Tuesday, January 13, 2015

KONSEP DAN TUJUAN PERENCANAAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Perencanaan yang dilakukan oleh organisasi harus bersifat fleksibel. Artinya perencanaan tersebut bisa menyesuaikan terhadap lingkungan eksternal yang dinamis. Sebab faktor eksternal merupakan hambatan terhadap pelaksanaan rencana yang akan dilakukan organisasi, sehingga perencanaan itu sedikit banyak bisa diubah tanpa mengubah tujuan untuk apa perencanaan itu dilakukan.[1]
Berbagai negara telah mengalami kemajuan yang cukup pesat dengan adanya perencanaan pendidikan yang baik.  Di Indonesia, sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah cukup banyak perkembangan yang telah dicapai terutama dalam dunia pendidikan.  Untuk memperlancar jalannya sebuah lembaga pendidikan diperlukan perencanaan yang akan mengarahkan lembaga tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar.  Artinya perencanaan memberi arah bagi tercapainya tujuan sebuah system, karena pada dasarnya system akan berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang. 

B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana menetapkan sasaran dan tujuan dari perencanaan pendidikan?
2.      Langkah apa yang diperlukan untuk merancang perencanaan pendidikan?

C.    Tujuan Perumusan Masalah
Adapun tujuan perumusan masalah tersebut adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimana menetapkan sasaran dan tujuan dari perencanaan pendidikan
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah diperlukan untuk merancang perencanaan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Memahami Kecenderungan Umum
            Dalam pembuatan perencanaan pendidikan, para perencana harus menstudi pola dan kecenderungan fungsi manusia dalam lingkungannya, pemanfaataan SDM dan Sumber Daya Fisik, untuk sebanyak-banyaknya keuntungan manusia dan perekonomian. Demikian juga studi pengaruh lingkungan fisik terhadap perilaku manusia, studi tentang keseimbangan peran dan aturan formal dan informal. Setelah itu studi ditekankan pada hakikat dan tujuan infrastuktur. Dua macam infrastruktur, yaitu bagian visible dan invisible. Bagian visible adalah elemen yg langsung digunakan saat aktivitas seperti meja kursi, kamar kecil, listrik, partisi, dst.nya. Inilah yang disebut pengisi infrastruktur, sedangkan bagian invisible adalah lelemen yang tidak langsung digunakan seperti jaringan air, jaringan listrik dst.nya, disebut infrastruktur. Terdapat tiga kemungkinan menyusun infrastuktur. Pertama, infrastruktur linier, deskripsinya seperti pohon, manfaatnya untuk mensuplai komoditas seperti air, listrik, lalu lintas dst.nya.  Kedua, infrastruktur Planar  terkait dengan suplai komoditaas juga namun merupakan jaringan kerja yang ketat dalam suatu perencanaan, gambarannya seperti jala jaringan keja. Ketiga, infrastruktur spatial, terkait dengan suplai komoditas yang berbentuk jaringan kerja berlubang.
            Suatu kota pada dasarnya merupakan gabungan rumit dan dinamis dari ketiga macam infrastruktur tersebut. Karena itu mendisain perencanaan diawali dengan mendeskripsikan berbagai faktor atau elemen sebagai berikut.
1.      Tingkat kepadatan penduduk, jenis kegiatan, dan bentuk jaringan infrastruktur, mempengaruhi orang, tempat, pergerakan, ekonomi, aktivitas, yang semuanya berpengaruh pada proses pendidikan
2.      Perkembangan kehidupan masyarakat terkait dengan karakter individu-individunya dalam  merubah atau menyesuaikan diri dengan lingkungan, cukup kuat mempenaruhi perkembangan individu. Planner harus mmfasilitas siswa mngembangkn kmampuan eksplorasi dan intelektualnya, sehingga pendidikan tersebut betul-betul berbasis keterlibatn siswa pada lingkngannya, dan tercipta keseimbangan antara kebenarn individu dan kebenaran kelompok sosial, budaya, dan ekonomi. Sebagai catatan perlu ditegaskan bahwa dipicu perkembangan iptek, perubahan sosial bergerak sangat cepat
3.      Kemampuan iptek merubah lingkungan fisik yang mempengaruhi perubahan siswa, sehingga “make him be at home in a created environment”, dan berdasar pengaruh tersebut, siswa merubah lingkungan, baik yang sifatnya psychologis maupun budaya, yang secara berkelanjutan keduanya mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut, “man is continuously adapting animal”, sesuai dengan persepsinya terhadap lingkungannya.
4.      Pergerakan urbanisasi manusia dari pinggir kota ke pusat kota, jenis pemakaian kendaraan (pribadi atau massal), efisiensi gerakan dan biaya,  mode kendaraan, jumlah dan isi kendaraan, serta rute, operasi, pemilik, fasilitas, dan pengenalan.
5.      Planner juga harus mendeskripsikan kegiatan ekonomi, yang issunya biasanya besar, penting, luas, kompleks, namun biasanya kekurangan data, dan aparat pemerintah tidak effektif mengatasinya.
6.      Bentuk dan trend yang berkmbang pada kegiatan. Aktivitas pendidikan saling terkait dg  transportasi, ekonomi, sistem sosial, komunikasi dan sistem politik. Faktor2 ini terlihat atau tdk terlihat saling terkait secara tetap. Perubahan besar salah satu faktor akan langsung mempengaruhi bentuk dan kecenderungn aktivitas yang lainnya.  Dalam kaitan ini banyak penyiapan fasilitas pendidikan lebih merujuk kepada keperluan masyarakat kota.
7.      Beberapa kemungkinan trend perencanaan pendidikan, terkait dengan bentuk individu,kelompok, kesamaan tujuan (keluarga, lembaga, perusahaan), yang terus berubah sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi, kekayaan, dan sistem politik.[2]

