BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perencanaan yang dilakukan oleh organisasi harus bersifat
fleksibel. Artinya perencanaan tersebut bisa menyesuaikan terhadap lingkungan
eksternal yang dinamis. Sebab faktor eksternal merupakan hambatan
terhadap pelaksanaan rencana yang akan dilakukan organisasi, sehingga perencanaan
itu sedikit banyak bisa diubah tanpa mengubah tujuan untuk apa perencanaan itu
dilakukan.[1]
Berbagai negara
telah mengalami kemajuan yang cukup pesat dengan adanya perencanaan pendidikan
yang baik. Di Indonesia, sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah cukup
banyak perkembangan yang telah dicapai terutama dalam dunia pendidikan.
Untuk memperlancar jalannya sebuah lembaga pendidikan diperlukan perencanaan
yang akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan
benar. Artinya perencanaan memberi arah bagi tercapainya tujuan sebuah
system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan baik jika ada
perencanaan yang matang.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut
:
1.
Bagaimana menetapkan
sasaran dan tujuan dari perencanaan pendidikan?
2.
Langkah apa yang diperlukan untuk merancang
perencanaan pendidikan?
C. Tujuan Perumusan Masalah
Adapun tujuan perumusan masalah tersebut adalah
:
1. Untuk mengetahui bagaimana menetapkan sasaran dan
tujuan dari perencanaan pendidikan
2. Untuk mengetahui langkah-langkah
diperlukan untuk merancang perencanaan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Kecenderungan Umum
Dalam
pembuatan perencanaan pendidikan, para perencana harus menstudi pola dan
kecenderungan fungsi manusia dalam lingkungannya, pemanfaataan SDM dan Sumber
Daya Fisik, untuk sebanyak-banyaknya keuntungan manusia dan perekonomian. Demikian juga studi pengaruh lingkungan fisik
terhadap perilaku manusia, studi tentang keseimbangan peran dan aturan formal
dan informal. Setelah itu studi ditekankan pada hakikat dan tujuan
infrastuktur. Dua macam infrastruktur, yaitu bagian visible dan invisible.
Bagian visible adalah elemen yg langsung digunakan saat aktivitas seperti meja
kursi, kamar kecil, listrik, partisi, dst.nya. Inilah yang disebut pengisi
infrastruktur, sedangkan bagian invisible adalah lelemen yang tidak langsung
digunakan seperti jaringan air, jaringan listrik dst.nya, disebut
infrastruktur. Terdapat tiga kemungkinan menyusun infrastuktur. Pertama,
infrastruktur linier, deskripsinya seperti pohon, manfaatnya untuk mensuplai
komoditas seperti air, listrik, lalu lintas dst.nya. Kedua, infrastruktur Planar terkait dengan suplai komoditaas juga namun
merupakan jaringan kerja yang ketat dalam suatu perencanaan, gambarannya
seperti jala jaringan keja. Ketiga, infrastruktur spatial, terkait dengan
suplai komoditas yang berbentuk jaringan kerja berlubang.
Suatu kota pada
dasarnya merupakan gabungan rumit dan dinamis dari ketiga macam infrastruktur
tersebut. Karena itu mendisain perencanaan diawali dengan mendeskripsikan
berbagai faktor atau elemen sebagai berikut.
1. Tingkat kepadatan penduduk, jenis kegiatan, dan bentuk
jaringan infrastruktur, mempengaruhi orang, tempat, pergerakan, ekonomi,
aktivitas, yang semuanya berpengaruh pada proses pendidikan
2. Perkembangan kehidupan masyarakat terkait dengan
karakter individu-individunya dalam
merubah atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan, cukup kuat mempenaruhi perkembangan
individu. Planner harus mmfasilitas siswa mngembangkn kmampuan eksplorasi dan
intelektualnya, sehingga pendidikan tersebut betul-betul berbasis keterlibatn
siswa pada lingkngannya, dan tercipta keseimbangan antara kebenarn individu dan
kebenaran kelompok sosial, budaya, dan ekonomi. Sebagai catatan perlu ditegaskan bahwa dipicu perkembangan iptek,
perubahan sosial bergerak sangat cepat
3. Kemampuan iptek merubah lingkungan fisik yang
mempengaruhi perubahan siswa, sehingga “make
him be at home in a created environment”, dan berdasar pengaruh
tersebut, siswa merubah lingkungan, baik yang sifatnya psychologis maupun budaya, yang secara berkelanjutan keduanya mempengaruhi
orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut, “man is continuously adapting
animal”, sesuai dengan persepsinya terhadap
lingkungannya.
