Djuanda > THR Djuanda/Dago Pakar
Jakarta
Jakarta (Cawang) > Tol Jakarta-Cikampek > Tol Purbaleunyi (Cipularang) > Exit Pasteur > Terusan Pasteur > Flyover Pasupati > Exit Tamansari > Cikapayang > Ir.H.Djuanda > THR Djuanda/Dago Pakar
Temukan berbagai macam informasi wisata yang ada di Indonesia beserta makna/arti/cerita tentang wisata tersebut yang ada di indonesia
ReplyDeleteDan juga artikel-artikel tentang wisata di wisataIndonesiaraya.com dan like page facebook wisataIndonesiaraya.com
keren ya thr wisata alam lembang
ReplyDelete