B.       Menetapkan Sasaran dan Tujuan,                  
a.      Peran Tujuan dalam Perencanaan pendidikan
Pada bagian ini, tujuan (goal) pendidikan disebut dalam term makna, hakikat, fungsi, dan karakteristik. Istilah tujuan dalam perencanaan pendidikan terkait ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu kegiatan. Ada beberapa tujuan perlunya penyusunan suatu perencanaan pendidikan, antara lain:
1.      Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun;
2.      Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan;
3.      Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-nonakademik;
4.      Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan;
5.      Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan pendidikan;
6.      Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus (spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus dilakukan;
7.      Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem’;
8.      Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan; dan
9.      Untuk mengarahkan proses  pencapaikan tujuan pendidikan[3].

b.      Sasaran
Istilah goal merupakan ujung dari akhir perencanaan (Goals are ends for which a design is made). Sedangkan Objective adalah tujuan antara sebagai bagian dari goal. Target adalah tujuan antara yang merupakan bagian dari objective, dan kemudian task adalah tujuan yang merupakan bagian dari target.
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti “tingkatkan kinerja,” “naikkan profit,” atau “kembangkan perusahaan,” sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO. Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri[4].

c.       Pengembangan Goals
    Dalam rangka pengembangan tujuan akhir, para perencana memerlukan pertimbangan tentang berbagai hal.
1.      Memperhatikan tujuan umum belajar, antisipasi masalah baru, metode yang akan digunakan, hubungan pelajaran lama dan baru, mendiskusikan hubungan antar sekolah, distrik atau bagian negara.
2.      Mempelajari latar belakang masalah melalui studi SWOT dan penyebabnya sampai  terjadi situasi terakhir,
3.      Tetapkan titik awal kerja sesuai proses perencanaan pendidikan dan fokuskan pada target serta gunakan cepat masukan dari balikan (feedback) 

Hubungan antara goals dan objective
Goals dapat tercapai melalui objective, target, dan tasks. Namun dalam menyusun formulasinya, goals disusun berdasarkan nilai yang dianut, untuk kemudian dari goal tersebut diturunkan rencana pendidikan. Dengan demikian bagan alurnya dapat digambarkan sebagai berrikut.
Value àGoals à Perencanaan pendidikan
Dalam pada itu bentuk objective yang dirancang untuk maksud pembuatan strategi perencanaan : 1. dirancang utk pelayanan; 2. sasaran alternatif dirancang  untuk mengembangkan fasilitas layanan; 3. susunan dapat merupakan kombinasi dari beberapa hal yang belum ada. 4. term dalam bentuk operasional tidak abstrak; 5. alternatif ditentukan pada setiap sasaran; 6. maksimalkan sasaran berdasarkan input yang pasti atau mnimalisasi input untuk sasaran yang pasti. 7. diformulasi sebagai hasil dialog antara perencanaan pendidikan dengan representatif wakil publik[5]