4. Pergerakan urbanisasi manusia dari pinggir kota ke
pusat kota, jenis pemakaian kendaraan (pribadi atau massal), efisiensi gerakan
dan biaya, mode kendaraan, jumlah dan
isi kendaraan, serta rute, operasi, pemilik, fasilitas, dan pengenalan.
5. Planner juga harus mendeskripsikan kegiatan ekonomi,
yang issunya biasanya besar, penting, luas, kompleks, namun biasanya kekurangan
data, dan aparat pemerintah tidak effektif mengatasinya.
6. Bentuk
dan
trend
yang berkmbang
pada
kegiatan. Aktivitas pendidikan saling terkait dg transportasi, ekonomi, sistem sosial,
komunikasi dan sistem politik. Faktor2 ini terlihat atau tdk terlihat saling terkait
secara tetap. Perubahan besar salah satu faktor akan langsung mempengaruhi
bentuk dan kecenderungn aktivitas yang lainnya.
Dalam kaitan ini banyak penyiapan fasilitas pendidikan lebih merujuk
kepada keperluan masyarakat kota.
7. Beberapa kemungkinan trend perencanaan pendidikan,
terkait dengan bentuk individu,kelompok, kesamaan tujuan (keluarga, lembaga,
perusahaan), yang terus berubah sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi,
kekayaan, dan sistem politik.[2]
B. Menetapkan Sasaran dan Tujuan,
a. Peran Tujuan dalam Perencanaan
pendidikan
Pada bagian ini, tujuan (goal) pendidikan disebut
dalam term makna, hakikat, fungsi, dan karakteristik. Istilah tujuan dalam
perencanaan pendidikan terkait ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu
kegiatan. Ada beberapa tujuan
perlunya penyusunan suatu perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana
pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin
dan anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah
disusun;
2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan
itu diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan
pendidikan;
3. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur
organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik
aspek kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek
akademik-nonakademik;
4. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian
tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas
pekerjaan;
5. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang
tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu
selama proses layanan pendidikan;
6. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral)
dan khusus (spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan
yang harus dilakukan;
7. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub
pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem’;
8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan
dan kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan; dan
b.
Sasaran
Istilah goal merupakan ujung dari akhir perencanaan (Goals
are ends for which a design is made). Sedangkan Objective adalah tujuan
antara sebagai bagian dari goal. Target adalah tujuan antara yang merupakan
bagian dari objective, dan kemudian task adalah tujuan yang merupakan bagian
dari target.
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh
individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran
memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu
pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil.
Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas.
Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas,
atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated
goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat
hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan.
Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh
perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan
organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan
organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan
tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan
sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi
sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya
itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai
tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah
orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar
perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan
oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu
luas seperti “tingkatkan kinerja,” “naikkan profit,” atau “kembangkan perusahaan,”
sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah
mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management
by objective atau MBO. Pada
pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer
puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama
membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan
merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa
kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan
dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila
diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya
kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan
rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO
hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran
hanyalah manajemen puncak sendiri[4].
c. Pengembangan Goals
Dalam
rangka pengembangan tujuan akhir, para perencana memerlukan pertimbangan
tentang berbagai hal.
1. Memperhatikan tujuan umum belajar, antisipasi masalah
baru, metode yang akan digunakan, hubungan pelajaran lama dan baru, mendiskusikan hubungan antar sekolah, distrik atau bagian
negara.
2. Mempelajari latar belakang masalah melalui studi SWOT
dan penyebabnya sampai terjadi situasi
terakhir,
3. Tetapkan titik awal kerja sesuai proses perencanaan
pendidikan dan fokuskan pada target serta gunakan cepat masukan dari balikan
(feedback)
Hubungan antara goals dan objective
Goals dapat tercapai melalui objective,
target, dan tasks. Namun dalam menyusun formulasinya, goals disusun berdasarkan
nilai yang dianut, untuk kemudian dari goal tersebut diturunkan rencana
pendidikan. Dengan demikian bagan alurnya dapat digambarkan sebagai berrikut.
Value àGoals à Perencanaan pendidikan
Dalam pada itu bentuk objective yang dirancang untuk
maksud pembuatan strategi perencanaan : 1. dirancang utk pelayanan; 2. sasaran
alternatif dirancang untuk mengembangkan
fasilitas layanan; 3. susunan dapat merupakan kombinasi dari beberapa hal yang
belum ada. 4. term dalam bentuk operasional tidak abstrak; 5. alternatif
ditentukan pada setiap sasaran; 6. maksimalkan sasaran berdasarkan input yang
pasti atau mnimalisasi input untuk sasaran yang pasti. 7. diformulasi sebagai
hasil dialog antara perencanaan pendidikan dengan representatif wakil publik[5]
C. Langkah-langkah Menyusun Perencanaan Pendidikan
Sebelum para
manager dapat mengorganisasi, memimpin, atau mengendalikan, terlebih dahulu
mereka harus membuat rencana yang memberikan arah pada setiap kegiatan
organisasi.