C.    Langkah-langkah Menyusun Perencanaan Pendidikan
            Sebelum para manager dapat mengorganisasi, memimpin, atau mengendalikan, terlebih dahulu mereka harus membuat rencana yang memberikan arah pada setiap kegiatan organisasi.
Prosedur Perencanaan Pendidikan
Sketsa pengembangan rencana
a.       Dalam waktu relatif singkat dalam beberapa bulan bukan tahunan.
b.      Untuk semakin disempurnakan dari pertama survei pengamatan singkat.
c.       Memanfaatkan data dan pengetahuan yang ada tidak melibatkan penelitian baru.
Metode Perencanaan Pendidikan
Penentuan tujuan, apa yang orang-orang dari daerah perencanaan ingin wilayah mereka menjadi terang:
Penentuan kebutuhan pendidikan, apa yang harus disediakan untuk mencapai tujuan, mengukur:
a.       bagaimana kondisi dan fasilitasnya?
b.      Kekurangan sarana fisik dan pengaturan dan Program dan pelayanan?
Program memenuhi kebutuhan pendidikan, jika diperlukan perubahan fasilitas, dan pelayanan maka hal yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Penjadwalan, proyek dan program apa saja yang sudah dilaksanakan?
b.      Perubahan fisik, perkembangan baru, pembangunan kembali, pengaturan apa saja yang ada?
c.       Organisasi masyarakat dan opini publik?

Perencanaan Pendidikan
Pernyataan tujuan masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
a.       Ukuran (kecil, lebih besar atau jangkauan yang lebih luas)?
b.      Kegiatan yang ada harus dipertahankan, diharapkan, ditinggalkan?
c.       Hidup masyarakat, perbaikan apa yang diperlukan cara fasilitas, program pelayanan?
d.      Pengaturan fisik, pengaturan penggunaan lahan, fasilitas pusat, desain lingkungan?

Laporan, grafik, peta konsep yang menyajikan apa yang harus dilakukan, kapan, oleh siapa dan dengan cara apa, yang meliputi:
a.       Perkiraan populasi, ukuran, karakteristik dan distribusi.
b.      Program pembangunan ekonomi, langkah-langkah untuk mencapai kerja maksimal.
c.  Program layanan masyarakat di perumahan, pendidikan dan kegiatan budaya, rekreasi, kesehatan, dan pengembangan kelembagaan.
d.      Program untuk pembangunan fisik, penggunaan lahan, transportasi dan kepadatan, rencana, pekerjaan umum, dan program perumahan.
e.       Program aksi perencanaan, program aksi publik dan swasta, alat keuangan, pejabat dan organisasi warga[6].