Prosedur Perencanaan Pendidikan
Sketsa pengembangan rencana
a. Dalam waktu relatif singkat dalam beberapa bulan bukan tahunan.
b. Untuk semakin disempurnakan dari pertama survei pengamatan singkat.
c. Memanfaatkan data dan pengetahuan yang ada tidak
melibatkan penelitian baru.
Metode Perencanaan Pendidikan
Penentuan tujuan, apa yang orang-orang dari daerah
perencanaan ingin wilayah mereka menjadi terang:
Penentuan kebutuhan pendidikan, apa yang harus
disediakan untuk mencapai tujuan, mengukur:
a. bagaimana kondisi dan fasilitasnya?
b. Kekurangan sarana fisik dan pengaturan dan Program dan
pelayanan?
Program memenuhi kebutuhan pendidikan, jika diperlukan
perubahan fasilitas, dan pelayanan maka hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Penjadwalan, proyek dan program apa saja yang sudah
dilaksanakan?
b. Perubahan fisik, perkembangan baru, pembangunan
kembali, pengaturan apa
saja yang ada?
c. Organisasi masyarakat dan opini publik?
Perencanaan Pendidikan
Pernyataan tujuan masyarakat menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti:
a. Ukuran (kecil, lebih besar atau jangkauan yang lebih luas)?
b. Kegiatan yang ada harus dipertahankan, diharapkan,
ditinggalkan?
c. Hidup masyarakat, perbaikan apa yang diperlukan cara
fasilitas, program pelayanan?
d. Pengaturan fisik, pengaturan penggunaan lahan,
fasilitas pusat, desain lingkungan?
Laporan, grafik, peta konsep yang menyajikan apa yang
harus dilakukan, kapan, oleh siapa dan dengan cara apa, yang meliputi:
a. Perkiraan populasi, ukuran, karakteristik dan
distribusi.
b. Program pembangunan ekonomi, langkah-langkah untuk
mencapai kerja maksimal.
c. Program layanan masyarakat di perumahan, pendidikan
dan kegiatan budaya, rekreasi, kesehatan, dan pengembangan kelembagaan.
d. Program untuk pembangunan fisik, penggunaan lahan,
transportasi dan kepadatan, rencana, pekerjaan umum, dan program perumahan.
e. Program aksi perencanaan, program aksi publik dan
swasta, alat keuangan, pejabat dan organisasi warga[6].
Terdapat
pula beberapa variasi dalam tanggung jawab perencanaan yang tergantung pada
ukuran dan tujuan organisasi dan pada fungsi atau kegiatan khusus manajer.
Organisasi yang besar dan berskala internasional lebih menaruh perhatian pada
perencanaan jangka panjang daripada perusahaahn local. Akan tetapi
pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan keseimbangan antara perencanaan
jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Karena itu penting bagi para
manajer untuk mengerti peranan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang
dalam pola perencanaan secara keseluruhan.[7]
Mengembangkan
rencana sketsa (a) jangka pendek (sebulan-setahun, (b)perbaikan cepat, ( c) menggunakan data
nyata, (d) kerjasama dg masyarakat, kelompok lokal, regional atau nasional).
Dalam proses atau tahapan
penyusunan perencanaan pendidikan ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui
dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Tahap need assessment, yaitu
melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang diperlukan dalam
proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap satuan pendidikan.
Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan masukan
tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia,
dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan
dihadapi.
2. Tahap formulation of goals and objective,
yaitu perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan
tujuan perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil
kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan
pendidikan yang diperlukan.
3.
Tahap policy and
priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas kebijakan apa
yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan prioritas kebijakan
ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar
memudahkan dalam pencapaian tujuan.
4.
Tahap program and
project formulation, yaitu rumusan program dan proyek pelaksanaan kegiatan
operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan pedidikan pada aspek
akademik dan non akademik.
5.
Tahap feasibility testing,
yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya (sumber daya
internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila perencanaan
disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan
menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.
6.
Tahap plan implementation,
yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a) kualitas sumber
daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan siswa);
(b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu
tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau
pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau
implementasi program layanan pendidikan.
7.
Tahap evaluation and
revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi)
tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan,
sebagai feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya
dilakukan revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih
baik.
Merujuk pada uraian dari
pengertian perencanaan pendidikan sampai tahapan dalam penyusunan perencanaan
pendidikan tersebut di atas, menunjukkan bahwa kedudukan perencanaan pendidikan
dalam proses layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah sangat
penting, karena dengan adanya perencanaan pendidikan yang baik dapat:
1.
Meningkatkan kualitas
kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara maksimal, baik
menyangkut aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini disebabkan seluruh
aktivitas warga sekolah harus berdasarkan pada program yang telah disusun
dengan baik dalam suatu perencanaan pendidikan secara sistematik dan integral.
2.
Mengetahui beberapa sumber
daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara maksimal,
dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan dan tantangan yang akan dihadapi
dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan, suatu perencanaan pendidikan
yang baik pasti akan memuat tentang beberapa peluang dalam mencapai tujuan dan
prediksi tantangan atau hambatan yang akan muncul, serta strategi yang harus
dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut.
3.
Memberi peluang pada
setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam kemampuan, keahlian atau
ketrampilan secara maksimal, dalam rangka mewujudkan tujuan layanan
pendidikan.
4.
Memberikan kesempatan bagi
pelaksana program untuk memilih beberapa alternatif pilihan tentang metode atau
strategi atau pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan perencanaan pendidikan,
agar efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
5.
Memudahkan dalam
pencapaian tujuan pendidikan, karena perencanaan pendidikan yang baik selalu
dirancang dengan tahapan-tahapan pelaksanaan program layanan pendidikan (jangka
pendek, menengah dan panjang), disamping itu telah disusun skala prioritas
sasaran tujuan yang akan dicapai.
6.
Memudahkan dalam melakukan
evaluasi tentang seberapa besar pencapaian tujuan layanan pendidikan yang telah
diraih, karena dalam perencanaan pendidikan yang baik selalu merumuskan
indikator-indikator pencapaian tujuan dan instrumen apa yang dipakai dalam
mengukur keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan.
7.
Memudahkan dalam melakukan
revisi program layanan pendidikan dan proses penyusunan perencanaan pendidikan
berikutnya, sesuai dengan dinamika dan perkembangan kehidupan sosial-[8].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tujuan dalam perencanaan pendidikan berkaitan dengan
ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu kegiatan. Sedangkan target
adalah tujuan antara yang merupakan bagian dari objectif. Dalam
perencanaan pendidikan target dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran
yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil.
Langkah-langkah dalam menyusun perencanaan
pendidikan meliputi :
1.
Tahap need assesment,
2.
Tahap formulation
of goals and objective,
3.
Tahap policy and
priority setting,
4.
Tahap program and
project formulation,
5.
Tahap feasibility testing,
6.
Tahap plan implementation,
7.
Tahap evaluation and
revision for future plan,
DAFTAR PUSTAKA
1.
Udin S. Sa’ud dan Abin Syamsudin
Makmun, 2007, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
2.
S. Sagala, 2009, Manajemen
Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung : Alfabeta
3.
Sanusi Uwes, 2014, Bahan Kuliah
Perencanaan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana
UIN SGD Bandung
4.
Frank W. Banghart dan Albert
Trull, Jr., 1980, Educational Planning, London: The Macmillian Company,
5.
Arief
Bowo PK, SE., MM., 2008, “Perencanaan”. Jakarta: Universitas Mercu Buana,
6.
http://adieth12.blogspot.com/2012/04/pentingnya-perencanaan-sebagai-salah.html,
diakses pada 18 September 2014
7.
http://muhfebrianika.wordpress.com/2012/11/11/20-perencanaan-dalam-organisasi/,
diakses pada 18 September 2014
[1] Arief Bowo PK, SE., MM. “Perencanaan”. Jakarta:
Universitas Mercu Buana, 2008 hal.8
[2]
Sanusi Uwes, Bahan Kuliah Perencanaan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan
Islam Program Pascasarjana UIN SGD Bandung
[3] S.
Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, hal.
[4] http://muhfebrianika.wordpress.com/2012/11/11/20-perencanaan-dalam-organisasi/,
diakses pada 18 September 2014
[5]
Sanusi Uwes, Bahan Kuliah Perencanaan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan
Islam Program Pascasarjana UIN SGD Bandung
[6]
Frank W. Bagnghart dan Albert Trull, Jr., Educational Planning, hal. 288
[7] http://adieth12.blogspot.com/2012/04/pentingnya-perencanaan-sebagai-salah.html,
diakses pada 18 September 2014.
[8]
Udin S. Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, hal. 33
0 komentar:
Post a Comment