  Terdapat pula beberapa variasi dalam tanggung jawab perencanaan yang tergantung pada ukuran dan tujuan organisasi dan pada fungsi atau kegiatan khusus manajer. Organisasi yang besar dan berskala internasional lebih menaruh perhatian pada perencanaan jangka panjang daripada perusahaahn local. Akan tetapi pada umumnya organisasi perlu mempertimbangkan keseimbangan antara perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. Karena itu penting bagi para manajer untuk mengerti peranan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang dalam pola perencanaan secara keseluruhan.[7]
 Mengembangkan rencana sketsa (a) jangka pendek (sebulan-setahun,  (b)perbaikan cepat, ( c) menggunakan data nyata, (d) kerjasama dg masyarakat, kelompok lokal, regional atau nasional).
Dalam proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
1.     Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi.
2.    Tahap formulation of goals and objective, yaitu perumusan tujuan dan sasaran perencanaan yang hendak dicapai. Perumusan tujuan perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment) layanan pendidikan yang diperlukan.
3.      Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan prioritas kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan pendidikan. Rumusan prioritas kebijakan ini harus dijabarkan kedalam strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar memudahkan dalam pencapaian tujuan.
4.      Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan proyek pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan, menyangkut layanan pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5.      Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya (sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.
6.      Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a) kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan, dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan.
7.      Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk menilai (mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, sebagai feedback (masukan atau umpan balik), selanjutnya dilakukan revisi program untuk rencana layanan pendidikan berikutnya yang lebih baik.
Merujuk pada uraian dari pengertian perencanaan pendidikan sampai tahapan dalam penyusunan perencanaan pendidikan tersebut di atas, menunjukkan bahwa kedudukan perencanaan pendidikan dalam proses layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah sangat penting, karena dengan adanya perencanaan pendidikan yang baik dapat:
1.      Meningkatkan kualitas kegiatan atau aktivitas layanan pendidikan anak secara maksimal, baik menyangkut aspek akademik atau non akademiknya. Hal ini disebabkan seluruh aktivitas warga sekolah harus berdasarkan pada program yang telah disusun dengan baik dalam suatu perencanaan pendidikan secara sistematik dan integral.
2.      Mengetahui beberapa sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara maksimal, dan juga mengetahui beberapa kendala, hambatan dan tantangan yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan, suatu perencanaan pendidikan yang baik pasti akan memuat tentang beberapa peluang dalam mencapai tujuan dan prediksi tantangan atau hambatan yang akan muncul, serta strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut.
3.      Memberi peluang pada setiap warga sekolah dalam meningkatkan beragam kemampuan, keahlian atau  ketrampilan secara maksimal, dalam rangka mewujudkan tujuan  layanan  pendidikan.
4.      Memberikan kesempatan bagi pelaksana program untuk memilih beberapa alternatif pilihan tentang metode atau strategi atau pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan perencanaan pendidikan, agar efektif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
5.      Memudahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan, karena perencanaan pendidikan yang baik selalu dirancang dengan tahapan-tahapan pelaksanaan program layanan pendidikan (jangka pendek, menengah dan panjang), disamping itu telah disusun skala prioritas sasaran tujuan yang akan dicapai.
6.      Memudahkan dalam melakukan evaluasi tentang seberapa besar pencapaian tujuan layanan pendidikan yang telah diraih, karena dalam perencanaan pendidikan yang baik selalu merumuskan indikator-indikator pencapaian tujuan dan instrumen apa yang dipakai dalam mengukur keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan.
7.      Memudahkan dalam melakukan revisi program layanan pendidikan dan proses penyusunan perencanaan pendidikan berikutnya, sesuai dengan dinamika dan perkembangan  kehidupan sosial-[8].

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Tujuan dalam perencanaan pendidikan berkaitan dengan ruang lingkup kerja serta hasil akhir dari suatu kegiatan. Sedangkan target adalah tujuan antara yang merupakan bagian dari objectif. Dalam perencanaan pendidikan target dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil.
Langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pendidikan meliputi :
1.      Tahap need assesment,
2.      Tahap formulation of goals and objective,
3.      Tahap policy and priority setting,
4.      Tahap program and project formulation,
5.      Tahap feasibility testing,
6.      Tahap plan implementation,
7.      Tahap evaluation and revision for future plan,



DAFTAR PUSTAKA
1.      Udin S. Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, 2007, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
2.      S. Sagala, 2009, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung : Alfabeta
3.      Sanusi Uwes, 2014, Bahan Kuliah Perencanaan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN SGD Bandung
4.      Frank W. Banghart dan Albert Trull, Jr., 1980, Educational Planning, London: The Macmillian Company,
5.      Arief Bowo PK, SE., MM., 2008, “Perencanaan”. Jakarta: Universitas Mercu Buana,
6.      http://adieth12.blogspot.com/2012/04/pentingnya-perencanaan-sebagai-salah.html, diakses pada 18 September 2014
7.      http://muhfebrianika.wordpress.com/2012/11/11/20-perencanaan-dalam-organisasi/, diakses pada 18 September 2014





[1] Arief Bowo PK, SE., MM. “Perencanaan”. Jakarta: Universitas Mercu Buana, 2008  hal.8
[2] Sanusi Uwes, Bahan Kuliah Perencanaan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN SGD Bandung
[3] S. Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, hal.
[4] http://muhfebrianika.wordpress.com/2012/11/11/20-perencanaan-dalam-organisasi/, diakses pada 18 September 2014
[5] Sanusi Uwes, Bahan Kuliah Perencanaan Pendidikan Prodi Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN SGD Bandung
[6] Frank W. Bagnghart dan Albert Trull, Jr., Educational Planning, hal. 288
[7] http://adieth12.blogspot.com/2012/04/pentingnya-perencanaan-sebagai-salah.html, diakses pada 18 September 2014.
[8] Udin S. Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, hal. 33

0 komentar:

Post a Comment